Surat Terbuka Untuk Kaum Muslimin Di Pamekasan
Barangkali anda pernah membaca berita terkait Dakwah salaf di Batam? Bisa di baca (Dakwah Salaf di Batam Saat Ini Sedang Terfitnah) dan baca juga (Catatan Buat Al-Ustadz Muhammad Idrus Ramliy Hadanallah Waiyyakum...!). Begitulah ujian datang silih berganti menimpa para pengemban dakwah
Assalamu’alaikum wr.wb.
Mengawali surat ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah
subhanahu wataála atas semua limpahan rahmat dan nikmat-Nya hingga kita
semua berada dalam keadaan sehat wal áfiat. Shalawat dan salam kami
haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahua’laihi wasallam, keluarga,
para sahabatnya dan orang – orang yang senantiasa istiqamah dalam
mengikuti petunjuknya.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Surat ini sengaja kami tulis sebagai respon sekaligus klarifikasi
atas peristiwa yang menimpa ustad Zainuddin yang kebetulan kami undang
untuk mengisi pengajian di Masjid Ridwan, pada hari Sabtu, 7 Maret 2015.
Penting bagi kami untuk memberikan informasi kepada masyarakat
Pamekasan pada umumnya dan Jamaah Masjid Ridwan pada khususnya.
Peristiwa ini benar – benar diluar dugaan kami, dan hampir tak pernah
terbayangkan sedikitpun pada diri kami, bahwa di bumi Gerbangsalam ini
kejadian yang sangat menciderai ukhuwah islamiyyah ini harus terjadi.
Kejadian ini berawal dari surat yang dikirim oleh sebuah organisasi
yang menamakan “GASPER” (gerakan santri pemuda rahmatan lilálamin)
kepada Takmir Masjid Ridwan pada saat menjelang maghrib. Inti dari
materi surat tersebut mengajak dialog ilmiah terkait apa yang
disampaikan oleh Ustad Zainuddin tiga tahun lalu yang bertempat di
Islamic centre dammam, Saudi Arabia yang kebetulan di upload di Youtube.
Sebagai pihak yang sangat menjujunjung tinggi ukhuwah islamiyyah,
takmir Masjid Ridwan menyambut baik dialog ilmiah tersebut. Namun
sebelum memutuskan untuk menggelar dialog, takmir mengabarkan kepada
Ustad Zainuddin terkait dengan permintaan tersebut, dan alhamdulillah gayungpun bersambut, Ustad Zainuddin mengamininya.
Atas dasar persetujuan dari ustad Zainuddin, maka Takmir Masjid
Ridwan menghubungi pihak yang bersangkutan sesuai dengan nomer yang
tertera dalam surat tersebut. Kami tidak punya prasangka apapun kepada
saudara kami dari Gasper selain kebaikan dan kebaikan. Karena itu
sebagai wujud kecintaan kami kepada sunnah maka semua hal yang berkenaan
menyambut kedatangan saudara kami yang hendak dialog ilmiah kami
persiapkan dengan baik, mulai dari tempat pertemuan dan konsumsi ala
kadarnya. Kami benar – benar berharap pertemuan ini akan menjadi
momentum merekatnya tali ukhuwah islamiyyan diantara kami.
Singkat cerita, waktu yang sudah disepakati pun tiba. Sekitar pukul
22.30 saudara kami dari Gasper datang. Maka dengan rasa persaudaraan
yang tulus, kami menyambut mereka layaknya tamu yang memang harus kami
muliakan. Tanpa basa – basi kami pun mengucapkan salam terlebih dahulu
kepada mereka dan menyalami mereka satu persatu. Maka dengan rasa hormat
kami mengajak mereka ke tempat pertemuan yang sudah kami sediakan.
Namun sungguh semuanya diluar dugaan kami, ajakan kami yang tulus
ditolak mentah – mentah oleh mereka, bahkan mereka mengatakan tidak mau
masuk dan hanya ingin ketemu dengan Ustad. Kamipun merasa heran,
bagaimana mungkin mereka menolak masuk ke tempat pertemuan sementara
mereka menginginkan jawaban yang detil terhadap apa yang disampaikan
oleh Ustad Zainuddin, sungguh logika kami benar – benar tidak paham apa
yang sesungguhnya mereka mau. Dalam kondisi seperti ini kamipun masih
khusnudzon (baik sangka), dan kamipun mendampingi saudara kami dari
Gasper yang ingin menjumpai ustad Zainuddin yang kebetulan berjalan
menuju tempat pertemuan dengan saudara kami.
Namun semua diluar dugaan kami, ternyata bukan dialog tetapi yang
terjadi justru pengadilan jalanan. Ustad Zainuddin benar – benar
dihakimi dengan tanpa adab dan akhlaq seorang muslim. Juru bicara mereka
mendatangi ustadz yang baru menyebrang jalan dan berteriak bertanya “
siapa yang bernama mas Zainuddin ?”panggilan yang menurut kami sangat
tidak pantas untuk seorang ustadz. Kemudian mereka memegang tangan Ustad
Zainuddin, menarik ustadz dengan paksa ke trotoar dan langsung mencerca
berbagai pertanyaan dengan teriak di jalanan sehingga jalanan yang
awalnya sepi berubah menjadi ramai dengan berhentinya para pengguna
jalan.
Kamipun mencoba menahan mereka yang menarik ustad. Kami sampaikan
kepada mereka bahwa sebaiknya diskusi diadakan di dalam yaitu tempat
yang telah kami sediakan. Tapi mereka menjawab ajakan kami dengan
berteriak “DIAM ! Namun Alhamdulillah, Ustad Zainuddin dengan tulus
mendengarkan apa yang mereka katakan sampai mereka selesai.
Setelah Ustad menganggap apa yang mereka tanyakan cukup, maka Ustad
menjawab pertanyaan mereka dengan jawaban yang santun dengan penuh rasa
persaudaraan. Sungguh di luar dugaan kami, baru ustad mulai untuk
menjawab salah seorang diantara mereka menyodorkan kamera atau hp tepat
dihadapan muka Ustad Zainuddin sehingga ustadpun menegur mereka untuk
tidak melakukan hal seperti itu.
Belum selesai Ustad menjawab apa yang mereka tanyakan, mereka pun
memotong pembicaraan ustad sambil teriak – teriak dan mengancam akan
melakukan perhitungan jika Ustad Zainuddin datang kembali kesini.
Mereka berbicara dan bersikap seakan preman yang tidak beradab dan
jauh sekali dari pelajar atau santri. Kami yang kebetulan berada
disamping ustad Zainuddin benar – benar heran apa sebenarnya yang mereka
inginkan dari pertemuan ini, Bukankah mereka sendiri yang meminta untuk
dialog ilmiah, tetapi mengapa mereka sendiri yang justru merusak acara
yang mereka inginkan sendiri. Dihadapkan kepada situasi seperti ini
tentu kami tidak tinggal diam, kami meminta bantuan polisi untuk
mengamankan kejadian ini.
Namun beberapa orang dari jamaah masjid yang kebetulan berada di
lokasi meminta mereka untuk turun dari mobil dan mau untuk melakukan
dialog. Tetapi mereka tetap menolak dan langsung tancap gas mobilnya
meninggalkan tempat.
Melihat kejadian seperti ini tiba – tiba salah seorang Jamaah masjid
Ridwan tidak terima sehingga dengan inisiatifnya sendiri melakukan
pengejaran untuk memberhentikan mobil yang mereka tumpangi.
Alhamdulillah, kurang lebih satu kilometer dari tempat
kejadian, jamaah masjid ridwan dapat menghentikan mobil tersebut. Karena
kita memang tidak ingin rame, terlebih lagi saat itu kira – kira pukul
23.00 WIB. Maka demi menjaga kemaslahatan bersama kita serahkan urusan ini ke
Polres Pamekasan. Karena bagaimanapun kami terdzalimi upaya kekeluargaan
untuk menyelesaikan persoalan ini tetapi harus kami dahulukan. Kami
tidak ingin terjadi pengadilan jalanan meski kami sangat bisa untuk
melakukannya.
Maka setibanya di Polres Pamekasan, kita semua diintrogasi oleh
Polisi terkait dengan masalah ini. Namun sekali lagi kami mendapatkan
kejutan yang sangat luar biasa dari mereka. Penuturannya yang santun,
senyum ramah, dan tutur kata yang lembut mereka tampilkan dihadapan
Polisi sehingga terkesan mereka yang terdzalimi.
Bagi kami pemandangan ini sangat luar biasa. Bagaimana mungkin hanya
dalam hitungan jam, karakter mereka yang sangat tidak menghargai dan
melecehkan kami tiba – tiba berubah 180 derajat menjadi pribadi yang
penuh rasa hormat kepada orang terlebih,khususnsya kepada Bapak Polisi,
ini benar – benar hal yang tak masuk akal.
Dan tidak cukup hanya disini, apa yang mereka tuturkan dihadapan
polisi sangat berbeda jauh dengan fakta yang ada. Mereka katakan bahwa
mereka datang dengan baik – baik tetapi justru panitia yang menghalang –
halangi untuk bisa bertemu dengan ustad Zainuddin.
Demi Allah kalau yang mereka katakan itu benar,niscaya tidak akan terjadi hal yang sangat memalukan seperti ini.
Bukankah kami sudah menyediakan tempat dan bahkan tidak hanya itu
saja, kami pun sudah men-setting acara dialog tersebut dengan alokasi
waktu yang sama agar adil dan tidak terjadi debat kusir. Namun semuanya
sia – sia. Kami yang dengan tulus meminta mereka untuk tidak berteriak –
teriak karena selain jauh dari akhlaq islam, juga kami khawatir akan
mengundang banyak massa yang kebetulan lewat di jalan yang memang
terkenal padat itu justru kami yang dibentak – dibentak.
Mereka seolah lupa bahwa mereka adalah tamu yang ada di wilayah kami.
Mereka bahkan menganggap kami seperti anak kecil yang harus mengikuti
semua kemauan mereka. Akhirnya apa yang kami khawatirkan terjadi. Banyak
massa yang lewat di tempat kejadian tersebut berhenti sehingga membuat
jalanan macet. Bagi kami ini benar – benar memalukan dan sangat
menyakitkan.
Namun demikian, kamipun berusaha sabar mengahadapi sikap mereka yang
sangat merendahkan harga diri kami, karena kami masih berharap bahwa hal
ini hanya luapan emosi sesaat. Tapi harapan kami jauh panggang daripada
api. Mereka justru menyalahkan kami dihadapan polisi karena kami
dianggap tidak mau kooperatif (kerjasama) dengan mereka. Atas tuduhan
ini kamipun meminta mereka untuk tidak membolak-balikkan fakta.
Akhirnya kami menantang mereka untuk membuktikan tuduhan dusta
tersebut dengan meminta mereka mengeluarkan hasil rekaman mereka saat
mencerca ustad Zainuddin. Namun tak satupun diantara mereka yang punya
sikap gentle untuk mengeluarkannya. Karena mereka tahu jika hasil
rekaman diberitahukan kepada polisi niscaya apa yang mereka tuduhkan
kepada kami akan terbantahkan dengan hasil rekaman mereka sendiri. Tapi
biarlah Allah subhanahu wata’ala yang akan menjadi saksi atas semua itu.
Akhirnya hanya dengan mengharap ridho Allah subhanahu wata’la,
mudah – mudahan melalui surat terbuka ini masyarakat Pamekasan,
khususnya jama’ah masjid Ridwan bisa memahami apa yang sesungguhnya
terjadi.
Pamekasan, 10 Maret 2015
Hanif Thalib
Ketua Takmir Masjid Ridwan
Post a Comment
Perihal :: Mukhtar Hasan ::
لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا
Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.
Atau silahkan gabung di Akun facebook saya
================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda