Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Apa itu "Tauhid"?

Apa itu "Tauhid"



Oleh DR Muhammad al-‘Aqil

 

Makna tauhid secara bahasa

Definisi Tauhiid

Tauhiid berasal dari bahasa arab, yang berasal dari kata-kata:
وحد - يوحد - توحيدا

Wahhada, Yuwahhidu, Tawhiidan

Kata وحد (Wahhada) meliputi makna kesendirian sesuatu dalam Dzat, sifat maupun perbuatannya, dan tidak adanya sesuatu yang menyerupainya dan menyertainya dalam kesendiriannya.

Bila huruf ح (ha`) digandakan (yaitu ada dua ha’, pent), menjadi wahhada; maka maknanya adalah menjadikan sesuatu itu satu, atau menisbatkannya kepada ketunggalan/kesendirian.




Makna tauhid secara Istilah
Tauhid secara istilah adalah keyakinan yang teguh, bahwa hanya Allaah yang berhak untuk disembah/diibadahi, disertai dengan pelaksanaan pengabdian/penyembahan/penghambaan hanya kepadaNya saja, dan tidak mengalihkan hal itu kepada selainNya. Inilah yang merupakan makna dari ungkapan kalimat syahadat (Laa ilaaha illaLLaah) yang maknanya: “Tiada sesembahan (yang berhak untuk disembah) melainkan hanya Allaah”

Definisi ini dapat dilihat di kamus al-Muhiith (414), Lisaanul ‘Arab (III/446), dan Mushbaahul Muniir. Definisi ini pula dapat dijumpai pula dalam kitab Da’watut Tauhiid oleh DR. Muhammad Khaliil Harraas, dan juga dalam kitab Lawaami’ul Anwaar al-Bahiyyah (I/57), Majmuu’ al-Fataawaa (I/104, XIX/106), Madaarijus saalikiin (I/25), Ijtimaa`ul Juyuusy (hlm. 47) dan Syarhul ‘Aqiidah ath Thahahiyyah (hlm. 23)

[Dikutip dari Buku: “Manhaj Aqiidah Imam asy Syafi’i”, hlm. 284; Penerbit: Pustaka Imaam asy Syaafi’iy, via GoogleBooks]


Jenis-Jenis Tauhiid

[Oleh: Syaikh ‘Abdurrahmaan bin Hasan aalusy Syaikh]

al Allamah ibnul Qayyim berkata:


“Tauhid yang diserukan oleh para Rasul dan kitab-kitab suci turun dengannya ada dua macam:

Pertama: Tauhid al Ma’rifah wal Itsbat (yaitu MENGESAKAN Allaah dengan mengenal dan menetapkan apa yang wajib bagi Allaah)

Kedua: Tauhid ath Thalab wal Qashd (yaitu meminta pahala dan kebaikan dari Allaah dan menjadikanNya sebagai satu-satunya tujuan dan niat)

Yang pertama adalah menetapkan hakikat Dzat ar Rabb dalam sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, dan nama-namaNya, berbicaranya Dia melalui kitab-kitabNya, berbicaranya Dia kepada hamba-hambaNya yang Dia kehendaki, menetapkan keumuman ketetapan, kodrat dan hikmahNya. al Qur-aan telah memaparkan tauhid ini dengan pemaparan yang sangat jelas. Sebagaimana di awal surat al Hadiid, surat Thaaha, akhir surat al Hasyr, awal surat as Sajdah, awal Aali ‘Imraan, surat al Ikhlash seluruhnya, dan lain-lain.

Adapun tauhid yang kedua adalah yang dikanding dalam surat al Kaafiruun. Dan juga yang terkandung dalam firman Allaah Ta’aala:


قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ ۚ فَإِن تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ

Katakanlah: “Hai Ahli Kitab (orang-orang yang diturunkan kitab), marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita menyembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan-tuhan selain Allah”. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.

(aali ‘Imraan : 64)

Begitupula awal surat as Sajdah dan akhirnya, awal surat al Mukmin (ghafir) dan pertengahannya serta akhirnya, awal surat al A’raaf dan akhirnya, surat al an’aaam secara umum, dan mayoritas surat-surat al Qur-aan, bahwa semua al Qur-aan mengandung, menetapkan, dan menyeru kepada keuda bentuk tauhid ini.

Kandungan al Qur-aan tidak lepas dari:


  • Pertama, berita tentang Allaah, nama-nama, sifat-sifat, perbuatan-perbuatan, dan firman-firmanNya, dan ini adlaah tauhid al ilmi al khabariy.


  • atau Kedua, dakwah untuk beribadah hanya kepada Allaah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan mencabut (mendongkel) semua yang disembah selainNya, ini adalah al iradi ath thalabi.


  • atau Ketiga, perintah dan larangan, mengharuskan menaatiNya, menjaankan perintah dan menjauhi laranganNya, dan ini termasuk hak-hak tauhid dan menyempurnakannya.


  • dan Keempat, berita tentang ahli tauhid, apa yang Allaah lakukan kepada mereka di aakhirat sebagai penghargaan kepada mereka, ini adalah balasan tauhid kepadaNya, atau berita tentang ahlisy Syirik, balasan yang Dia timpakan kepada mereka di dunia dan adzab yang Dia berikan kepada mereka di aakhirat, ini adalah balasan orang-orang yang keluar dari hukum tauhiid.

Jadi al Qur-aan seluruhnya tentang tauhid, hak-hak dan balasannya; tentang syirik, penganut dan balasannya”

Demikian ucapan ibnul Qayyim.

Penetapan Tauhiid Dalam al-Qur`aan

Syaikhul Islaam berkata:

“Tauhid yang dibawa oleh para Rasul mengandung penetapan ilahiyah (predikat sebagai yang disembah) hanya kepada Allaah semata, dengan mengikrarkan bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Allaah. Tidak menyembah selain Dia, tidak bertawakkal kecuali kepadaNya, tidak bersikap loyal kecuali untukNya, tidak memusuhi kecuali karenaNya, dan tidak beramal kecuali demi Dia. Hal ini berarti mengandung peneapan bagi nama-nama dan sifat-sifat yang Dia tetapkan untuk diriNya.

Allaah berfirman:


وَإِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ لَّا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ

Dan Sesembahanmu adalah Sesembahan Yang Maha Esa; tidak ada sesembahan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

(al Baqarah: 163)

Allaah juga berfirman:


وَقَالَ اللَّهُ لَا تَتَّخِذُوا إِلَٰهَيْنِ اثْنَيْنِ ۖ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَإِيَّايَ فَارْهَبُونِ

Dan Allaah berfirman: “Janganlah kamu menyembah dua sesembahan; sesungguhnya Dialah Sesembahan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut”.

(an Nahl : 51)

Allaah juga berfirman:


وَمَن يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِندَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.

(al Mu’minuun : 117)

Dan Allaah berfirman:


وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِن دُونِ الرَّحْمَٰنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ

Dan tanyakanlah kepada rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu: “Adakah Kami menentukan sesembahan-sesembahan untuk disembah selain Allah Yang Maha Pemurah?”

(az Zukhruf: 45)

Allaah mengabarkan tentang setiap nabi, dari para nabi, bahwa mereka mengajak manusia agar menyembah Allaah semata, tidak ada sekutu bagiNya. Dia berfirman:


قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّىٰ تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja.”

(al Mumtahanah: 4)

Tentang orang-orang menyekutukan Allaah, Allaah berfirman:


إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ . وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُو آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ

Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallaah” (Tiada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”

(ash Shaaffaat: 35-36)

Ayat-ayat senada dalam al Qur-aan berjumlah banyak.

Yang dimaksud Tauhiid Bukan Sekedar Mengesakan Allaah Dalam Ketuhanan (saja)

Dan yang dimaksud dengan bertauhid, bukan sekedar mengesakan dalam hal ketuhanan (rubbubiyah). Yakni meyakini bahwa Allaah semata yang menciptakan alam semesta, sebagaimana asumsi sebagian orang dari kalangan ahli kalam... Mereka ini mengira bahwa jika mereka telah menetapkan hal itu berdasarkan dalil, berarti mereka telah menetapkan tauhid yang paling tinggi. Dan bahwa jika mereka telah mengakui ini, dan fana’ didalamnya, maka mereka telah fana’ di dalam puncak tauhid.

Padahal seandainya seorang laki-laki mengakui sifat-sifat yang berhak disandang ar-Rabb, dia menyucikanNya dari segala perkara yang mana Dia patut disucikan darinya, mengakui bahwa Dialah satu-satunya pencipta segala sesuatu, maka dia tetap belum bertauhid, sampai dia bersaksi bahwa tiada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan hanya Allaah semata. Dia mengakui bahwa hanya Allaah semata, sesembahan yang berhak diibadahi, dan mengikrarkan diri untuk beribadah hnaya kepada Allaah semata.

Penyebab Salah Dalam Memahami Tauhiid, Karena Salah Memaknai الإله (al-ilaah)

Adapun الإله (al-ilaah: yaitu sesembahan) maknanya المألوه (al ma'luuh, yaitu) yang disembah; yang berhak atas ibadah! Bukan الإله dalam arti yang mampu mencipta sesuatu yang baru!

Jika seseorang menafsirkan الإله dengan yang mampu mencipta yang baru, meyakini bahwa makna tersebut merupakan sifat terkhusus bagi الإله... Maka jika dia menganggap bahwa inilah yang merupakan tujuan utama tauhid -seperti yang dilakukan oleh sebagian kalangan yang berbicara di bidang sifat-; maka dia belum mengetahui hakikat tauhid, yang mana dengannya Allaah mengutus para Rasul, karena orang-orang musyrik pun mengakui bahwa hanya Allaah semata pencipta segala sesuatu, namun walaupun demikian… Mereka tetap musyrik.

Mayoritas orang yang menyekutukan Allaah, mengetahui dan menyakini bahwa Dialah Pencipta, Pengatur, Pemelihara dan Penguasa alam semesta

Allaah berfirman:


وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشْرِكُونَ

Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allaah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).

(Yuusuf: 106)

Sebagian salaf berkata,

“Bertanyalah kepada mereka, ‘siapa yang menciptakan langit dan bumi?’ maka mereka akan menjawab, ‘Allaah’. Walaupun begitu… Mereka menyembah selainNya”

Allaah berfirman:


قُل لِّمَنِ الْأَرْضُ وَمَن فِيهَا إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ . سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَذَكَّرُونَ . قُلْ مَن رَّبُّ السَّمَاوَاتِ السَّبْعِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ . سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ . قُلْ مَن بِيَدِهِ مَلَكُوتُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ يُجِيرُ وَلَا يُجَارُ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ . سَيَقُولُونَ لِلَّهِ ۚ قُلْ فَأَنَّىٰ تُسْحَرُونَ .

Katakanlah: ‘Kepunyaan siapakah bumi ini, dan semua yang ada padanya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah’. Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak ingat?’ Katakanlah: ‘Siapakah Yang Empunya langit yang tujuh dan Yang Empunya ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah’. Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah: ‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan menjawab: ‘Kepunyaan Allah’. Katakanlah: ‘(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu ditipu?’

(al Mu’minuun: 84-89)

Maka tidak semua orang yang mengakui bahwa Allaah adalah Tuhan segala sesuatu, penciptanya… (maka mereka otomats) beribadah (hanya) kepadaNya bukan kepada selainNya, (Tidak secara otomatis pula mereka hanya) berdoa kepadaNya dan meninggalkan doa kepada selainNya, (tidak otomatis pula mereka yang mengakui hal ini, maka mereka) mentaati Rasul-RasulNya, memerintahkan apa yang Dia perintahkan, dan melarang apa yang Dia larang. Bahkan mayoritas orang-orang yang menyekutukan mengakui bahwa Allaah adlaah pencipta segala sesuatu, tetapi mereka mengangkat para pemberi syafia’at (selainNya) yang dengannya mereka berbuat syirik (dengan mengibadahi mereka), yang dengan itu mereka mengangkat sekutu-sekutu bagi Allaah.

Allaah berfirman:


أَمِ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ شُفَعَاءَ ۚ قُلْ أَوَلَوْ كَانُوا لَا يَمْلِكُونَ شَيْئًا وَلَا يَعْقِلُونَ . قُل لِّلَّهِ الشَّفَاعَةُ جَمِيعًا ۖ لَّهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Bahkan mereka mengambil pemberi syafa’at selain Allah. Katakanlah: “Dan apakah (kamu mengambilnya juga) meskipun mereka tidak memiliki sesuatupun dan tidak berakal?” Katakanlah: “Hanya kepunyaan Allah syafa’at itu semuanya. Kepunyaan-Nya kerajaan langit dan bumi. Kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan”

(az Zumar: 43-44)

Allaah berfirman:


وَيَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمْ وَلَا يَنفَعُهُمْ وَيَقُولُونَ هَٰؤُلَاءِ شُفَعَاؤُنَا عِندَ اللَّهِ ۚ قُلْ أَتُنَبِّئُونَ اللَّهَ بِمَا لَا يَعْلَمُ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ ۚ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ عَمَّا يُشْرِكُونَ

Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah”. Katakanlah: “Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) dibumi?” Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dan apa yang mereka mempersekutukan (itu).

(Yuunus: 18)

Allaah berfirman:


وَلَقَدْ جِئْتُمُونَا فُرَادَىٰ كَمَا خَلَقْنَاكُمْ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَتَرَكْتُم مَّا خَوَّلْنَاكُمْ وَرَاءَ ظُهُورِكُمْ ۖ وَمَا نَرَىٰ مَعَكُمْ شُفَعَاءَكُمُ الَّذِينَ زَعَمْتُمْ أَنَّهُمْ فِيكُمْ شُرَكَاءُ ۚ لَقَد تَّقَطَّعَ بَيْنَكُمْ وَضَلَّ عَنكُم مَّا كُنتُمْ تَزْعُمُونَ

Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat besertamu pemberi syafa’at yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-sekutu Tuhan di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu kamu anggap (sebagai sekutu Allah).

(al An’aam: 94)

Allaah berfirman:


وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah

(al Baqarah: 165)

Oleh karena itu, pengikut mereka[1] adalah orang-orang yang bersujud kepada matahari, rembulan, bintang-bintang, dan berdoa kepadanya, berpuasa, dan menyembelih untuknya, mendekatkan diri kepadanya[2] kemudian dia berkata, “ini bukan merupakan syirik, akan tetapi yang merupakan syirik adalah jika aku meyakini bahwa yang ia yang mengaturku, tetapi jika aku menjadikan ia sebagai perantara dan sebab, maka aku bukan pelaku syirik. Dan sudah diketahui secara mendasar, dalam agama Islaam, bahwa hal tersebut adalah syirik”

Demikian ucapan Syaikhul Islaam.

[Disalin “Blog Syarah Kitab Tauhid”, dari kitab “Fathul Majid – Penjelasan lengkap kitab tauhid Imam Muhammad bin Abdul Wahhab, Dilengkapi Takhrij Hadits-hadits yang dipermasalahkan dalam kitab tauhid (Syaikh Furaih bin Shaalih al Bahlal)”, Pustaka Sahifa – dengan sedikit perubahan dan penambahan tanpa merubah makna]

Sumber : Fanpage Seruan Tauhid


Catatan Kaki

1.Berkata Syaikh Muhammad Hamid al Faqi: Yakni dari kalangan orang-orang yang mengaku bertauhid dengan makna tersebut, seperti kebanyakan orng yang menisbatkan diri kepada Islaam, akan tetapi dia malah bersibuk ria dengan sihir, yang merupakan penyembahan kepada bintang-bintang dan setan-setan dengan mantra-mantra, asap-asap, dan menyembelih hewan hitam atau merah atau lainnya (yang mana ini jelas-jelas merupakan ritual penyembahan/peribadatannya yang dipersembahkannya kepada selain Allaah).

2. Berkata Syaikh Muhammad Hamid al Faqi: Yakni Menyembelih hewan-hewan untuknya (sesajen), membuat makanan seperti orang yang melaksanakan haji ke baitullah untuk menunaikan manasik.
Silakan Share Artikel Ini :

Post a Comment

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger