Lika Liku Diterima Pascasarjana (Magister) di Universitas Islam Madinah : Part 1

 Lika Liku Diterima Pascasarjana (Magister) di Universitas Islam Madinah


Pertama      : Ditolak
Kedua         : Ditolak
Ketiga         : Diterima
Keempat     : Diterima

Alhamdulillah

Simak cerita berikut ini;


Sejak jauh jauh hari, yaitu ketika semester 4 jenjang Sarjana kami sudah harus merencanakan akan masuk di jurusan apa kelak di jenjang Pascasarjana.

Setelah melihat potensi diri dan minta arahan senior maka hati mantap untuk milih jurusan Aqidah, walau harus pindah fakultas nantinya, karena S1 kami di jurusan Hadits.

Saat itu kami minta arahan senior kami, yaitu Ust. Dr. Ariful Bahri - Hafidzahullahu Ta'ala tentang kitab-kitab apa saja yang harus disiapkan dan dibaca.

Alhamdulillah dapat arahan dari beliau, maka kami mulai nyicil beli kitab-kitab panduan yang akan diujikan nanti sekaligus membaca secara perlahan.

Walau ada beberapa kitab yang kami sudah punya sebelumnya. Kitab-kitab yang disarankan beliau untuk dibaca dan diperdalam adalah

  • Syarh Aqidah Tahawiyah Ibnu Abil Izz
  • At Taudhihat Al Jaliyah Syarh Aqidah Tahawiyah Syaikh Muhammad Al Khamis
  • Fathul Majid Syarh Kitab Tauhid
  • Qoulul Mufid Syarh Kitab Tauhid Ibnu Utsaimin
  • Taqrib Tadmuriyah Ibnu Utsaimin
  • Qowaid Mustla Ibnu Utsaimin
  • Al Mathalib Al Mufidah
  • dan lainnya

Intinya buku buku di atas sudah kami baca perlahan dan pelajari walaupun tidak dari kulit ke kulit.

Contoh soal-soal dari ujian sebelumnya sudah kami pelajari

Singkat cerita;

Akhir Tahun 2023 kami daftar tes Qudrat (Potensi Akademik/IQ) sebagai salah satu syarat bisa daftar di jenjang Pascasarjana

Tempat tes terdekat adalah di Universitas Taibah, bayarnya 200 riyal. Yang diujikan adalah matematika dan logika berfikir.

Alhamdulillah ujian selama tiga jam berjalan lancar walaupun ragu, apakah lulus atau tidak. Karena waktu itu tidak maksimal dalam persiapan karena di akhir semester kami disibukkan dengan banyak tugas dan lainnya sehingga pikiran terpecah kemana mana.

Setelah tiga hari maka nilai keluar, dan alhamdulillah lulus tes Qudrat. Dikatakan lulus jika mencapai angka 60 ke atas, adapun 59 ke bawah maka dinyatakan tidak lulus.

Nilainya Qudrat kami sangat kurang memuaskan saat itu yaitu berada di angka 6.

Sebenarnya ada niatan untuk tes lagi, namun tidak sempat tes lagi, terlanjur sudah buka pendaftaran Pascasarjana Universitas Islam Madinah

Tes Qudrat ini bisa berkali-kali,
Jarak tes ujian Qudrat adalah sebulan antara ujian pertama dan kedua. setiap tes bayar lagi 200 riyal.

Perlu diketahui sistem penilaian agar bisa diterima di jenjang Pascasarjana UIM 2024 itu ada tiga aspek :
Pertama : IPK (40%)
Kedua : Qudrat (30%), minimal 60
Ketiga : Ujian Tulis di setiap Jurusan (30%), minimal 60
Total 100%

Jadi sebelum kita mendaftar di fakultas tertentu dan jurusannya, maka hitung dulu nilai kita.

Misal:
IPK 4,7 (40%) = 37,6
Qudrat 85 (30%) = 25,5
Total 63,1

Ini zona cukup nyaman di semua jurusan, tinggal fokus di ujian tulisnya, jika mendapatkankan nilai 90 (27) maka total nilai kita secara keseluruhan 90.1

Dengan Izin Allah 90% akan diterima, walaupun ada kemungkinan tidak diterima, karena bisa jadi rekan kita nilainya lebih tinggi dari kita, sedangkan kuota yang diterima terbatas.

Setiap jurusan minimal menerima 6 orang, maksimal menerima 15 orang. Walaupun terkadang beberapa jurusan menambah kuota sesuai dengan kebijakan masing-masing.

Misalnya kita ikut tes di jurusan Ulum Hadis, yang ikut tes 30 orang, kuota penerimaan biasanya hanya 15 orang.

Yang diterima 15 orng ini nilainya di atas 95 semua, sedangkan nilai kita totalnya 90. Walau demikian maka kita tidak diterima.

Jika angka kita sama dengan rekan kita, sedangkan kursi terbatas maka akan dilihat nilai Qudrat yang tertinggi, itulah yang akan diterima.

Jadi jenjang Pascasarjana harus disiapkan jauh jauh hari, mulai dari menjaga IPK agar terus konsisten bagus hingga akhir semester (Mumtaz atau Jayyid Jiddan), lalu kemudian berusaha mendapatkan nilai maksimal di ujian Qudrat dan ujian tulis di setiap jurusan.

Melihat bahwa nilai Qudrat pas pasan, lalu IPK pas pasan maka niat untuk memilih jurusan Aqidah harus dikesampingkan terlebih dahulu, cari aman.

Akhirnya kami mencoba di jurusan lainnya yang masih cocok dengan minat dan latar belakang

Sebenarnya jurusan Tarbiyah :
  • Pendidikan Agama Islam -Ushul Tarbiyah-,
  • Manajemen Pendidikan -Idaroh Tarbawi-,
  • Psikologi Pendidikan -Ilmu Nafs Tarbawi-,
  • Kurikulum dan Metode Pengajaran -Manahij wa Turuq Tadris-

Peluang diterimanya sangat besar, karena yang daftar biasanya sejumlah yang diterima, misal kuota 15 pendaftarnya pun 15 atau bahkan dibawah itu, sehingga berapapun nilai kita asalkan Qudrat di atas 60 dan ujian tulis di atas 60 maka akan diterima.

Namun yang menjadi permasalahan bahwa di jurusan Tarbiyah para pendaftar harus memiliki syahadah I'dad Tarbawi yang itu harus diikuti selama 3 semester mulai dari semester 5-8 tentunya di luar mata kuliah kita masing-masing.

Walaupun syarat ini tidak ketat, sehingga jika ada pendaftar yang tidak memiliki syahadah tersebut bisa diterima asalkan nilainya terpenuhi. Ada beberapa kasus yang demikian.

Jurusan Tarbiyah masih sepi peminat dari orang-orang Indonesia khususnya, padahal jurusan ini sangat penting di Tanah Air kita.

Di tiga tahun terkahir ada sekitar 7-10 orang dari Indonesia yang diterima dijenjang Magister dan 2-3 orang di jenjang Doktoral. Hanya sedikit sekali yang tidak diterima di qism tarbiyah ini 1-2 orang saja, itupun biasanya bermasalah karena nilai ujiannya tidak sampai 60.

Salah satu teman sudah pernah bilang bahwa di Qism Tarbiyah sedang menerima banyak mahasiswa walaupun tidak punya syahadah i'dad Tarbawi sekalipun.

Kami pribadi sebenarnya mau saja masuk di qism Tarbiyah, namun pertimbangannya tidak ada syahadah i'dad Tarbawi dan juga kami sudah pernah mengenyam pendidikan Magister di Qism Tarbiyah di salah satu kampus di Indonesia sehingga tertantang untuk memilih jurusan lainnya yang masih relevan dengan minat dan juga latar belakang.

Hingga akhirnya kami memilih untuk mendaftar di Jurusan I'lam Wa Ittisalat (Komunikasi dan Penyiaran Islam).

Kami memiliki latar belakang di jurusan ini, dahulu kami sekolah SMK jurusan Multimedia, pernah menjadi penyiar dan operator Radio, dan pernah juga menjadi kameramen.

Setidaknya hal hal di atas masih ada diingatan.

Kami juga konsultasi dengan salah satu senior dari Indonesia yang pernah menempuh jenjang S2 di jurusan tersebut.

Alhamdulillah semakin yakin untuk memilih jurusan tersebut, disisi lain ada peluang diterima sangat besar karena tahun lalu pendaftar di jurusan ini tidak sampai 10 orang.

Kami mulai persiapan untuk membaca materi materi yang akan diujiakan, jujur saja belum terbayang seperti apa soalnya karena beberapa tahun belakangan ini tidak ada orang Indonesia yang lanjut di jurusan ini sehingga tidak ada update terkait soal soal dan informasi lainnya.

Tibalah saat ujian, masya Allah ternyata soalnya tidak terlalu sulit seperti yang dibayangkan. Berkaitan dengan sarana dakwah di dunia modern dan yang lainnya.

Semua soal bisa dikerjakan dengan baik dan saya yakin in syaa Allah bisa melampaui target dari nilai 60 sebagai batas minimal.

Peserta yang mengikuti ujian dijurusan ini sebanyak 22 orang. Dan akan diambil maksimal 15 orang, maka saya optimis bisa masuk 15 besar in syaa Allah.

Hari-hari dijalani seperti biasa hingga tibalah saat-saat yang ditunggu, yaitu pengumuman hasil kelulusan.

Normalnya hasil kelulusan itu akan diumumkan sebulan setelah ujian dan tepat saat itu bulan Ramadhan.

Grup WA pendaftaran sudah mulai ramai, berarti ada sesuatu. Maka kami lihat sudah ada perubahan status dari sebagian pendaftar, artinya sebentar lagi akan ada pengumuman akhir.

Akhir Ramadhan yang seharusnya fokus ibadah di Masjid, ini fikiran agak terganggu dengan adanya penantian pengumuman. Jujur saja saat itu kami deg-degan dan belum berani melihat hasil pengumuman. Posisi kami saat itu sedang di Masjidil Haram Makkah.

Banyak yang japri ke saya tentang hasil dari ujian Magister kami (Lulus/Tidak), kami jawab : Belum lihat, in syaa Allah nanti saya kabari ketika sudah melihat statusnya.

Malam 29 Ramadhan 1445, kami memberanikan diri untuk melihat status dan ternyata hasilnya mengagetkan dan membuat hati kami sedih, kami dinyatakan tidak Lulus Program Magister di Universitas Islam Madinah.

Qodarallah wa Masya’a Faal, ini mungkin yang terbaik dan nanti saja dipikirkan langkah selanjutnya setelah pulang ke Madinah.

Malam takbiran saya memberi kabar salah satu Syaikh yang selama ini kita sudah dekat di Kantor Muadalah tentang hal yang menyedihkan ini, beliau pun memberi semangat dan motivasi. Nanti setelah hari Raya diminta ketemu dengan beliau untuk dipikirkan langkah apa yang harus diambil.

Malam hari raya saya pulang ke Madinah dan memberikan kabar kepada istri tentang berita di atas, dia pun sedih, namun dia terus menguatkan saya agar tetap optimis menatap masa depan.

Cerita berlanjut in syaa Allah, masih ada yang mau menyimak?

Abu Yusuf Akhmad Ja’far, Lc, BA, M.Pd

Sumber : Akun Facebook

Post a Comment

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

Previous Post Next Post