Kisah Hijrahnya Mantan "Da'i" LDII

Kisah Hijrahnya Mantan "Da'i" LDII


Di kalangan Islam Jama'ah, Pak Widodo Rahayu bukan sosok sembarangan. Sejak muda, beliau sudah dipercaya jadi pengurus. Beliau juga pernah didapuk Ketua Biro Pendidikan Agama dan Dakwah DPW LDII Provinsi Banten serta Wakil Imam Daerah Cilegon.


Lalu, bagaimana ceritanya Pak Widodo bisa hijrah meninggalkan aqidah takfiriyah? Berikut kisahnya ditulis dengan gaya saya.

Saya lahir di Kudus, 1 Februari 1969. Sekarang tinggal di Serang, Banten. Saya kerja di sebuah perusahaan swasta.

Saya pertama kali ngaji di Islam Jama'ah pada tahun 1987. Saat itu, saya diajak oleh Supomo, Mubaligh Kepuh, Jogyakarta.

Saat kuliah di Kota Pelajar, saya tak punya saudara. Seorang teman ngajak saya kos di dekat Masjid Islam Jama'ah di Kepuh, Gondokusuman. Di sini saya kenal Supomo yang kemudian mengajari saya ngaji bacaan makna, keterangan al-Qur'an dan al-Hadist. Berbekal belajar dasar ilmu agama sejak kecil dari Kota Wali, sekira tiga bulan kemudian, saya bai'at pada H. Abdul Dhohir di Masjid Daengan, Jogyakarta.

Foto Bapak Widodo Rahayu
Ngaji di Islam Jama'ah membuat ibadah saya lancar. Saya bisa beramal sesuai dalil-dalil al-Qur'an dan Alhadist. Tak hanya itu, hidup di Islam Jama'ah sangat rukun, kompak, menyaudara, militan, dan saling tolong menolong.

Tak ada masalah selama saya ikut ngaji dan bergabung dengan Islam Jama'ah. Semuanya berjalan lancar. Sampai akhirnya saya dipercaya jadi pengurus, antara lain:

  • 1989 – 1992 : Ketua Muda-Mudi Daerah Jogya (masih 1 daerah)
  • 1990 – 1992 : Katib (juru tulis) alm. KH. Hafidz Su’udi Ridwan (Wakil 4)
  • 1992 – 2008 : Ketua MM Daerah Serang Banten (masih 1 daerah)
  • 2008 – 2019 : Pembina Mubaligh & Team Penyelesaian Daerah Serang Banten
  • 2010 – 2020 : Ketua Biro Pendidikan Agama & Dakwah DPW LDII Provinsi Banten
  • 2019 – Nov 2020 : Wakil Imam Daerah & Team Bersih-bersih Daerah Cilegon
Kira-kira 2,5 tahun lalu, ada murid Generus bertanya pada saya kenapa mangkulan Al-Qur’an di Islam Jama'ah banyak ayat yang dimansukh dan nasekhnya syeif (diperangi)? Spontan saya jawab sesuai firman Allah :

مَا نَنسَخْ مِنْ آيَةٍ أَوْ نُنسِهَا نَأْتِ بِخَيْرٍ مِّنْهَا أَوْ مِثْلِهَا ۗ أَلَمْ تَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. البقرة ١٠٦

Sepulang ke rumah, saya berfikir tentang pertanyaan murid Generus tadi. Timbul rasa penasaran apakah benar banyak ayat Allah yang dimansukh? Dari sinilah saya mulai mencari rujukan dari kitab-kitab tafsir.

Saat itu, saya baru punya kitab tafsir Jalalain, Ibnu Abas, Ibnu Katsir 4 jilid, Jami’ul Muyassar, dan As Sa'adi. Dari rujukan tafsir tersebut tak saya temukan ayat mansukh nasekhnya syeif sebanyak yang diajarkan di Islam Jama'ah.

Semakin penasaran, akhirnya hampir tiap bulan gajian saya sisihkan untuk beli kitab-kitab tafsir seperti Al Qurtubi, At Thobari, Ibnu Katisr 8 jilid, Tafsir Al Kabir Mafatihil Ghoib – Ar Razi, Khozin – Al Baghowi, Al Basith, Al-Munir, Al Qoshimi, Tahrir Watanwir, dll. Bahkan, sampai tafsir kontemporer karya Qurays Shihab.

Foto Bapak Widodo Rahayu
Pencarian ayat-ayat Al-Qur’an lebih banyak saya lakukan secara manual menggunakan Kitab Fathur Rahman Litholabil Ayatil Qur’an. Saya pun tergelitik mencari rujukan QS Ali Imron ayat 103 yang merupakan dalil andalan Islam Jama'ah.

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا.

Allah menyebut lafadz جَمِيعًا dalam Al-Qur’an sebanyak 48 kali. Dari semua rujukan para mufasirin, tak ada yang secara spesifik menjelaskan makna جَمِيعًا adalah beramir, berbaiat, bertaat (jama'ah secara bentuk) seperti yang selama ini diajarkan di Islam Jama'ah. Bahkan dalil andalan QS An Nisa’ ayat 13 yang ditulis tiap bulan dalam teks daerahan, yakni

تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ ۚ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ. النساء ١٣

Adalah kelanjutan dalil hukum waris. Barang siapa yang menaati Allah dan RasulNya dalam bab pembagian harta waris maka, Allah akan memasukkannya ke dalam surga.

Makin penasaran, pelan-pelan saya mengoleksi dan membaca kitab syarh hadits Kutubussitah (Fathul Bari, Ibnu Bathol, Irsyadusari, Nawawi, Tuhfatul Ahwadzi, Aunul Ma’bud, Al A’lam Syarh Ibnu Majah, dll), termasuk hadist-hadist yang ditulis di hadits himpunan Islam Jama'ah seperti Sunan Ad-Darimi, Musnad Ahmad Bin Hambal, Mustadro’ al Hakim, Thobroni Mu’jam Shoghir, Mu’jam Ausath, Mujam Kabir, Ibnu Abi Dunya, Naulil Author, Muatho’, Sunan Daruquthni, dll.

Awalnya, pencarian keterangan dan syarh hadist saya fokuskan pada dalil yang ditulis dalam Kitabul Adilah (salah satu kitab himpunan aqidah Islam Jama'ah). Satu persatu saya cocokkan dengan kitab hadist dan syarh. Sampai suatu hari saya temukan hadist fenomenal andalan Islam Jama'ah dalam K. Adilah hal. 43, yaitu atsar Umar Bin Khattab yang diriwayatkan oleh Ad-Darimi:

إِنَّهُ لاَ إِسْلاَمَ إِلاَّ بِجَمَاعَةٍ وَلاَ جَمَاعَةَ إِلاَّ بِإِمَارَةٍ وَلاَ إِمَارَةَ إِلاَّ بِطَاعَةٍ. رواه الدارمي

Setelah saya lihat di kitab aslinya, ternyata hadits tersebut ditulis oleh Imam Ad-Darimi dalam bab no. 26 tentang hilangnya ilmu, nomer hadits 251 (cetakan Daar Kutub Ilmiyah).

Jika hadits ini ditulis lengkap sesuai aslinya dan tidak dipotong seperti dalam K. Adilah hal. 43, dengan mudah dapat difahami bahwa Umar bin Khattab tidak bicara tentang sah tidaknya Islam seseorang (imam dan baiat bukan syarat syah Islam). Melainkan nasihat pada sebagian orang Arab yang sibuk meninggikan bangunan untuk ingat bumi (memperluas wilayah Islam). Islam akan berdiri kuat jika sistem pemerintahannya berjama'ah – bersatu dan diatur dengan baik, dipimpin oleh Amir yang faham agama dan ditaati rakyatnya.

Barang siapa yang diserahi jadi pemimpin oleh kaumnya atas dasar kefahaman, maka akan baik baginya dan bagi kaumnya. Sebaliknya, jika diserahi menjadi pemimpin tidak faham (tidak mau belajar ilmu), maka akan rusak baginya dan bagi kaumnya.

٢٦ – باَبٌ فِي ذَهَابِ الْعِلْمِ
٢٥١ – أخبرنا يزيد بن هارون أخبرنا بقية حدثني صفوان بن رستم عن عبد الرحمن بن ميسرة عن تميم الداري قال تَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبِنَاءِ فِي زَمَنِ عُمَرَ فَقَالَ عُمَرُ يَا مَعْشَرَ الْعُرَيْبِ الْأرْضَ الْأرْضَ إِنَّهُ لَا إِسْلاَمَ إِلَّا بِجَمَاعَةٍ وَلَا جَماَعَةَ إِلَّا بِإِمَارَةٍ وَلَا إِمَارَةَ إِلَّا بِطَاعَةٍ فَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى الْفِقْهِ كاَنَ حَيَاةً لَهُ وَلَهُمْ وَمَنْ سَوَّدَهُ قَوْمُهُ عَلَى غَيْرِ فِقْهٍ كاَنَ هَلَاكاً لَهُ وَلَهُم. رواه الدارمي

Selama pandemi Covid-19, saya lebih sering kerja di rumah (WFH). Frekwensi ngaji dan musyawarah berkurang, sehingga lebih banyak waktu baca tafsir dan syarah hadist.

Pasca pembacaan teks 30 nomer selama dua bulan berturut-turut, saya jadi utusan Daerah Cilegon ke Pondok Gedhe. Saya menemukan lebih banyak kejanggalan dalil-dalil dalam teks 30 nomer tersebut.

Sesuai instruksi Pusat, teks 30 nomer tak boleh di fotocopy. Muncul pertanyaan yang menggelayut, kalau memang ini hal yang benar, mengapa tak boleh diperbanyak untuk membina umat?

Akhirnya ketika giliran saya menyampaikan teks tersebut, saya cari sumber dari kitab dan syarah hadits aslinya. Ternyata dalil-dalil yang ditulis dalam teks 30 adalah nukilan syarh hadist yang ditulis tidak lengkap, hanya diambil sebagian yang cocok dengan doktrin Islam Jama'ah.

Singkat cerita, saya memberanikan diri browsing di Facebook konten yang dibuat para mantan Islam Jama'ah (Jokam United, Kemurnian Qur’an Hadist Jama'ah, Suara Mubaligh Islam Jama'ah). Ternyata banyak materi kajian dari Paku Bumi Non Aktif (PBNA) yang lebih ilmiah dan transparan sesuai sunnah. Bahkan materi ta’dhil dari teks 30 lebih membuka wawasan berfikir saya. Bahwa selama ini ada kesalahan fundamental dalam memaknai al-Jama'ah yang berujung pada faham TAKFIRIYAH (menghukumi kekal di neraka semua kaum muslimin di luar Islam Jama'ah).

Materi ta’dhil K. Imaroh dari PBNA terasa sangat klop dan melengkapi kekurangan pencarian keterangan syarah hadist yang selama setahun terakhir saya lakukan. Hati menangis karena selama ini saya telah ikut membina umat dengan aqidah bathil yang dibungkus syariat, tak ilmiah, dan sembunyi-sembunyi (tidak transparan).

Yakin ada yang salah dengan ajaran Islam Jama'ah, saya komunikasikan hal ini dengan istri dan anak-anak. Butuh waktu agak lama untuk meyakinkan kebenaran ilmu Haramain pada istri saya yang notabene bibit unggul (lahir dan besar dalam Islam Jama'ah), belum lagi kekhawatiran pertentangan dari mertua yang merupakan penginsaf awal Islam Jama'ah di Cilegon. Alhamdulillah akhirnya istri dan anak-anak paham dan dengan senang hati untuk hijrah. Saya pun pamit pada Imam Daerah untuk meninggalkan aqidah takfiriyah, dan menjelaskan keputusan hijrah kami kepada mertua dan besan.

Sejak itu, saya langsung diputus hubungan dengan warga Islam Jama'ah. Saya tak diberi kesempatan pamit di kelompok, desa, dan daerah. Network saya langsung diputus total. Saya kehilangan sahabat karib yang selama ini berjuang bersama. Tak hanya itu, sanak saudara yang masih di Islam Jama'ah langsung menjauh. Anak sulung saya bahkan diancam bapak mertuanya untuk menceraikan istrinya jika ikut hijrah secara lahiriyah bersama saya.

Untuk diketahui, metode pembinaan umat di Islam Jama'ah adalah pengajian rutin tiga kali seminggu. Kalau pengurus bisa 5-6 kali seminggu, termasuk musyawaroh dan terobosan. Setelah badan dan pikiran lelah karena seharian kerja atau atau mengurus rumah tangga, ketika ikut pengajian dengan metode translate Al Quran dan Hadits, kita akan disibukkan mencatat makna dan keterangan dari mubaligh. Metode ini membuat warga Islam Jama'ah kehilangan sebagian besar daya kritisnya. Mereka tak sempat berfikir dan mengendapkan pemahaman syariat dengan nalar yang jernih. Apalagi ada doktrin dalam Islam Jama'ah kalau gak masuk, ya dimasuk-masukkan, gak faham ya difaham-fahamkan. Ini ajaran yang menutup daya kritis dan pola pikir jernih. Ujung-ujungnya, kita dididik jadi taklid buta. Yang ada hanya “pokok mangkule ngene”.

Alhamdulillah, setelah puluhan tahun hidup di Islam Jama'ah, akhirnya saya bisa hijrah. Proses yang saya alami kuncinya adalah mau membuka pikiran dan daya nalar yang jernih. Kita endapkan dalam hati dan memahami syariat agama secara ilmiah, berdasar dalil yang utuh (tidak sengaja dipotong). Kita berusaha mencari ilmu yang sesuai dengan pemahaman para ulama salafussholih (tiga generasi awal Islam).

Imam Islam Jama'ah itu manusia biasa yang juga ketempatan luput, salah, dan lupa. Beliau tidak maksum seperti Nabi Muhammad SAW. Pengurus dan mubaligh di Pusat demikian juga adanya. Oleh karenanya tak semua informasi, ilmu, keterangan, pemahaman yang datang dari Pusat itu pasti benarnya, pasti sempurna, pasti surganya. Gunakan akal pikiran yang jernih untuk menelaah dan membedakan apakah itu doktrin atau kebenaran hakiki yang datang dari syariat agama sesuai tuntunan Allah Rasul.

Bertanyalah pada ulama yang kompeten di bidangnya. Bukan percaya 100% pada mubaligh tugasan yang hanya mengenyam pendidikan ilmu agama di pondok selama 1-2 tahun saja, umumnya mereka tidak mengerti nahwu shorof, manthiq, balaghoh, dan ilmu alat yang lain. Mereka tak ubahnya kurir yang membawa dan mengirimkan paket doktrin yang diperoleh dari Pusat.

Jangan fanatik golongan, menganggap diri paling benar, yang lain pasti salah, yang lain Islamnya gak syah, semua amalannya ditolak, neraka, dll. Islam adalah Rahmatan Lil Alamin, bukan milik sebuah golongan yang mengkafirkan muslim selain golongannya.

Sementara bagi kaum muslimin di luar Islam Jama'ah, saya mengajak untuk menjauhi bid’ah. Amalkan ibadah sesuai sunnah. Ikuti dan bertanyalah pada ulama ahli sunnah untuk memastikan amal ibadah yang kita lakukan sesuai tuntunan syariat agama. Jangan lupa selalu ikhlas dalam beribadah, yaitu semata mencari ridha Allah SWT.

Semoga Allah selalu merahmati kita. Aamiin

Sumber : Artikel di Facebook pada Funpage Kemurnian Qur'an Hadits Jama'ah

Post a Comment

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

Previous Post Next Post