Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Setitik Ilmu Balaghah...!!!

Setitik Ilmu Balaghah...!!!


Saudaraku…Apa yang anda ketahui tentang ilmu bahasa Arab? Mungkin anda menjawab Nahwu dan Sharaf…Ya anda tidak salah, namun yang perlu anda ketahui  –dan mungkin sebagian dari anda sudah tahu- diantara ilmu bahasa Arab adalah ilmu balaghah, ilmu yang tidak kalah indahnya dari dua ilmu yang disebutkan di atas, bahkan bisa jadi ilmu terindah yang dapat melengkapi kedua ilmu tersebut, hamba yang dhaif inipun merasa beruntung karena sempat mempelajari ilmu ini walau hanya menamatkan satu kitab saja, kitab itu adalah شرح دروس البلاغة  oleh asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin, yang dipandu oleh Ustadzuna al-Fadhil Abu Yusuf Ahmad Sabiq hafidzahullah. Jujur saja ketika mempelajari kitab ini masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang bergelayut tatkala menghadapi penjelasan syaikh berupa syair…namun penjelasan beliau yang mudah dipahami pun juga cukup banyak, sehingga banyak faidah yang kudapatkan dari kitab tersebut…


Diantara secuil pelajaran yang sering terngiang adalah yang terkait dengan ayat

هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ  

Ya..ayat yang tidak asing, yaitu ayat ke-60 dalam surat ar-Rahman. Coba buka terjemahan apa artinya?

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)”

Ayo yang sudah tahu arti dari masing-masing kosakatanya, coba kita terjemahin satu-satu :

هَلْ = apakah
جَزَاءُ الْإِحْسَانِ = balasan kebaikan[1]
إِلَّا = kecuali
الْإِحْسَانُ = kebaikan (pula)

Jadinya “Apakah balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)?” Nah mana yang bener? Yang terjemahan di atas atau terjemahan kita? Sekilas terjemahan kitalah yang bener karena هَلْ itu untuk istifham (pertanyaan), yaitu ‘apakah?’ Nah ini yang dari dulu membingungkanku kok bisa-bisanya penerjemah menerjemahkan هَلْ dengan ‘tidak ada’.

Nah saudaraku ternyata jawaban dari secuil masalah ini kutemukan dalam pelajaran balaghah, langsung saja ya kita buka kitab Syarh Durusil Balaghah[2]

وقد تخرج ألفاظ الإستفهام عن معناها الأصلي لمعان أخرى تفهم من سياق الكلام
ء2-النفي, نحو : هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ

Terkadang lafadz istifham keluar dari maknanya yang asal menuju makna lainnya yang -bisa- dipahami dari konteks kalimatnya.
(diantara maknanya yang ke-) 2- an-Nafyu (peniadaan) seperti : Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)” [3]

Nah jadi ndak salah kalo penerjemah mengartikan هَلْ dengan ‘tidak ada’. Kemudian berikutnya juga ada tambahan dari Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin :

والدليل على أن الإستفهام هنا للنفي أنه أتت ((إلا))ه
Dan dalil bahwasanya istifham disini bermakna nafi karena datang -setelahnya- ­Illa (kecuali)[4]

Uniknya, terjemahan Ayat-Ayat Qur’aniyyah lainnya -yang memiliki pola yang sama- ternyata ada yang tidak menggunakan aturan diatas, sebagai contoh:

Allah berfirman:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ هَلْ تَنْقِمُونَ مِنَّا إِلَّا أَنْ آمَنَّا بِاللَّهِ..
Diterjemahkan:
“Katakanlah, ‘Wahai Ahli Kitab! Apakah kalian memandang kami salah, hanya karena kami beriman kepada Allah?..”[al-Maidah-59]

Begitu pula firman-Nya:

قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ بَغْتَةً أَوْ جَهْرَةً هَلْ يُهْلَكُ إِلَّا الْقَوْمُ الظَّالِمُونَ

”Katakanlah (Muhammad), ‘Terangkanlah kepadaku jika siksaan Allah sampai kepadamu secara tiba-tiba atau terang-terangan, maka adakah yang dibinasakan (Allah) selain orang-orang zalim?’”[al-An’am-47]

Namun terjemahan -dengan pola ayat yang sama- yang menggunakan aturan diatas juga cukup banyak, diantaranya, Allah berfirman:

هَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا أَنْ يَأْتِيَهُمُ اللَّهُ فِي ظُلَلٍ مِنَ الْغَمَامِ وَالْمَلَائِكَةُ

Tidak ada yang mereka tunggu-tunggu kecuali Allah mendatangi mereka bersama malaikat dalam naungan awan,..”[al-Baqarah-210]

Begitupula firman-Nya:

ثُمَّ قِيلَ لِلَّذِينَ ظَلَمُوا ذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا بِمَا كُنْتُمْ تَكْسِبُونَ

“Kemudian dikatakan kepada orang-orang yang zalim itu, ‘Rasakanlah olehmu siksaan kekal. Kamu tidak diberi balasan melainkan (sesuai) dengan apa yang telah kamu lakukan’.”[Yunus-52]

Dan juga firman-Nya:

وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَكُبَّتْ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ هَلْ تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

“Dan barangsiapa yang membawa kejahatan, maka disungkurkan wajah mereka ke dalam neraka. Kalian tidak diberi balasan, melainkan (setimpal) dengan apa yang telah kamu kerjakan.”[an-Naml-90]

Dan tentunya ayat yang kita bahas di awal
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ  

Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)” [ar-rahman-60]

kesimpulannya, lafadz istifham (seperti هَلْ) pada asalnya bermakna pertanyaan, namun terkadang keluar dari maknanya yang asal menuju makna lainnya, diantaranya[5] bisa bermakna nafi  yaitu apabila terdapat setelahnya ­Illa maka maknanya menjadi peniadaan,

Satu lagi yang kudapatkan yaitu hadits Muadz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu yang dikeluarkan oleh at-Tirmidzi Ibnu Majah dll. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya:

وهل يكب الناس في النار على وجوههم أو على مناخرهم إلا حصائد ألسنتهم
Yang bisa kita artikan dengan:

“Dan tidaklah yang menyungkurkan manusia ke dalam neraka diatas wajah-wajah atau hidung-hidung mereka melainkan -karena- buah dari lisan-lisan mereka”

Inilah secuil faidah yang kudapatkan tatkala mempelajari ilmu balaghah  dari satu kitab yang tadi kusebutkan, padahal masih banyak sekali pelajaran-pelajaran yang tidak kalah indahnya...

Semoga bermanfaat…



 Catatan Facebook Ustadz Fahry Permana Hafidzahullah



[1] Kalo diterjemahan “balasan untuk kebaikah”, dan ini tidak salah. Siapa yang pernah mempelajari rangkaian mudhaf wa mudhaf ilahi akan memahami bahwa diantara maknanya adalahلِ  sehingga جزاء الإحسان   sama dengan جزاء للإحسان (balasan untuk kebaikan)

[2] Kalo punya saya terbitan Daru Iilafid Duwaliyyah-kuwait

[3] Syarh Durusil Balaghah 70-71

[4] Syarh Durusil Balaghah 71

[5] Karena banyak sekali makna-makna lainnya, diantaranya : bermakna taswiyah (penyamaan), inkar (pengingkaran), amr (perintah), nahi (larangan) dll.
Silakan Share Artikel Ini :

Post a Comment

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger