Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Barangsiapa Mengenal Dirinya, Maka Sungguh Ia Telah Mengenal Tuhannya..!!!

Barangsiapa Mengenal Dirinya, Maka Sungguh Ia Telah Mengenal Tuhannya : Hadits Palsu dan Tidak Ada Asal-Usulnya



Tersebar di tengah masyarakat dan saudara-saudara kaum muslimin, sebuah perkataan masyhur yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam : 

مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ

“Barangsiapa mengenal dirinya, maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.”

Saking masyhurnya perkataan ini bahkan beberapa saudara kami menjadikannya hujjah tanpa mempedulikan apakah perkataan ini punya sanad ataukah shahih, dha’if atau malah palsu. Karena tidaklah sebuah perkataan itu dinisbatkan pada hadits marfuu’ hingga Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam melainkan ia ternukil dengan sanad yang jelas dan dapat diselidiki shahih tidaknya.

Para ‘aalim ulama Rabbaniy yang Allah Ta’ala telah karuniakan ilmu dan bashirah kepada mereka telah mengomentari perkataan ini.

قَالَ ابْنُ تَيْمِيَّةَ: مَوْضُوعٌ

Ibnu Taimiyyah berkata, “Maudhuu’.”

وَقَالَ السَّمْعَانِيُّ: إِنَّهُ لَا يُعْرَفُ مَرْفُوعًا، وَإِنَّمَا يُحْكَى عَنْ يَحْيَى بْنِ مُعَاذٍ الرَّازِيِّ مِنْ قَوْلِهِ

As-Sam’aaniy berkata, “Sesungguhnya hadits ini tidak diketahui marfuu’ (hingga Rasulullah), melainkan ia dihikayatkan dari perkataan Yahyaa bin Mu’aadz Ar-Raaziy.”

وَقَالَ النَّوَوِيُّ: إِنَّهُ لَيْسَ بِثَابِتٍ، يَعْنِي عَنِ النَّبِيِّ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ

An-Nawawiy berkata, “Sesungguhnya hadits ini tidak tsabit, yakni dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam.”

وقال العلامة الفيروزأبادي: ليس من الأحاديث النبوية، على أن أكثر الناس يجعلونه حديثا عن النبي صلى الله عليه وسلم، ولا يصح أصلا، وإنما يروي في الإسرائيليات : يا إنسان، اعرف نفسك فتعرف ربك. انتهى كلام الشيخ الألباني

Al-’Allaamah Al-Fairuuz Abaadiy berkata, “Tidak berasal dari hadits-hadits Nabawiy, (namun) banyak manusia yang menjadikannya hadits (yang dinisbatkan) dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, tidak shahih asal-usulnya, melainkan ia diriwayatkan dari perkataan Israa’iiliyat : Wahai manusia, kenalilah dirimu maka kau akan mengenal Tuhanmu.” Selesai kalam Syaikh Al-Albaaniy dalam Adh-Dha’iifah 1/166.

Dalam Hilyatul Auliyaa’ 10/208, perkataan ini juga dihikayatkan dari perkataan Sahl bin ‘Abdillaah At-Tustariy dan dinukil tanpa sanad :

وَسُئِلَ سَهْلٌ: عَنْ قَوْلِهِ: مَنْ عَرَفَ نَفْسَهُ فَقَدْ عَرَفَ رَبَّهُ، قَالَ: ” مَنْ عَرَّفَ نَفْسَهُ لِرَبِّهِ عَرَّفَ رَبَّهُ لِنَفْسِهِ

Sahl ditanya mengenai perkataannya, “Barangsiapa mengenal dirinya maka sungguh ia telah mengenal Tuhannya.” Sahl berkata, “Barangsiapa mengenal dirinya melalui Tuhannya, (maka ia telah) mengenal Tuhannya melalui dirinya.”

Ibnu Hajar Al-Haitamiy Al-Makkiy dalam Fataawaa-nya 1/677 telah ditanya mengenai perkataan ini :

لا أصل له ، وإنما يحكى من كلام يحيى بن معاذ الرازي الصوفي ، ومعناه : من عرف نفسه بالعجز والافتقار والتقصير والذلة والانكسار عرف ربه بصفات الجلالة، والجمالة على ما ينبغي لهما

“Tidak ada asal-usulnya, melainkan ia dihikayatkan dari kalam Yahyaa bin Mu’aadz Ar-Raaziy Ash-Shuufiy, maknanya adalah barangsiapa mengenal dirinya dengan kelemahan, kefakiran, kekurangan, kehinaan dan kerapuhan, (maka ia telah) mengenal Tuhannya dengan shifat keagunganNya dan keindahanNya atas apa yang diharuskan ada pada keduanya.”

Tanbiihaat :
Kesimpulannya perkataan ini palsu, tidak ada asal-usulnya dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahkan ketika perkataan ini dinisbatkan kepada seseorang pun ia hanya ternukil dengan sighat “dihikayatkan”, suatu sighat yang menyatakan bentuk ketidakjelasan dan ketidakpastian akan sesuatu, bahkan Al-Fairuuz Abaadiy menukil bahwasanya perkataan ini berasal dari hikayat Israa’iiliyat. Cukuplah bagi kita peringatan dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wasallam berikut ini :

قَالَ مَنْ تَعَمَّدَ عَلَيَّ كَذِبًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ

Beliau bersabda, “Barangsiapa berdusta atas namaku dengan sengaja, maka hendaknya ia persiapkan tempat duduknya dari neraka.”[Shahiih Muslim 1/10, Muqaddimah, Muhammad Fu'aad 'Abdul Baaqiy]

Oleh karena itu kami menghimbau agar para da’i dan penceramah stop menyebarkan perkataan ini dalam ceramah dan dakwah mereka dan menisbatkannya pada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam.

“Ya akhi, lalu bagaimana hadits shahihnya? Beri kami solusi, jangan asal main vonis saja.”

“Tenang akhi, cukuplah bagi kita hadits shahih ini yang kita sebarkan dalam dakwah dan ceramah-ceramah kita.” Yaitu hadits :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ حَيْثُ يَذْكُرُنِي وَاللَّهِ لَلَّهُ أَفْرَحُ بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ يَجِدُ ضَالَّتَهُ بِالْفَلَاةِ وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَمَنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِذَا أَقْبَلَ إِلَيَّ يَمْشِي أَقْبَلْتُ إِلَيْهِ أُهَرْوِلُ

Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda, “Allah ‘Azza wa Jalla berfirman, “Aku sesuai persangkaan hambaKu kepadaKu, dan Aku bersamanya ketika dia mengingatKu. Demi Allah, Allah Ta’ala sangat gembira menerima taubat seseorang dari kalian, melebihi kegembiraan seseorang yang menemukan kembali barangnya yang hilang di suatu tempat yang luas. Barangsiapa mendekat kepadaKu sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepadaKu sehasta, maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa. Apabila ia datang kepadaKu dengan berjalan, maka Aku akan datang kepadanya dengan berlari.” [Shahiih Muslim no. 2744 dan ini lafazhnya; Shahiih Al-Bukhaariy no. 7536]

Semoga bermanfaat.
Wallaahu a’lam.

Maraji’ :
- “Al-Asraar Al-Marfuu’ah fil Akhbaar Al-Maudhuu’ah Al-Ma’ruuf bi Al-Maudhuu’aatil Kubraa“, karya Syaikh Mullaa ‘Aliy Al-Qaariy, Al-Maktab Al-Islaamiy, cetakan kedua.
- “Silsilatu Adh-Dha’iifah wal Maudhuu’ah“, karya Syaikh Muhammad Naashiruddiin Al-Albaaniy, Maktabah Al-Ma’aarif, Riyaadh, cetakan pertama.

Silakan Share Artikel Ini :

Post a Comment

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger