Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Headline.....!!!
print this page
Artikel Berdasarkan Tanggal.
Showing posts with label Ustadz Kita. Show all posts
Showing posts with label Ustadz Kita. Show all posts

Biografi Ust Abu Qatadah Hafidzahullahu Ta'aala*

Al Ustadz Abu Qotadah hafidzohullah, lahir di Rancailat, suatu daerah di pesisir pantai selatan, pesisir yang bertatapan langsung dengan benua Australia.

Suka cita pendidikan dasar diselesaikan dikampung halaman, adapun pendidikan pertama dan menengah diselesaikan di tanah rantau, di jantung Kota Tasikmalaya, tepatnya di Persis Cempaka Warna, Tamansari – Kecamatan Cihideung.

LIPIA, jenjang pendidikan yang pula pernah ditempuh oleh beliau hafidzohullah; yang kemudian sebagaimana kebiasaan para penuntut ilmu dari masa kemasa, yang selalu rihlah untuk mencari ilmu, mendatangi majlisnya para ulama, karena diantara tabi’at dan keberkahan ilmu adalah didatangi bukan mendatangi. Pada tahun 1996 beliau safar ke negri Yaman, negri yang mendapat do’a khusus baginda Rasulallah , “negri didikan” sahabat yang paling mengetahui halal dan haram; Mu’adz bin Jabal radiyallahu ‘anhu, tanah kelahiran Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu, negrinya Imam Syaukani dan As Son’ani rahimahumullah. Selama 4 tahun lebih beliau tinggal di Darul Hadis-Dammaj, duduk dimajlinya ahli hadis negri Yaman, pembawa panji sunnah pemberantas bid’ah, Al ‘Alamah Al Muhaddis Abu Aburahman Muqbil bin Hadi al-wadi’i rahimahullah.
1 comments

Siapa Sebenarnya Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas?




Memang fakta-fakta tentang Ustadz Yazid  Jawas ini membuat heran banyak orang yang belum mengenalnya. Disini akan kami bongkar beberapa fakta tersebut agar anda mengetahui sosok Ustadz yang dicintai kalangan Ahlus Sunnah di Indonesia sekaligus dibenci oleh orang-orang Syi'ah dan Tarekat Sufi yang sangat suka mengkeramatkan kuburan.


FAKTA 1: BULUGHUL MARAM*

Ustad Yazid Jawaz yang dikenal dengan ceramahnya yang tegas ini ternyata mempunyai kecerdasan yang luar biasa. Siapa sangka Ustadz Senior dari kalangan Ahlus Sunnah ini mampu menghafal kitab Ulama klasik, yaitu Bulughul Maram. Kitab Bulughul Maram ini dihafal oleh Ustadz Yazid Jawwas diluar kepada.
7 comments

Biografi al-Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat (Bagian II)

Biografi al-Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat (Bagian II) 


Adapun nama dari guru beliau al ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah adalah seperti nama salah seorang imam kita pembela sunnah yang sangat kita cintai yaitu al Imam as Syafi’i rahimahullahu ta’ala yang nama beliau adalah Muhammad bin Idris, “ya” guru beliau bernama Muhammad bin Idris rahimahullah seorang yang pakar dalam ilmu tafsir di negri kita ini. 

Sebenarnya tulisan ana bukanlah dalam rangka untuk membuat biografi beliau al ustadz dalam pengertian sebagaimana para penulis buku-buku atau karangan-karangan mengenai biografi dari seorang ulama, sehingga dijelaskanlah secara rinci yang berkaitan dengan ulama tersebut. 

Akan tetapi tulisan ana tersebut sebagaimana diawal-awal tulisan ana, hanyalah ingin memberikan sebuah ibrah mengenai seorang guru yang telah mengajarkan kita kaum muslimin di negri ini secara umum tentang manhaj salafus shalih dan secara khusus ilmu-ilmu islam, terlebih lagi ilmu hadits yang beliau sangat berdalam-dalam disana. 

Dan sekaligus memberikan bayan kepada sebagian ikhwan kita kaum muslimin atas apa-apa yang telah tersalah dari mereka mengenai informasi tentang beliau, dan kesalahan ini tersebar oleh dan atas mereka. Maka jika antum ingin bersabar wahai saudara-saudaraku tunggulah lembaran kosong ini untuk kembali tergores dengan penaku tentang beliau hafizhahullah sebagai ibrah bagi kita, insya Allahu ta’ala… 

Judul asli: Guru Ustadz 'Abdul Hakim Abdat Sumber: 

2. Di Sini Copy and WIN : Di Sini

5 comments

Biografi al-Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat (Bagian I)

Biografi al-Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat Hafidzahullah


Alhamdulillah ya akhi bahwa ana termasuk diantara yang dekat dengan beliau yaitu al ustadz 'Abdul hakim bin Amir Abdat hafizhahullah dari sekian banyak kaum muslimin dinegri ini. Dan wajib bagi ana ya akhi untuk menceritakan sebagian tentang riwayat beliau yang ana ketahui karena ana adalah diantara orang yang mengetahui atau mendapatkan kisah dari beliau apa yang kaum muslimin yang lain tidak mengetahuinya agar mereka tahu dan dapat berpijak dengan ilmu dan keadilan tentang seorang yang telah banyak berjasa dalam menyebarkan dakwah sunnah, dakwah salafiyah mubarakah di negri tercinta ini.


Ada banyak kisah-kisah menarik dan penuh dengan ibrah sebenarnya yang ingin ana ceritakan dari kisah perjalanan ilmiyah beliau dalam menuntut ilmu syar’i. Yang mana kisah-kisah tersebut penuh dengan pelajaran untuk kita sekalian, dan yang akan paling dapat merasakan bagian terbesar dari pelajaran tersebut adalah para “pelajar ilmiyyah” yaitu yang mengkhususkan diri-diri mereka untuk menuntut ilmu agama Allah secara lebih tafsil.

Yang kisah tersebut ana dan beberapa orang teman dapatkan langsung dari beliau ditempat dan waktu yang berbeda-beda ketika sedang bersama beliau, itu tadi yang ana jelaskan diawal karena kesempatan yang Allah berikan kepada ana dan sebagian ikhwan untuk dapat mempunyai hubungan yang lebih dari yang lain dengan beliau al ustadz yang kami cintai karena Allah. 



Perlu antum sekalian ketahui akhi yang dimuliakan oleh Allah atas sebab Islam , bahwa kecintaan beliau terhadap ilmu islam adalah semenjak beliau masih kanak-kanak yakni dibangku sekolah dasar yang merupakan pendidikan formal satu-satunya yang beliau lalui. Oleh karena itu beliau pernah mengatakan di majelis hadits shahih bukhari yang beliau pimpin yang maknanya bahwa beliau hanyalah lulusan S1 yaitu SD karena “S”nya cuma satu.

Akan tetapi bukankah jalan menempuh ilmu itu banyak yang pada zaman ini telah disempitkan oleh sebagian manusia dimana mereka mengatakan bahwa kalau seseorang itu tidak memiliki gelar-gelar dari pendidikan formal maka dia bukan orang yang berpendidikan meskipun telah jelas sekali dihadapan matanya akan luasnya ilmu orang tersebut.

Maka beliau memutuskan untuk fokus menuntut ilmu syar’i setelah selesai beliau dibangku sekolah dasar. Perlu antum ketahui akhi bahwa keputusan beliau untuk memfokuskan menuntut ilmu syar’i adalah atas dasar prinsip beliau sendiri yang ketika itu masih anak-anak, namun SUBHANALLAH beliau sudah memiliki prinsip yang seperti itu bahkan semenjak sekolah dasar.

Beliaupun sudah mempunyai prinsip yang kuat yang diterapkan oleh seorang yang masih kanak-kanak pada waktu itu yaitu beliau tidak mau mengikuti pelajaran yang sekiranya tidak bermanfaat buat beliau seperti kalau sekarang namanya pelajaran ppkn dan beberapa pelajaran yang lainnya.

Maka beliau tidak lanjutkan pendidikan beliau ke jenjang formal SMP, namun beliau memilih untuk mendalami ilmu agama yang pada awal perjalanan beliau belajar disalah satu pesantren milik seorang kiyai terkenal di jakarta yaitu kyai Abdullah Syafi’i yang merupakan guru-guru awal beliau, namun beliau oleh ayahnya tidak di izinkan untuk berasrama dipesantren tersebut.

Akan tetapi ayahnya meminta kepada pihak pesantren agar beliau pulang pergi saja agar ayahnya lebih dapat mengurus keperluan beliau dengan lebih baik. Maka belajarlah beliau disana sampai karena suatu sebab beliau tidak belajar lagi di tempat tersebut dan pindah ke tempat yang lain di jakarta juga yang saat ini tempat tersebut telah menjadi masjid Istiqlal yang pada saat beliau belajar belum di bangun.

Dan beliau mengatakan bahwa beliau bersyukur kepada Allah bahwa beliau tidak belajar terus ditempat belajar beliau yang pertama, karena kalau sampai terus disana mungkin beliau akan berada diatas pemahaman quburiyyun dan kesesatan dalam beragama seperti umumnya pemahaman islam di negri kita ini.

Maka ditempat barunya ini beliau nampak sekali kecerdasan beliau sehingga beliau selalu loncat langsung ke jenjang yang lebih tinggi, sehingga beliau mengatakan yang maknanya bahwa “saya adalah yang paling kecil diantara teman-teman belajar saya”.

Beliau pernah pada saat kewafatan ibunda beliau beberapa tahun lalu tepatnya ketika khutbah kematian setelah dikuburkan jenazah ibunda beliau ke dalam tanah, maka beliau langsung berkhutbah dan ada disalah satu yang beliau sampaikan di khutbah tersebut yang membuat beliau sangat sedihnya dan mulai berlinang airmata beliau dan juga air mata para ikhwan yang hadir yang mendengarkan khutbah yang sangat bagus dan bermanfaat tersebut tentang hakikat kematian yaitu beliau menceritakan tentang jasa ibunda beliau yang membelikan kepada beliau kitab shahih muslim yang merupakan kitab hadits pertama yang beliau miliki atas hadiah dari ibunda beliau. Kitab tersebut masih ada sampai saat ini pada beliau dan telah berumur tua.

Beliau mengatakan bahwa itulah di antara sebab yang mengantarkan beliau cinta kepada hadits-hadits musthafa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan mulai mendalami ilmu hadits.

Kemudian ringkas kata dari kisah ini diantaranya juga beliau mendalami ilmu qira’at (bacaan qur’an) kepada salah seorang guru besar ahli qira’at di indonesia yang merupakan juri nasional dan internasional qira’at alqur’an pada waktu itu.

Beliaupun belajar sampai meninggal dunia guru tersebut. Beliau pernah ditawarkan oleh guru beliau tersebut untuk menjadi qari nasional namun beliau menolak dengan mengatakan secara baik-baik kepada guru beliau bahwa ajarkan saja saya ilmu tentang qira’at alqur’an.

Oleh karena itu dalam ilmu qira’at beliau memiliki ilmu yang cukup. Terkadang di dalam majelis beliau suka memberikan penjelasan sedikit berikut contohnya tentang macam baacan-bacaan alqur’an.

Kemudian beliau pernah menuturkan bahwa kalau ada seorang imam shalat kemudian pas kebetulan dibelakang imam tersebut ada guru qira’at beliau sebagai makmumnya, maka setelah shalat imam tersebut akan diberikan kritikan ilmiyyah tentang kesalahanya dalam bacaan qur’an dan rata-rata tidak ada yang lulus dari kesalahan, kata beliau.

Dan perlu antum sekalian ketahui akhi bahwa ada guru beliau yang paling berkesan bagi beliau dan amat beliau cintai dari guru-guru beliau yang lainnya, dia adalah sebagaimana dijelaskan oleh al ustadz merupakan ahli tafsir di negri kita ini yang sangat disegani oleh para kiayi dinegri ini.

Al ustadz belajar ilmu tafsir alqur’an kepada beliau bertahun-tahun sampai guru beliau meninggal dunia. Tahukah antum sekalian akhi bahwa sebelum mempelajari tafsir dengan sang guru maka yang dipelajari terlebih dahulu adalah pengantar ilmu tafsir qur’an dan itu selama beberapa tahun baru kemudian masuk kepada ilmu tafsir qur’an selama beberapa tahun sampai wafatnya guru beliau.

Maka senantiasa ana merasa heran kepada sebagian orang yang atas dasar ketidaktahuannya mengatakan bahwa al ustadz adalah orang yang belajar agama secara otodidak, seharusnya orang yang tidak tahu tugasnya adalah mencari tahu bukannya berbicara atas dasar kebodohannya dan malah menyebarkanya kepada manusia.

Maka sesungguhnya Allah akan membalas atas apa yang dilakukan manusia sebagaimana firman-Nya dalam surat al -Israa ayat 36: “…sesungguhnya pendengaran penglihatan dan apa yang ada dalam hati akan dimintai pertanggungan jawabnya”.

Ada beberapa kisah yang menarik antara beliau dan guru tafsir beliau yang ingin ana ceritakan secara ringkas kepada antum sekalian.

Kisah Pertama bahwa guru beliau sebagaimana yang beliau ceritakan sangat pakar dalam tafsir qur’an akan tetapi lemah dalam ilmu hadits, karena tidak seorang alimpun yang sempurna ilmunya yang menguasai seluruh disiplin ilmu di dalam islam. Maka apabila guru beliau ingin mengajar atau berceramah dan membawakan hadits-hadits Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka ia meminta kepada al ustadz untuk terlebih dahulu memeriksa tentang keadaan hadits tersebut apakah sah atau tidak hadits yang akan guru beliau bawakan.

Kisah yang kedua adalah pada waktu itu beliau telah mulai banyak menulis risalah-risalah tentang permasalahan-permasalahan agama diantaranya tentang hadits, maka diantara risalah yang beliau tulis adalah mengenai hadits-hadits tentang ancaman berdusta atas nama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (tulisan beliau ini di kemudian hari beliau masukan dalam kitab beliau diantaranya al masaail jilid yang pertama dengan judul ancaman berdusta atas nama rasulullah), maka tulisan beliau ini di baca oleh guru beliau dan guru beliau amat tertarik dengan tulisan beliau ini. Maka tanpa sepengetahuan beliau, guru beliau memfotokopikan tulisan beliau tersebut kemudian beliau bagikan kepada para kiayi di negri ini dalam rangka memberikan masukan ilmiyyah kepada para kiayi tentang permasalahan tersebut. Insya Allah bersambung akhi …

Judul asli :
Kisah Perjalanan Guru Yang Kami Cintai Karena Allah bag.1

sumber : 

1. kiriman email dari facebook fakta salafi
Sumber: Di Sini

6 comments

Asy Syaikh Abu Muhammad Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi Hafidzhohullah

Asy Syaikh Abu Muhammad Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi Hafidzhohullah,-*


Dzulqarnain bin Muhammad Sunusi lahir di Makassar pada 17 Sya’ban 1396 H/12 Agustus 1976 M. Setelah mulai menuntut ilmu agama di pulau Jawa pada 1994, pada 1995 beliau lanjut mempelajari berbagai bidang ilmu syariat kepada Syaikh Muqbil bin Hâdy Al-Wadi’iy rahimahullâh di Ma’had Darul Hadits, Yaman, hingga pertengahan 1999 seraya menghafal Al-Qur`an 30 juz di sana.
0 comments

Biografi Ustadz Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi

Biografi Ustadz Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi



 


A. Nama dan kelahiran

Nama lengkap beliau adalah Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi. Nama kunyah beliau adalah Abu Ubaidah. Beliau dilahirkan di desa Srowo, kecamatan Sidayu, kabupaten Gresik, Jawa Timur pada tanggal 17 Mei 1983. Beliau tumbuh di lingkungan keluarga yang sederhana.

B. Pertumbuhan beliau

Ketika Ustadz Abu Ubaidah berusia tujuh tahun, di saat beliau duduk di kelas dua MI (Madrasah Ibtidaiyyah), ayah beliau meninggal dunia secara mendadak karena sakit yang beliau derita –semoga Allah merahmatinya-. Setelah itu, Ustadz Abu Ubaidah diasuh oleh ibu dan saudara-saudari beliau.

Beliau menceritakan bahwa ketika kecil, beliau pernah ditanya tentang cita-cita hidup beliau. Sebagaimana layaknya anak-anak kecil lainnya, beliau menjawab, “Aku ingin menjadi dokter”. Ya Allah, mudah-mudahan cita-cita beliau tidak meleset karena di saat beliau dewasa, beliau menuliskan untaian kata,

“Aku ingin menjadi dokter hati dan penyakit yang menimpa umat”.

Kami (admin-ed) katakan, “Ya Allah, kabulkanlah…”

C. Awal Mula Perjalanan Menuntut Ilmu

saya mencintaimu karena Allah, yaa Ustadz...Awal mula perjalanan ustadz Abu Ubaidah dalam menuntut ilmu syar’i, dimulai dari sebuah Program Anak Yatim yang dikelola oleh Ustadz Aunur Rafiq bin Ghufron (yang kini menjadi mertua beliau). Setiap malam Jum’at, beliau dan beberapa anak Yatim satu desa setoran hafalan Al-Qur’an dan hadits Arbain Nawawi, serta belajar Kitab Tauhid, Bulughul Marom dan kitab-kitab lainnya.

Beliau mengikuti program ini kurang lebih antara tiga sampai empat tahun. Setelah beliau lulus MI, beliau diminta oleh al-Ustadz Aunur Rafiq bin Ghufran untuk sekolah di pesantren yang diasuhnya yang ada di desa beliau sendiri, yaitu Ma’had Al Furqon Islami.

Dalam risalahnya, Ustadz Abu Ubaidah menceritakan,

“Awalnya aku berpikir: “Untuk apa mondok, entar mau jadi apa?”

Namun alhamdulillah, berkat hidayah Allah, kemudian dukungan keluarga dan teman-teman serta tetangga, akhirnya beliau setuju juga untuk mondok.”

Beliau juga menceritakan saat-saat belajar di ma’had,

“Terus terang, awalnya saya hanya sekedar ikut-ikutan sekolah begitu saja tanpa arah dan niat yang jelas. Namun alhamdulillah dengan berjalannya waktu, aku merasakan nikmatnya mempelajari ilmu agama Islam sehingga 6 tahun lamanya, aku lalui studi di pesantren hingga selesai. Sungguh dari pesantren inilah aku mengenal ilmu dan agama yang sebenarnya. Dari pesantren inilah aku membaca, menghafal dan mengenal kitab-kitab para ulama, dari pesantren inilah aku mendapatkan banyak wawasan, teman dan pengalaman. Sungguh betapa indahnya hari-hari itu. ingin rasanya aku kembali menikmatinya!!. Semoga Allah membalas kebaikan kepada para guru yang telah mengajariku.”

Kemudian setelah lulus dari pesantren, beliau mengabdi dan mengajar di pesantren selama sekitar 2 tahun sambil mengembangkan bekal ilmu yang sudah beliau miliki. Di saat itu pula, beliau belajar berdakwah secara lisan dan tulisan.

Keinginan Ustadz Abu Ubaidah untuk menuntut ilmu langsung dengan para masyaikh ahlus-sunnah sangatlah besar. Beliau senantiasa berdoa, memohon kepada Allah dengan terus menerus agar dapat melakukan rihlah (perjalanan) dalam menuntut ilmu syar’i. Beliau berkata,

“Di sini (di Ma’had Al-Furqon-ed), aku merasakan lezatnya ilmu dan merasa bahwa ilmuku sangat minim sekali. Maka, saya berkeinginan kuat dan bersemangat tinggi untuk melanjutkan tholabul ilmi (perjalanan menuntut ilmu) ke luar Negeri dengan selalu berdoa kepada Allah terus menerus.”

Baarakallah fiikum ya Ustadz. Sesungguhnya kami mencintaimu karena Allah.

.

F. Belajar di Markaz Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin



Alhamdulillah, Allah mengabulkann doa beliau sehingga Allah memudahkannya untuk belajar di Markaz Syaikh Ibnu Utsaimin di Unaizah, Qoshim, Saudi Arabia. Belau belajar langsung dengan para masayikh, yang merupakan menantu dan murid-murid senior Syaikh Ibnu Utsaimin,yaitu:



1. Syaikh Dr. Sami Muhammad, beliau adalah menantu Syaikh Ibnu Utsaimin dan Imam Jami’ Ibnu Utsaimin. Ustadz Abu Ubaidah banyak belajar dari beliau fiqih, ushul fiqih dan qowaid fiqih, seperti kitab Zadul Mustaqni, Ar-Roudhul Murbi’, Al-Kafii, Zadul Ma’ad, Qowaid Ibnu Rojab, Al-Qowaid wal Ushul, Al-Ushul Min Ilmil Ushul, Umdatul Ahkam, Bulughul Marom dan masih banyak lagi kitab-kitab lainnya yang tidak bisa disebut semua, terutama risalah-risalah Syaikh Ibnu Utsaimin dan Syaikh as-Sa’di yang dipelajari saat liburan sekolah.



2. Syaikh Dr. Khalid al-Mushlih, beliau juga menantu Syaikh Ibnu Utsaimin, saya banyak belajar dari beliau aqidah, tafsir, fiqih nawazil dan adab/tazkiyah, seperti tsalatsal ushul, kasyfu syubuhat, kitab tauhid, aqidah salaf, al-Iqtishod, al-Hamawiyah, Aqidah Ibni Abi Dawud, Al-Iqtishod fil I’tiqod, Tajrid Tauhid, Fiqhu Nawazil karya beliau sendiri, Tafsi as-Sa’di, Adab Syar’iyyah dan kebanyakan risalah imam Ibnu Rojab.



3. Syaikh Dr. Abdur Rahman bin Shalih ad-Dahsy. Beliau adalah murid senior Syaikh Ibnu Utsaimin dan seorang yang sangat memiliki akhlak yang indah. Ustadz Abu Ubaidah banyak belajar dari beliau tentang ilmu Tafsir, bahasa, hadits dan Siroh. Di antara kitab yang dipelajarinya ialah Tafsir Jalalain, Shohih Bukhori dan Muslim, Umdatul Ahkam, Al-Ajurrumiyah, Alfiyah Ibnu Malik, al-Qowaid Tsalatsun, al-Fushul i Sirotir Rasul dan lain sebagainya.

Ustadz Abu Ubaidah juga banyak mengambil faedah dengan melihat langsung praktek nyata akhlak mulia yang diterapkan oleh para masayikh dan ulama sunnah di sana, demikian juga cara penyampaian dan pengajaran ilmu yang bagus, tersusun, berbobot dan mudah difahami.

Di samping itu, beliau juga mendapatkan faedah dari keberadaan beliau  di sana, dengan dapat menunikan ibadah haji dan umroh berkali-kali dan bertemu para ulama sunnah seperti:



1. Syaikh Abdul Aziz Alu Syaikh,


Beliau adalah Mufti Kerajaan Saudi Arabia sekarang ini.



2. Syaikh Abdul Muhsin al-Abbad,

Beliau adalah salah satu ahli hadits besar yang tersisa di masa ini. Beliau pernah menjabat sebagai rektor Universitas Islam Madinah menggantikan Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Sekarang, beliau menjadi guru besar ilmu hadits di Masjid Nabawi Madinah Saudi Arabia.



3. Syaikh Shalih al-Fauzan

Beliau adalah ulama besar, anggota Ha’iah Kibarul Ulama Saudi Arabia. Beliau mengisi tiga kali muhadharah di Jami’ Ibnu Utsaimin selama Ustadz Abu Ubaidah masih di sana),



4. Syaikh Shalih al-Luhaidan

Beliau adalah mantan Ketua Mahkamah Syari’at di Saudi Arabia. Beliau mengisi di Jami’ Ibnu Utsaimin dua kali selama ustadz Abu Ubaidah masih di sana.



5. Syaikh Sa’ad asy-Syatsri

Beliau adalah anggota Lajnah Daimah. Beliau mengisi di Jami Ibnu Utsaimin sekali selama Ustadz Abu Ubaidah masih di sana.



6. Dan masih banyak para masyaikh yang lain.

Pengajaran para masyaikh demikian membekas di hati ustadz Abu Ubaidah sehingga beliau pernah berkata,

“Semoga Allah membalas kebaikan kepada para masayikh di sana yang banyak memberikan faedah kepadaku. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk hamba-hambaMu yang bersyukur atas segala nikmatMu yang banyak kepada hambaMu yang lemah dan banyak berdosa ini.”

Masya Allah ya ustaadz.. Semoga Allah juga membalas kebaikan Antum kepada kami.

Ustadz Abu Ubaidah belajar di Markaz Ibnu Utsaimin kurang lebih empat tahun lamanya. Belum lama Ustadz Abu Ubaidah pulang ke Indonesia (beberapa bulan sebelum saya tulis risalah ini). Begitu saya mendengar ustadz Abu Ubaidah selesai studi di Unaizah, saya langsung “menembak” beliau untuk mengisi kajian umum di Yogyakarta. Na’am, alhamdulillah kajian itu terlaksana pada 21 Mei 2009 di Masjid Pogung Raya, dengan tema Menjaga Diri dari Fitnah Syubhat dan Syahwat.

.

G. Berdakwah Dengan Tulisan

Di sela-sela perjalanan beliau  menuntut ilmu, beliau meluangkan waktu untuk berdakwah dengan tulisan sehingga al-hamdulillah hingga saat ini beliau sudah menulis beberapa buku sebagai berikut:

I. Buku yang Tidak Tercetak

Buku yang pertama kali beliau tulis adalah Al-Wajiz Fii Aqidah Salaf Ashabil Hadits, yang diberi kata pengantar oleh Al-Ustadz Al-Fadhil Aunur Rafiq Ghufron. Buku ini beliau tulis dalam bahasa Arab pada tanggal 8/2/1424 
H. Beliau ketik sendiri buku tersebut lalu beliau harokati satu-satu persatu, lalu beliau cetak sendiri. Kemudian, beliau jadikan sebagai panduan jama’ah pengajian beliau di Masjid Jihad Gresik.

II. Buku yang tercetak

  1. Syaikh Albani Dihujat, cet Pustaka Abdullah Jakarta dan sekarang dicetak ulang oleh Salwa Press Tasikmalaya. Ini adalah buku pertama beliau yang diberi kata pengantar oleh para ustadz mulia, yaitu; Ustadz Abu Auf As-Salafy Abdur Rahman at-Tamimi, Ustadz Aunur Rafiq, Ustadz Abdul Hakim Abdat, Ustadz Mubarok Ba Muallim.
  2. Meluruskan Sejarah Wahhabi, cet Pustaka Alfurqon
  3. Membela Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, cet. Salwa Press
  4. Hadiah Istimewa Untuk Si Buah Hati, cet Media Tarbiyah
  5. Waspada Terhadap Kisah-Kisah Tak Nyata, cet Alfurqon
  6. Hadits Dhoif Populer, cet Media Tarbiyah
  7. Dimana Allah? Cet Media tarbiyah
  8. Polemik Perayaan Maulid Nabi, cet Pustaka Nabawi
  9. Bangga Dengan Jenggot, cet Pustaka Nabawi
  10. Demonstrasi, Solusi Atau Polusi? Cet Darul Ilmi
  11. Ustadz Abu Ubaidah juga menulis buku bersama shahabat beliau, Ustadz Abu Abdillah Syahrul Fatwa Al-Atsari (ketika risalah ini saya tulis, beliau masih di Markaz Syaikh Ibnu Utsaimin Unaizah Saudi). Buku-buku tersebut adalah:

  • Bekal Safar Menurut Sunnah, cet. Media Tarbiyah
  • Agar Ziarah Kubur Membawa Berkah, cet. Media Tarbiyah
  • Fiqih Praktis Makanan, cet. Pustaka Al-Furqon
  • Amalan Sunnah Bulan Hijriyah, cet. Darul Ilmi

.

III. Buku-Buku yang akan terbit

Di antara beberapa buku yang insyallah sebentar lagi akan terbit adalah:

  1. Adakah Siksa Kubur? Insya Allah akan diterbitkan oleh penerbit Darul Ilmi
  2. Panduan Praktis Adzan dan Iqomat. Insya Allah akan diterbitkan oleh penerbit Darul Ilmi
  3. Pengeboman, Jihad atau Terorisme? Insya Allah akan diterbitkan oleh penerbit Pustaka Al Furqon

Ya Ustaadz, kami berdoa kepada Allah agar senantiasa menjadikan Anda ikhlas dalam beramal dan menjadikan tulisan-tulisan Anda bermanfaat bagi semua hamba-Nya, di manapun berada.

Demikianlah biografi singkat Ustadz Abu Ubaidah As-Sidawi. Semoga perjalanan beliau dalam menuntut ilmu dapat memberi faidah bagi kita. Di akhir risalah biografi asli beliau, Ustadz Abu Ubaidah di menuliskan untaian kata, yang beliau tujukan kepada kita semua, para pembaca blog ini. Beliau menyampaikan,

“Doa para pembaca semua sangat kami harapkan agar kami tetap di atas jalan yang lurus dan kelak menjadi penduduk surga yang penuh dengan kenikmatan.”

.

F. Di antara Untaian Nasehat Beliau

Ada banyak untaian faidah yang saya petik dari tulisan-tulisan beliau di majalah Al-Furqon, buku-buku beliau, dari lisan beliau, maupun dari akhlak beliau. Namun, karena khawatir tulisan ini jadi terlalu panjang, dan biografi ustadz yang ditunggu-tunggu pembaca tidak segera dimuat di blog beliau, saya tuliskan empat saja pelajaran yang saya petik dari beliau, yaitu:

1. Jangan Remehkan Faidah

  • Beliau menasehati kita untuk tidak menyepelekan mencatatan faidah ilmiah. Beliau berkata,

“Jangan sekaali-kali menganggap sepele sebuah faidah, karena satu faedah diremehkan… kemudian diremehkan… kemudian diremehkan…; kalau dikumpulkan, maka akan terkumpul banyak sekali.”

2. Jagalah Ilmu dengan Tulisan

  • Di antara nasehat beliau (ditulis ketika beliau menyusun Muqaddimah rubrik Al-Fawa’id Majalah Al-Furqon),

Tulisan sangat penting untuk menjaaga ilmu, lebih meresap dalam hafalan, memudahkan kita untuk membaca ulang terutama apabila dibutuhkan, bisa dibawa ke sana kemari, dan sebagainya. Betapa seringnya seorang yang menyepelekan sebuah faedah karena mengandalkan hafalannya seraya mengatakan, “Ah, gampang… Insya Allah saya tidak lupa”; akhirnya dia lupa dan berangan-angan aduhai sekiranya dahulu ia menulisnya.

3. Beliau memberi nasehat untuk senantiasa menjauhi kebiasaan plagiat dan mendorong kita untuk menghargai jasa orang lain. Beliau berkata,

Terkadang kita mendapatkan sebuah faedah berharga dari seorang kawan yang telah bersusah payah mendapatkannya, tetapi setelaah itu kita menasabkannya kepada diri kita tanpa mengingat jerih payah saudara kita. Jangan, sekali-kali jangan! Hindarilah perangai jelek ini. Hargailah jasa orang lain padamu! Semoga Allah memberkahi ilmumu.

4. Ulangi Terus Apa yang Telah Kau Pelajari

Apabila Anda telah memiliki buku yang menghimpun masalah-masalah penting ini, maka seringlah Anda membacanya bekali-kali, baik dengaan diajarkan kepada oang lain secara lisan atau tulisan, atau sekadar dibaca sendiri, karena ilmu apabila tidak sering diulang-ulang, maka lambat laun akan pudar dari ingatan.



diedit ulang oleh administrator



0 comments

Fadhilatul Syaikh 'Abu Auf 'Abdurrahman bin 'Abdul Karim at-Tamimi as-Salafy

Fadhilatus Syaikh Abu 'Auf 'Abdurrahman bin 'Abdul Karim at-Tamimi as Salafy


Oleh : Abu Salma al-Atsari



Beliau adalah al-Ustadz Abdurrahman bin Abdul Karim at-Tamimi, Mudir (Direktur) Mahad Ali al-Irsyad as-Salafi Surabaya. Beliau lahir di kota Bangil – Pasuruan - Jawa Timur 27 Desember 1947.

Di usia belia, ayahanda beliau mengirim beliau ke negeri Hadhramaut dengan harapan agar dapat menguasai Bahasa Arab. Semenjak duduk di bangku sekolah beliau gemar membaca buku, terutama buku-buku tentang sejarah Nabi. Buku tentang sejarah Nabi senantiasa beliau bawa dan baca di lingkungan sekolah. Maka jika beliau membawa sebuah buku dilingkungan sekolah, teman-teman beliau dengan mudah menebaknya itu adalah buku tentang sejarah Nabi. Hingga saat ini beliau mengajarkan buku tentang sejarah para salafus shalih dilingkungan murid-murid beliau.

0 comments
 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger