Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

PUASA JALAN MENUJU SURGA Bag : Kelimabelas

PUASA JALAN MENUJU SURGA Bag : Kelimabelas
  Oleh : Abu Hamzah Utsman Abdul Mujieb Al Banjary
الصيام طريق إلى الجنة
الصوم أحكامه وفضائله وآدابه وسننه
باللغة الإندونيسية
إعداد : بي حمزة  عثمان عبد المجيب البنجاري

➡HUKUM-HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN SHALAT `IED.

a) Mengerjakan shalat terlebih dahulu sebelum berkhutbah.

Hutan bakau di pinggir pantai Lohayong Solor Timur
Berdasarkan hadits  Ibnu Umar رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, Abu Sa`id t رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ dan Ibnu Abbas رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, bahwa Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ     shalat  `ied sebelum Khutbah.” [HR Al Bukhari: 913, 914 & 919 dan Muslim: 884, 888 & 889].

b)  Shalat `ied  dilaksanakan ditanah lapang.

Hendaknya shalat `ied dilaksanakan ditanah lapang karena Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ    tidak pernah melaksanakan shalat `ied di Masjid kecuali hanya sekali ketika turun hujan. [Zaadul ma`ad libnilqayyim: 1/ 441- 448].

Oleh karena itu berkata Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Barinya: Shalat `ied dilaksanakan di tanah lapang tidak dimasjid kecuali bila dalam keadaan darurat.

c)  Waktu shalat `ied mulai terbitnya matahari hingga tergelincirnya matahari.

d) Shalat `ied tanpa adzan dan tanpa iqamah [HR Al Bukhari].

Dan tidak pula ada ucapan: “Asshalaatu jaami`aah”, serta tidak ada shalat sebelumnya dan setelahnya, sebagaimana diriwayatkan dari Shahabat Ibnu `Abbas رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ   [Sunan Abu Dawud: 1159].
Adalah Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ    mengakhirkan shalat `iedulfitri dan menyegerakan shalat `iedul adhha. [Zaadul maa`ad: 1/ 121].

➡TATA CARA SHALAT 'IED

Shalat `ied dua raka`at, dimulai dengan takbiratul ihram, kemudian takbir setelahnya tujuh kali, pada rakaat kedua takbir lima kali takbir selain takbir intiqal (perpindahan takbir bangkit dari ruku`), mengangkat kedua tangannya setiap kali takbir.

Kemudian membaca al-Fatihah setelah takbiratul ihram, kemudian membaca surat al-`Ala pada rekaat pertama, pada rakaat kedua membaca surat al-Ghasyiyah ba`da al-Fatihah atau membaca surat Qaaf pada rakaat pertama ba`da al-Fatihah sedangkan pada rakaat kedua membaca surat al-Qamar.

Kemudian Imam berkhutbah dengan satu khutbah,jumhur (mayoritas) ulama berpendapat bahwa khutbah ied dua khutbah seperti khutbah jum`at,akan tetapi riwayat-riwayat tentang bahwa Nabi berkhuthbah dua khuthbah pada hari raya idul fithri atau iedul adha haditsnya lemah.

Berkata Al Allamah Asyyaikh Muhammad bun Shaleh Al Utsaimin :رحمه الله تعالى

المشهور عند الفقهاء رحمهم الله أن خطبة العيد اثنتان ، لحديث ضعيف ورد في هذا ، لكن في الحديث المتفق على صحته أن النبي صلى الله عليه وعلى آله وسلم لم يخطب إلا خطبة واحدة ، وأرجو أن الأمر في هذا واسع " انتهى . ("مجموع فتاوى الشيخ ابن عثيمين" (16/246)

 "Yang masyhur menurut para Ulama fikih semoga Allah merahmati mereka,bahwa khutbah ied itu dua khuthbah, berdasarkan hadits yang lemah yang datang tentang hal ini,akan tetapi dalam hadits yang disepakati akan keshahihannya (oleh ulama ahlu hadits) bahwa Nabi tidak pernah berkhutbah (pada hari raya idul fithri atau idhul adha) kecuali hanya satu khutbah,aku berharap bahwa perkara dalam hal ini perkara yang luas (jangan sampai hal ini menjadikan perpecahan dikalangan kaum muslimin) [Majmu` Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin: 246016].

Imam hendaknya meperbanyak takbir pada saat berkhutbah, kaum muslimin atau muslimat tidak wajib menghadiri dua khutbah tersebut, akan tetapi jika isi khutbahnya bermanfaat maka yang afdhal mendengarkan khutbah hingga usai, dari Abdullah bin Sa`ib رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ia berkata: Aku menyaksikan shalat `ied bersama Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , maka ketika selesai dari shalat Beliau صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  bersabda:

(( إِنَّا نَخْطُبُ فَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجْلِسَ لِلْخُطْبَةِ فَلْيَجْلِسْ وَمَنْ أَحَبَّ أَنْ يَذْهَبَ فَلْيَذْهَبْ )).

“Sesungguhnya kami hendak berkhutbah, barangsiapa yang mau duduk (untuk mendengarkan) khutbah maka (silahkan) duduk, maka barangsiapa hendak pergi maka pergilah.” [HSR Abu Dawud, lihat Aljami` Ashaghir: 1/ 406, Tamamul Minah: 1/ 350].

Diantara ulama berselisih pendapat bagi seseorang yang terluput dari shalat `ied apakah ia shalat sendirian atau gugur shalat `ied tersebut, pendapat pertama hendaknya melaksanakan shalat `ied tersebut sekalipun sendirian, Imam Al Bukhari berkata: “Bab, apabila terluput dari shalat `ied shalat dua rakaat.” Pendapat kedua adalah sebagaimana dijelaskan oleh Syaikh al-Utsaimin: Pendapat yang paling kuat tidak mengqadha shalat `ied, bahwasannya orang yang terluput (ketinggalan) shalat `ied maka gugurlah (kewajiban shalat `ied tersebut). Berbeda dengan shalat jum`ah, bila seseorang terluput dari shalat jumat, maka ia wajib shalat dzuhur empat raka`at. [Asilah wa Ajwibah fi shalatil `idain: libni Utsaimin].

TAHNI`AH `IED

Tahni`ah (ucapan selamat `ied) merupakan suatu adat atau kebiasaan yang baik, padanya terdapat maslahat yaitu saling mendo`akan akan kebaikan sesama muslim dan juga sebagai sebab tumbuhnya kasih sayang sesama kaum muslimin.

Adalah para shahabat Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  , apabila mereka berjumpa diantara mereka pada hari `ied, mereka saling bertahniah dengan lafadz:

(( تَقَبَّلَ الله ُمِنّاَ وَمِنْكُمْ )).
“Semoga Allah  menerima (amal ibadah) diantara kami dan kalian.”

Dari Jubair bin Nufair رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ia berkata: Adalah Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  apabila berjumpa diantara mereka  pada hari `ied, mereka saling bertahniah dengan do`a:

(( تُقُبِّلَ منَِّا وَمِنْكُمْ )).

“Semoga diterima (amal ibadah) diantara kami dan kalian.” [ Ibnu Hajar sanadnya hasan, al-fath: 2/ 446].

Ucapan tahni`ah diatas lebih afdhal dari pada ucapan `Ied Mubaarak, Kulu Aamin Wa Antum Bikhairin, Minal`aidzin wal faaizin dan seterusnya.

Sumber :BUKU: "PUASA JALAN MENUJU SURGA"
Karya : Abu Hamzah Utsman Abdul Mujieb Al Banjary

Copas and  Posted by

BC WA Info Dakwah Islamic Center
+966556214044 & WA Dakwah Majlis TaKlim Akhowat +966508293088
Silakan Share Artikel Ini :

Post a Comment

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger