Lika-liku Diterima Pascasarjana (Magister) Universitas Islam Madinah
Part 2
Suasana liburan Hari Raya Idhul Fitri kali ini terasa sangat sedih, rasanya masih belum percaya kalau hasil yang diharapkan untuk diterima di jenjang Magister Universitas Islam Madinah tidak sesuai dengan keinginan.
Waktu itu cara untuk menghilangkan rasa sedih adalah dengan mendengarkan ceramah-ceramah para masyayikh tentang Takdir, kembali lagi murojaah tentang hal tersebut. Berkali-kali saya putar, dan alhamdulillah dengan izin Allah keadaan hati sudah mulai tenang dan menerima.
Saya sangat yakin pasti Allah memberikan yang terbaik.
Ketika libur Idhul Fitri telah usai, saya mencoba mencari tau beberapa info ke fakultas dan jurusan tentang sebab saya tidak diterima.
Alhamdulillah nilai ujian saya saat itu di atas 80, sehingga saya penasaran apa yang menyebabkan saya ditolak.
Ternyata saya baru tahu ketika berkunjung ke kantor Qism (Prodi) bahwa kuota yang diterima hanya 10 orang. Sehingga urutan 11-15 tidak diterima semua.
Waktu itu saya coba datang ke Dekan Pascasarjana UIM (Imadah Dirosat Ulya) untuk meminta tambahan kuota, karena normalnya yang diterima itu 15 orang sesuai dengan Buku Panduan Pascasarjana.
Kata mereka bahwa yang menentukan kuota jumlah penerima adalah jurusan masing-masing maka silahkan datang ke Rois qismnya (Ketua Prodi)
Kami hanya akan menambah kuota jika mereka (qism) yang meminta.
Besoknya saya datang lagi ke kantor Rois Qism untuk meminta tambahan atas arahan Dekan Dirosat Ulya, kata mereka bahwa kemampuan kami hanya menerima 10 orang saja, tidak lebih. Sehingga kami tidak akan menambah kuotanya.
Rasanya sudah mentok mendapatkan jawaban seperti itu, namun usaha tidak berhenti disitu saya coba mencari relasi yang bisa mambantu.
Saya ingat bahwa Ketua Dekan Fakultas Bahasa Arab dan Humaniora kenal dengan beberapa asatidzah Indonesia, dulu beliau pernah menjabat sebagai Dekan Urusan Alumni Universitas Islam Madinah. Beliau adalah Syaikh Dr. Ibrahim Ash-Sho’idy Hafidzahullah Ta’ala.
Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam dibawah Fakultas Bahasa Arab dan Humaniora.
Salah satu ustadz yang kenal dekat dengan beliau adalah Buya Elvi Syam Hafidzahullah Ta’ala, dan saya pribadi mengenal Ustadz Elvi Syam karena saat itu sedang membantu proses Muadalah Ponpes Daar El Iman Padang.
Saya meminta ke beliau untuk dikenalkan dengan Syaikh Ibrahim sehingga saya bisa menghadap ke beliau langsung melalui rekomendasi dari Ustadz Elvi Syam.
Komunikasi berjalan lancar dan ternyata syaikh belum bisa membantu karena bukan kewenangan beliau, dan beliau menyarankan agar menulis surat ke Rektor Universitas Islam Madinah.
Saran dari beliau saya turuti untuk menulis surat permohonan dan saya langsung mengirimkannya ke email rektor UIM, Syaikh Dr. Shalih Al Uqla Hafidzahullah Ta’ala.
Berhari-hari menunggu namun tatap belum mendapatkan titik terang.
Saya datang ke Syaikh Dr. Rabih Al Ufy Hafidzahullah Ta’ala ketua Bagian Muadalah Universitas Islam Madinah, alhamdulillah sudah mengenal beliau sejak 2022 hingga kini dalam membantu proses Muadalah pondok-pondok yang ada di Indonesia.
Beliau selalu bilang :” Thalib seperti antum ini layak belajar di Pascasarjana UIM”.
Beliau bilang akan membantu semampu beliau, dan waktu itu beliau mengarahkan saya untuk mendaftar di Program Diploma Aly di Jurusan Ta’lim Lughoh Al Arabiyah Li Ghairi Natiqina Biha.
Beliau salah satu pengajar disana, maka saya nuruti semua arahan beliau.
Program Diploma Aly ini adalah program Pascasarjana Pra-Magister, kalau di Indonesia program ini setara dengan Jenjang S2 (Magister Terapan).
Masa belajarnya 2 semester/ satu tahun. Pada tahun tahun sebelumnya UIM menerapkan bahwa pendaftaran di jenjang Magister dan Doktoral bagi alumni UIM hanya sekali saja seumur hidup, itu artinya jika sekali ditolak maka tidak akan bisa daftar lagi, walaupun dari Diploma Aly sekalipun.
Pada tahun 2024 ada peraturan baru secara tertulis di Buku Panduan Pasca Sarjana bahwa lulusan Diploma Aly bisa daftar lagi ke Jenjang Magister di Universitas Islam Madinah walaupun di tahun sebelumnya pernah ditolak.
Mendengar hal ini membuat saya semangat untuk bisa tetap melanjutkan belajar di Universitas Islam Madinah.
Jenjang Diploma Aly hanya ada beberapa jurusan saja, di antaranya :
- Dakwah wa Tsaqofah Islamiyah
- Taujih wal Irsyad
- Maharat Lughowiyah
- Ta’lim Lughoh Al Arabiyah
- Qodo wa Siyasah Syariyyah
- Dll
Saya mendaftar dan mempersiapkan untuk ujian tulis, beberapa referensi sudah didapat tinggal mempelajari.
Syaikh Dr Rabih memberi arahan jangan baca semua referensi, cukup pelajari point-point yang telah beliau jelaskan. Dan beliau memberi contoh soal-soal tahun tahun sebelumnya untuk dipelajari dan sebagai gambaran bahwa pola soal tidak jauh berbeda dengan tahun tahun sebelumnya.
Waktu ujian tulis Diploma Aly telah tiba, dengan persiapan yang belum maksimal namun dengan optimisme yang tinggi, soal-soal ujian bisa dikerjakan dengan baik. Semua dengan izin Allah.
Ujian dilaksanakan sore hari, pada malam harinya diadakan wisuda UIM angkatan 60. Alhamdulillah setelah ujian selesai bisa ikut memeriahkan acara wisuda.
Waktu itu yang ikut tes tulis cukup banyak, kemungkinan ada 40 orang. Sedangkan saat itu belum tau kuota yang diterima berapa. Intinya optimis mendapatkan nilai ujian yang bagus sehingga bisa lulus.
Hari demi hari menunggu pengumuman tiba, hampir satu bulan menanti.
Tibalah saat yang ditunggu-tunggu namun ternyata lagi-lagi dinyatakan ditolak, Qoddarallah wa Masya Fa’al. Alhamdulillah ala kulli hal.
Mungkin ini sudah takdir Allah yang terbaik, ketika itu saya sudah berfikir sudah tidak ada harapan lagi, berarti sudah harus pulang ke Tanah Air untuk mengabdikan ilmu.
Toh saya juga sudah punya gelar Magister, nanti pulang bisa langsung lanjut Doktoral. Walaupun dalam hati masing sangat berat untuk meninggalkan kota Madinah.
Namun saya kepikiran satu hal, istri saya belum haji. Akhirnya saya memutuskan untuk daftarkan istri haji dengan uang tabungan yang pas-pasan, karena saya berfikir ini adalah tahun akhir di Madinah, sayang sekali jika belum haji sudah pulang nihai ke Indonesia.
Kita tahu bahwa haji dari Indonesia itu masa tunggunya lama, kalaupun pakai yang cepat maka harganya luar biasa mahalnya.
Alhamdulillah daftar haji sudah selesai, mendapatkan harga yang sesuai dengan isi kantong 5000 Riyal. Semoga ini yang terbaik. Tinggal menunggu tanggal keberangkatan ke Kota Mekkah.
Saya hubungi Syaikh Dr. Rabih untuk memberi tahu bahwa saya tidak diterima dijenjang Diploma Aly, saya mohon maaf belum bisa mendapatkan hasil yang maksimal.
Saya datang ke kantor beliau dan beliau membawa saya ketemu ketua Prodi Pascasarjana Ta’lim Lughoh yaitu Dr. Nashir Al Ahmady Hafidzahullah Ta’ala.
Dr Nashir bertanya nilai ujian saya berapa? Maka saya jawab 80.
Masya Allah itu nilai yang tinggi, coba saya minta nomer pendaftaran kamu. Semoga ada jalan yang terbaik, intinya kamu jangan buru-buru pulang ke Indonesia. Saya jawab; in syaa Allah saya mau haji dulu menemani istri.
Beberapa waktu saya menemui beliau lagi, untuk menanyakan apakah masih ada harapan diterima di jenjang Diploma Aly.
Absyir, kata beliau.
Waktu untuk berangkat ke Mekkah sudah dekat, kurang lebih sepekan lagi.
Pagi hari Awal bulan Dzulhijjah saya bersiap-siap menemui Dr. Nashir lagi untuk menanyakan apakah masih ada harapan.
Namun sebelum itu saya iseng cek status pendaftaran di akun pendaftaran saya. Lagi-lagi hal yang tak terduga kembali terjadi.
Waktu itu saya menangis haru, status saya yang beberapa pekan lalu “tertolak” berubah menjadi Maqbul. Masya Allah Tabarakallah, pertolongan Allah benar-benar nyata datang pada injury time.
Saat saya kroscek ternyata ada penambahan kuota, awalnya diterima hanya satu kelas menjadi dua kelas. Masya Allah Tabarakallah.
Saya ucapkan terima kasih kepada Syaikh Dr Rabih yang sudah sabar membimbing dan mengarahkan saya, begitu juga dengan Dr Nashir yang telah memberi kesempatan bagi yang nilainya bagus untuk tetap bisa belajar dengan menambah kuota satu kelas.
Hati berbunga masih diberi kesempatan untuk tinggal di Madinah lagi satu tahun ke depan, dan semoga di tahun depannya bisa diterima jenjang Magister Universitas Islam Madinah hingga jenjang Doktoral.
Doa doa itu saya panjatkan ketika di Arafah.
Alur taqdir yang begitu luar biasa, ternyata Allah ingin saya dan istri daftar haji terlebih dahulu setelah itu diberi kejutan istimewa.
Soalnya kalau diterima di tahap awal mungkin saya langsung memutuskan pulang liburan ke Indonesia.
Dan ajaibnya lagi, setelah haji selesai Allah beri rizki lagi berupa uang yang nominalnya cukup banyak untuk pulang liburan ke Indonesia.
Padahal uang yang dipakai untuk haji itu adalah tabungan akhir, itu artinya tidak ada uang lagi. Selama di Mekkah saya sama istri hanya bawa bekal pop mie karena memang uang sangat terbatas.
Lagi-lagi rizki Allah luas, tugas kita hanya bertaqwa dan berusaha semaksimal mungkin.
Singkat cerita kami bisa liburan selama sebulan di Indonesia dan kembali lagi ke Kota Madinah dengan membawa harapan yang sangat tinggi.
Selama satu 2024-2025 kami belajar di jenjang Diploma Aly, dan semua berjalan dengan lancar.
Selain belajar saya juga diberi amanah mengajar Mahasiswa Ma’had Lughoh bersama temen-temen lainnya.
Allah pilihkan jurusan yang sesuai naluri saya, karena saya termasuk orang yang sangat suka mengajar.
Ketika pembukaan pendaftaran Jenjang Magister, maka saya daftar dengan rasa optimisme yang tinggi, dan tentunya dengan persiapan yang sangat matang.
Ujian tulisan dan lisan sudah dilaksanakan dengan baik, penilaian tahun ini sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya.
Tahun 2025 tidak lagi mensyaratkan Hasil IQ sebagai hal yang dipertimbangkan, bagi saya itu kebijakan yang sangat tepat.
Penilaiannya sebegai berikut:
Ujian Tulis 30%
IPK 30%
Ujian Lisan 40%
Alhamdulillah dengan izin Allah saya meraih nilai tertinggi di ujian tulis dan mendapatkan rata-rata nilai 90.
Saya pun dinyatakan lulus jenjang Magister di Universitas Islam Madinah dengan masa belajar selama 3 tahun kepedan.
Semoga Allah memberikan keberkahan kepada kami semua dan tentunya masih tetap bisa mengabdi untuk membantu pondok-pondok untuk kerjasama (Muadalah) dengan UIM, serta membantu anak-anak terbaik kaum muslimin yang ingin melanjutkan belajarnya ke Universitas Islam Madinah.
Semoga sedikit cerita ini bermanfaat, ditulis dengan rasa haru dan rasa syukur yang mendalam.
Ada hal yang saya masih ingat, saat saat dalam keadaan genting (setelah pengumuman bahwa saya tidak diterima Diploma Aly) istri saya minta di anter ke Raudhoh, maka saya pun menuruti permintaannya.
Saya pun nunggu di luar, setelah beberapa saat akhirnya diapun keluar, dan dia pun nangis sejadi-jadinya. Dia bilang “ Belum sanggup jika meninggalkan kota Madinah dan harus pindah ke Indonesia, saya minta sama Allah untuk tetap bisa disini, semoga ada kejaiban ya ba”. Alhamdulillah semua itu Allah ijabah di saat injury time.
Jazakumullah khair atas doa-doa terbaik utnuk kami, terutama untuk orang tua, saudara serta para guru dan rekan-rekan semuanya.
Abu Yusuf Akhmad Ja’far, Lc, BA, M.Pd.
Sumber : Akun Facebook
Post a Comment
Perihal :: Mukhtar Hasan ::
لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا
Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.
Atau silahkan gabung di Akun facebook saya
================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda