Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Al Halaby Bukan Anak Murid Al Albany ? Bag.2

Al Halaby Bukan Anak Murid Al Albany ? Bag.2


Pada kesempatan yang telah lalu dengan taufik dan keutamaan dari Allah, kita telah ketahui bersama beberapa hal berupa pemahaman yang benar terhadap perkataan Al Imam Al Albany yang difahami salah oleh sebagian orang. Definisi guru dan murid menurut para ulama, serta ucapan tegas dari beliau tentang status kemuridan Syaikh Ali Al Halaby.

Pada kesempatan kali ini kembali kita akan menelusuri (berdasarkan data dan fakta ilmiyyah insya’Allah) sampai sejauh mana kedekatan serta interaksi ilmiyyah yang terjadi antara Syaikh Ali dengan Al Imam Al Albany melalui penjelasan ringkas terhadap beberapa point berikut.

1- Pujian lisan  Al Imam Al Albany terhadap Syaikh Al Halaby.

Terlampau banyak pujian Al Imam Al Albany yang beliau lontarkan kepada muridnya ini. Baik secara langsung maupun tidak langsung, baik dalam event-event resmi maupun tidak resmi. Bahkan dari mayoritas rekaman-rekaman pengajian Al Imam Al Albany yang terkenal dengan sebutan Silsilah Huda Wan Nur, akan terdengar suara Syaikh Ali Hasan Al Halaby baik ketika beliau bertanya, menjawab, memberi masukan maupun menambahkan faidah-faidah ilmiyyah sebagai pelengkap dari apa yang disampaikan gurunya ini.

Dan pembicaraan akan menjadi sangat panjang jika kita menyebutkan pujian-pujian itu. Namun kita hanya akan menyebutkan isyarat tentang hal tersebut yang kita pandang bisa mewakili sebagian dari sekian banyak pujian yang ada. 

Syaikh Ali Abu Haniyyah Al Atsary menyatakan :

“Dan yang ajaib, di sana ada banyak sekali murid-murid Al Imam Al Albany di Suria, Yordania, Mesir, Maroko, Saudi, Yaman, negri-negri jazirah arab dan yang lainnya. Ada juga diantara mereka yang bermulazamah lebih lama dibandingkan Syaikh Ali Al Halaby. Ada juga yang selisisih usianya jauh lebih sepuh dari Syaikh Ali Al Halaby. Bahkan selisih usia antara Syaikh Ali Al Halaby dengan Al Imam Al Albany lebih dari 45 tahun.

Namun demikian, tidak diketahui dari Al Imam Al Albany bahwa beliau menyebutkan nama murid-muridnya ini sebagaimana beliau menyebut nama Syaikh Ali Al Halaby di dalam pelajaran-pelajaran beliau, majelis-majelisnya, serta muhadaharah-muhadharahnya.

Dan tidak memuji mereka sebagaimana beliau memuji Syaikh Ali Al Halaby di dalam kitab-kitab beliau, risalah-risalah beliau dan karya-karya ilmiyyah beliau. Tidak pula mereka berkolaborasi/bekerjasama sebagaimana Syaikh Ali Al Halaby bekerja sama dengan Al Imam Al Albany di dalam mengedarkan, mentahqiq serta mencetak banyak kitab-kitab dan karya-karya gurunya ini. Semoga Allah memberkahi.

Dan menurutku, satu hal ini saja sudah mencukupi untuk menjadi pembolehan bagi Syaikh Ali Al Halaby  untuk menjadi khalifah/pengganti Al Imam Al Albany di dalam ilmu, amal dan dakwah. Sebagimana hal ini yang dinyatakan oleh salah satu guru Syaikh Ali Al Halaby yaitu Syaikh Al ‘Allamah Hammad Al Anshary rahimahullah”. [1] (Tuhfatu Tolibil Aby : 20).

Tidak cukup sampai di sini, bahkan salah satu murid senior Al Imam Al Albany yang bernama Syaikh DR. Ahmad bin Shalih Az Zahrany ketika mensifati pujian Al Imam Al Albany terhadap Syaikh Ali Al Halaby, beliau menuturkan di dalam makalah beliau berjudul, “Kepada Abul Harits pertama kali aku merasakan iri”, beliau mengatakan :

“Iya aku iri dan bukan dengki/benci, engkau akan bertanya kenapa ??? maka aku jawab, aku iri dikarenakan apa yang aku dengar dan aku lihat dari dahsyatnya kecintaan Syaikh Muhammad Nasiruddin Al Albany kepada engkau wahai Abul Harits, dahsyatnya kepercayaan beliau kepada engkau, sangat dekatnya hubungan beliau terhadap engkau…Allahu akbar !

Demi Allah hampir-hampir tidaklah Syaikh Al Albany berbicara dalam sebuah permasalahan, dan tidaklah ada sebuah majlis Syaikh Al Albany melainkan pasti akan berulang-ulang dalam pendengaran kalian  perkataan beliau “Dimana Abul Harits ??”,… “Kita akan mendengar pendapat Abul Harits”, …”Lha ini dia Abul Harits, bagaimana menurut pendapatmu wahai Abul Harits”,…”Sebentar, sebentar sepertinya Abul Harits ingin berkomentar”,...”Bukankah demikian wahai Abul Harits ???”.

Maka aku ucapkan selamat kepadamu wahai Abul Harits, semoga ilmu dan kedekatan engkau dengan Imam Al Albany ini diberkahi wahai Abul Harits, aduhai seandainya aku memiliki keistimewaan ini, aku rela seluruh dunia yang ada padaku diambil dari diriku”. (Ar Rad Al Burhany : 82).

Tidak ketinggalan pula, seorang ulama muda berasal dari negri Yaman bernama Syaikh DR. Syaadi bin Muhammad bin Salim Alu Nu’man yang memiliki sebuah mega proyek berupa Ensiklopedia Warisan Al Imam Al Albany yang diperkirakan akan mencapai lebih dari 59 jilid kitab.

Pada jilid yang berjudul “Jami’ Turats Al Albany Fi Naqdir Rijaal”, beliau mengumpulkan pujian-pujian Al Imam Al Albany terhadap Syaikh Ali Al Halaby. Beliau menyatakan :

“Apakah engkau mengetahui suara yang seringkali menyela dan terdengar di rekaman-rekaman majelis Al Imam Al Albany ? aku akan sampaikan hal ini jika memang dibutuhkan. Bagian penting ini atau bagiannya “Sang Singa” sebagaimana dikatakan pepatah, adalah bagiannya Asy Syaikh Al Fadhil Ali Al Halaby –semoga Allah menjaga keduanya-.

Seringkali beliaulah yang menjadi wakil dari para hadirin untuk menyampaikan pertanyaan kepada Al Imam Al Albany. Dan Al Imam Al Albany seringkali meminta bantuan pada Syaikh Ali Al Halaby untuk menghadirkan faidah-faidah yang tidak beliau ingat. Hingga pernah pada sekali waktu Al Imam Al Albany berkata pada Syaikh Ali Al Halaby : ‘Engkau ini subhanallah, seringkali ingat sesuatu yang aku tidak mengingatnya sama-sekali’.

Dan seringkali Al Imam Al Albany menyuruh Syaikh Ali Al Halaby untuk menyampaikan pendapatnya di dalam permasalahan yang sedang dibahas di majelis beliau. Sebagaimana pula Syaikh Ali sangat bersemangat menyampaikan pendapat-pendapat beliau dalam masalah manhaj kepada Al Imam Al Albany untuk meluruskan dan mengoreksinya.

Sebagaimana pula yang tampak bagi saya bahwa Syaikh Ali ini terkadang sampai pada tingkatan memiliki halaqah yang dihadiri Al Imam Al Albany dan para penuntut ilmu dari luar Yordan. Dan fenomena-feomena lain yang menunjukkan adanya interaksi ilmiyyah yang aktif antara guru dengan murid. Akupun telah mengumpulkan perkataan-perkataan Al Imam Al Albany terhadap Syaikh Ali Al Halaby dalam kitab “Jami’ Turats Al Albany Fi Naqdir Rijaal”. [2]

Sampai pada taraf seperti ini Al Imam Al Albany memuji tingkat kedekatan dan tingkat keilmuan dari sang murid terkasih. Sampai pada taraf ini kedekatan dan hubungan ilmiyyah antara Syaikh Ali dengan gurunya. Dan ini adalah ungkapan global dari para ulama ketika menyaksikan dahsyatnya pujian Al Imam Al Albany pada Syaikh Ali serta dahsyatya kedekatan hubungan mereka berdua. Adapun rincian dari pujian tersebut tentu akan teramat sangat panjang jika kita tuliskan satu demi satu.

Masih ingatkah kita pada tulisan yang lalu, ketika dikisahkan bahwa Al Imam Al Albany enggan menerima gelaran “Al Hafidz” ?. Pada beberapa kesempatan justru beliau menyematkan gelaran ini kepada Syaikh Ali Al Halaby, beliau berkata setelah mendengar paparan Syaikh Ali :

“Jazaakallahu khairan -semoga Allah membalas engkau dengan kebaikan-  sebenarnya tadi aku ingin berbicara lebih tentang point ini, namun ternyata Al Hafidz (Syaikh Ali Al Halaby) ada di sini. Masya'Allah semoga Allah menambahkan pada kita ilmu dengan keluasan ilmu beliau. (Sumber Silsilah Huda Wan Nur, kaset no : 875, menit ke : 22).

Pada kesempatan lain beliau juga kembali menyematkan gelaran “Al Hafidz” ini. Dikisahkan bahwa Syaikh Abu Abdillah Izzat Khadr rahimahullah mendengar Al Imam Al Albany ditanya tentang keshahihan suatu hadis.

Beliau tidak menjawabnya kemudian berkata : “Aku tidak hafal derajatnya sekarang ini, akan tetapi bertanyalah kepada Al Hafidz Ali Al Halaby !”. Lantas ditanyakan pada Syaikh Ali dengan dihadiri Imam Al Albany. Dan Syaikh Ali menjawab : “Itu hadis shahih”, lantas beliau mengeluarkan hadis dari shahihul jami’. (Tuhfah Tolibil Aby : 25).

Penyematan gelar seperti ini beliau sampaikan berkali-kali, kadang beliau sampaikan secara langsung di hadapan Syaikh Ali, terkadang tanpa kehadiran Syaikh Ali.

2- Pujian tertulis Al Imam Al Albany terhadap Syaikh Ali Al Halaby.

Pujian tertulis ini sangat banyak didapatkan di dalam banyak karya ilmiyyah Al Imam Al Albany di sana-sini, pada kitab yang berbeda dan lokasi yang berbeda-beda pula. Syaikh Ali Abu Haniyyah Al Atsary telah mengumpulkan sebagian kecil pujian-pujian tertulis ini di dalam kitab beliau “Tuhfatu Tolibil Aby Bitarjamatisy Syaikh Al Muhaddits Ali Al Halaby”. Diantara isi nukilan tersebut adalah sbb :

  • Al Imam Al Albany mengatakan : “Dan penjelasan lengkap untuk menjelaskan kepincangan perkataan Hasan Abdul Manan ketika ia melemahkan semua riwayat ini diperlukan sebuah kitab khusus. Dan aku tidak punya waktu untuk itu. Semoga saja sebagian saudara kami yang sangat kuat di dalam ilmu hadis seperti Al Akh Ali Al Halaby, Samir Az Zuhairy, Abu Ishaq Al Huwainy bisa melakukannya semoga Allah membalas mereka semua dengan kebaikan”. (Silsilah Ahadis AshShahihah : 2/720). Al Imam Al Albany menyatakan : Dua orang yang paling mumpuni dalam ilmu hadis hari ini adalah Ali Al Halaby dan Abu Ishaq Al Huwainy. (Shafahaat Baidho’ Min Hayatil Imam Al Albany : 52).  (3)
  • Ketika Syaikh Abu Abdillah Izzat Khodhr (beliau adalah tetangga sekaligus orang yang di amanahi Al Imam Al Albany untuk memandikan jenazahnya ketika wafat) bertanya tentang siapa ulama yang beliau wasiatkan untuk bertanya kepadanya sepeninggal beliau. Al Imam Al Albany menjawab : “Bertanyalah kepada Ali Al Halaby, sesungguhnya ia yang paling dekat dengan sunnah diantara kami”. (Tuhfah Tolibil Aby : 26).
  • Al Imam Al Albany menyatakan : “Dan yang mengherankan kebanyakan para pemberi ta’liq kitab Al Mukhtashar dan pentakhrij hadis-hadis di dalamnya terluput dari hadis ini. Mereka melewati hadis ini tapi tidak menyebutkannya tidak pula mentakhrijnya. Berbeda dengan sahabat kami Asy Syaikh Ali Al Halaby yang telah memberikan komentar atasnya –semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan-“. (Silsilah Ahadis Adh Dha’ifah : 13/290).
  • Syaikh Shalih As Sadhan menukil ucapan Al Imam Al Albany ketika memuji Syaikh Ali Al Halaby : “Beliau adalah seorang pemilik pena yang sangat produktif, seorang ustadz yang pilih tanding Ali bin Hasan Al Halaby Abul Harits”. (Al Imam Al Albany Durus Wa Mawaqif Wa ‘Ibar : 170). 
  • Yang ajaib, bahkan Al Imam Al Albany menuliskan dengan terus terang bahwa beliau banyak mengambil faidah dan manfaat dari Syaikh Ali Al Halaby yang notabene adalah murid beliau. Beliau menyatakan : “Demikian pula Al Akh Ali Al Halaby, sungguh aku sangat mengambil manfaat dari catatan-catatan yang beliau tulis”. (Silsilah Ahadis Ash Shahihah : 6/8).

Dan masih teramat sangat banyak sekali pujian-pujian tertulis dari Al Imam Al Albany untuk murid tersayang Syaikh Ali Al Halaby. Semuanya terekam di dalam karya-karya ilmiyyah beliau. Tidak kurang dari 34 lokasi dari kitab yang berbeda-beda. Dan tidak ada satupun dari sekian banyak murid beliau mendapatkan perlakuan serta pujian seistimewa ini.

Bagi yang memiliki keinginan untuk melihat nukilan-nukilan ini secara komplit dan luas silahkan merujuk kepada kitab “Mausu’atul ‘Allamah Al Imam Muhadditsul ‘Asr Muhammad Nasiruddin Al Albany” jilid ke-14 yang berjudul “Jaami’ Turats Imam Al Albany Fi Naqdir Rijaal”, sebagaimana isyarat Syaikh Syaadi An Nu’man yang telah berlalu. Lihat pula kitab “Tuhfatu Tolibil Aby” hal. 22-29 oleh Syaikh Ali Abu Haniyyah Al Atsary. Lihat pula tautan sbb : Di Sini = http://alhalaby.com

Wallahu a’lam.

3- Pujian Al Imam Al Albany terhadap karya-karya ilmiyyah Syaikh Ali Al Halaby.

Menurut kami point ketiga ini sangat penting untuk disampaikan minimalnya karena dua alasan :

  • Untuk dijadikan indikasi kuat akan status kemurid-an Syaikh Ali Al Halaby. (Sebagaimana tujuan utama yang kami maksudkan).
  • Untuk membantah sikap sebagian orang yang mencela karya-karya Syaikh Ali Al Halaby. Serta menelan mentah-mentah instruksi untuk tidak membaca karya-karya ilmiyyahSyaikh Ali Al Halaby baik yang terdahulu maupun yang sekarang.
Dan berikut adalah daftar karya-karya ilmiyyah Syaikh Ali Hasan Al Halaby yangmendapatkan rekomendasi sekaligus pujian indah dari sang guru, Al Imam Al Albany rahimahullah :

  • Tanwirul ‘Ainain
Al Imam Al Albany menyatakan : “Aku telah membaca kitab ini, mumtaz dengan tanpa ada keraguan sama-sekali. Kitab ini selayaknya disebarkan dan dicetak dengan tersendiri”. (Silsilah Huda Wan Nur, kaset no. 221).

Beliau juga berkata : “Dan sahabat kami telah menyebutkan di dalam risalah beliau yang bermanfaat Tanwirul ‘Ainain hal. 17-27 perkataan empat belas orang diantara mereka. Barangsiapa menelitinya maka akan menjadi jelas bahwa mereka ini hanya saling taklid satu sama lain dan membicarakan hal yang mereka tidak memiliki ilmu atasnya, Allah saja tempat berlindung”. (Ar Rad Al Mufhim : 79).

  • An Nukat ‘Ala Nuzhatin Nadzar
Al Imam Al Albany berkta : “Dan dulu aku meng-ilzam-kan atasnya dalam komentarku atas “Nuzhat”-nya . Dan komentar ini telah dinukil dariku oleh Al Akh Ali Al Halaby dalam An Nukat ‘Ala Nuzhatin Nadzar” hal. 88, bagi yang mau silahkan merujuk kesana”. (Silsilah Ahadis Ash Shahihah : 6/119).
  •  Al Anwar Al Kaasyifah Li Tanaqudhot Al Khossaf Az Zaa’ifah.
Al Imam Al Albany menuturkan : “Dan Al Akh Al Fadhil Ali Al Halaby telah cukup mewakili aku dalam membantah  As Saqqaf di dalam kitabnya Al Anwar Al Kasyifah. Maka bacalah ia, karena Allah telah menganugerahkan manfaat yang banyak melalui perantaranya”. (Silsilah Ahadis Ash Shahihah : 6/371).
  •  Al Ba’its Al HatsitsMuhadzdzab ‘Amalil Yaumi Wal Lailah.
Al Imam Al Albany berkata : “Dan perkataan itu redaksinya ada di dalam kitabnya Al Ba’itsul Hatsits dengan ta’liq-ku dan ditahqiq oleh sahabat kami Al Akh Ali Al Halaby”. (Adz Dzabbul Ahmad ‘Anil Imam Ahmad : 16).
  •  Al Kasyfu Wat Tabyiin Li ‘ilali Hadis Allahumma Inni As’aluka Bi Haqqis Saa’ilin.
Al Imam Al Albany menyatakan : “Dan Al Akh Al Fadhil Ali Hasan Abdul Hamid Al Halaby telah cukup mewakiliku dalam membantah dua kedustaan itu di dalam koreksiannya terhadap Risalah Al Anshary tersebut. Demikian pula didalam menjelaskan kesalahan-kesalahan yang ada yang banyak. Dan koreksian ini sudah dicetak hendaknya orang yang ingin mengetahui hakikat permasalahan merujuk kepada karya Al Akh Ali ini”. (Silsilah Ahadis Adh Dha’ifah : 1/8).
  •  Al Muntaqan Nafis Min Kitab Talbis Iblis
Al Imam Al Albany berkata : “Dan ia ada di dalam kitab Shahih Muslim, maka dari itu Al Akh Ali sungguh telah tepat ketika menghapusnya dari kitabnya Al Muntaqan Nafis”. (Silsilah Ahadis Adh Dha’ifah : 14/37).
  •  Mukhtashar Minhajul Qashidin Al Imam Al Albany menyatakan : 
“Dan yang mengherankan kebanyakan para pemberita’liq kitab Al Mukhtashar dan pentakhrij hadis-hadis di dalamnya terluput dari hadis ini. Mereka melewati hadis ini tapi tidak menyebutkannya tidak pula mentakhrijnya. Berbeda dengan sahabat kami Asy Syaikh Ali Al Halaby yang telah memberikan komentar atasnya –semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan-“. (Silsilah Ahadis Adh Dha’ifah : 13/290).
  • ‘Ilal Ahadis Shahih Muslim
  • Turuqu Hadis Man Kadzdzaba ‘Alayya Muta’ammidan
  • Ar Rad Al ‘ilmi ‘Ala Habibirrahman Al A’dzamy.
Al Imam Al Albany menuturkan : “Dan dua saudara kami yang mulia telah membantah Al A’dzamy serta menjelaskan siapa sebenarnya yang ganjil, aneh bahkan pendusta di dalam kitab karya beliau berdua Ar Rad Al ‘Ilmy dan telah dicetak dua jilid. Keduanya adalah Salim Al Hilaly dan Ali Al Halaby”. (Adabuz Zafaaf : 8-9).
  •  Ilmu Usul Bida’.
Syaikh Abu Abdurrahman Al Khatib mendengar Al Imam Al Albany ketika membaca kitab Ilmu Ushul Bida’, beliau berkata : “Beliau ini (Syaikh Ali Al Halaby) adalah seorang lelaki yang diberikan taufik oleh Allah”. (Ar Rad Al Burhany : 233). Lihat rekomendasi-rekomendasi beliau lainnya di kitab Tuhfatu Tolibil Aby : 75-81).

4- Kolaborasi Al Imam Al Albany dengan Syaikh Ali Al Halaby di dalam menghasilkan karya ilmiyyah, dan ditulisnya nama beliau bersanding dengan nama muridnya ini di sampul-sampul kitab beliau.

Banyak sekali penukilan perkataan Al Imam Al Albany yang menunjukkan bahwa di sana ada kolaborasi antara beliau dengan Syaikh Ali Al Halaby di dalam menghasilkan karya-karya ilmiyyah. Dan kami sudah menukilkannya sebagiannya pada awal nukilan di atas yang diambil dari kitab “Hukmu Tarikis Shalat” dan dari kitab “Silsilah Ahadis Ash Shahihah”.

Al Imam Al Albany juga menyatakan : "Dan anak kami serta saudara kami Al Akh Abul Harits Ali bin Hasan bin Ali Al Halaby telah menyodorkan kepadaku sejak bertahun-tahun silam usulan untuk mencetak dan menerbitkan komentar-komentar yang telah berlalu penyebutannya.

Karena beliau melihat besarnya manfaat supaya faidah itu tidak hanya terpendam di balik dinding perpustakaan. Dan agar para pelajar serta para peneliti fiqih bisa mengambil manfaat darinya. Akupun menyetujuinya, dan aku serahkan pada beliau naskahnya lengkap dengan komentar dari tulisan tanganku yang telah aku beri nama “At Ta’liqat Ar Radhiyyah ‘Ala Raudhatun Nadiyyah” agar supaya Al Akh Ali Al Halaby melaksanakan tugas penting tersebut”. (At Ta’liqat Ar Radhiyyah ‘Alar Raudhatun Nadiyyah : 1/4).

Dan berikut adalah daftar sebagian karya ilmiyyah hasil kolaborasi antara guru dan murid ini. Baik itu berupa tahqiq, takhrij maupun tulisan dan yang lainnya :

  • Hukmu Tarikis Shalat.
  • Silsilah Ahadis Ash Shahihah.
  • Silsilah Ahadis Adh Dha’ifah.
  • Su’al Wa Jawab Haula Fiqhil Waqi’.
  • Ighatsatul Lahfan.
  • Hidayatur Ruwat.
  • Sunan Ibni Majah.
  • Ta’liq Wa Muraja’ah Li Kitab Tartib Ahadis Shahihul Jami’ ‘Ala Abwabil Fiqhyyah.
  • At Tahdzir Min Fitnatit Takfir.

Dan perlu diketahui bahwa tidak ada satupun dari sekian banyak murid-murid Al Imam Al Albany yang namanya disandingkan dengan nama beliau di sampul karya-karya ilmiyyah beliau. Dengan kata lain Syaikh Ali Al Halaby adalah satu-satunya orang yang berkolaborasi dengan Al Imam Al Albany dalam menghasilkan karya imiyyah dan dituliskan namanya bersanding dengan nama gurunya ini. (Lihat Kitab Tuhfatu Tolibil Aby : 81-85).


5-  Hadiah berupa karya-karya ilmiyyah Syaikh Ali Al Halaby untuk Al Imam Al Albany.

Para ulama memiliki kebiasaan untuk saling menghadiahkan karya ilmiyyahnya kepada ulama lain yang ia cintai dan ia pandang memiliki keutamaan. Dan kebiasaan ini terkadang juga menunjukkan harmonisnya hubungan antara ulama satu dengan lainnya dan antara guru dengan muridnya.

Syaikh DR ‘Ashim bin Abdillah Al Qaryuti salah seorang murid Al Imam Al Albany menyatakan ketika menjelaskan banyak faidah dari kebiasaan ilmiyyah ini :

“Point ke delapan : Hal ini menunjukkan semangat dari para murid didalam berbakti kepada guru-guru mereka, serta semangat mereka di dalam menghadiahkan karya tulis mereka untuk gurunya”. (Taqridz Kitab Husulut Tahaany, hal : د).

Lihatlah pernyataan gamblang ini, diantara bentuk bakti dan interaksi ilmiyyah antara guru dan murid adalah dengan memberikan hadiah karya tulis kepada sang guru. Dan Syaikh Ali adalah yang paling banyak memberikan hadiah karya tulis beliau kepada Al Imam Al Albany sebagamaina akan datang keterangan tentangnya sebentar lagi insya’Allah. Ia bukan muridnya ???

Karena Al Imam Al Albany adalah seorang ulama besar dunia, maka tidak heran kitab yang beliau terima berupa karya ilmiyyah yang dihadiahkan kepada beliau mencapai jumlah yang sangat banyak sekali. Seorang ulama dari negri Al Jaza’ir bernama Syaikh DR. Jamal ‘Izzun Al Jaza’iry mendata kitab-kitab yang dihadiahkan kepada Al Imam Al Albany dalam tiga jilid kitab berjudul “Husulut Tahaany Bil Kutubil Muhdaat Ila Muhadditsisy Syaam Muhammad Nashirudin Al Albany”.

Beliau menyatakan lebih dari 700 judul kitab pernah dihadiahkan pada Al Imam Al Albany dari para ulama lain. Dan hadiah terbanyak berasal dari sang murid terkasih. Siapa lagi kalau bukan berasal dari Syaikh Ali bin Hasan Al Halaby Al Atsary yang mencapai jumlah lebih dari 60 judul atau hampir mencapai sepersepuluh dari total keseluruhan kitab.

Jumlah sebanyak inilah yang mendorong Syaikh DR. Jamal ‘Izzun Al Jazairy untuk menuliskan pujian bagi Syaikh Ali Al Halaby, sekaligus mengakui status kemurid-an beliau terhadap Al Imam Al Albany :

“Aduhai alangkah banyaknya karya-karya ilmiyyah yang dihadiahkan oleh Syaikh Ali Al Halaby. Semoga Allah menjadikannya sebagai pemberat timbangan kebaikan beliau dan menetapkanya di catatan kebaikan orang-orang yang shalih kelak”. (Husulut Tahaany : 2/320).

Pada jilid : 2/337 Syaikh DR. Jamal Al Jazairy juga menuliskan bahwa penghadiahan kitab-kitab ini seolah menjadi bukti eratnya hubungan guru dan murid antara Al Imam Al Albany dan Syaikh Ali Al Halaby.

Seringkali Syaikh Ali menghadiahkan hasil karya ilmiyyah beliau kepada gurunya ini. Dan seringkali beliau menuliskan di kitab tersebut : “Dari buah diantara buah hasil tanamanmu”, (hadiah dari orang yang merupakan hasil didikanmu). Terkadang Syaikh Ali menuliskan : “dari anakmu”, sebagai bentuk bakti dan penghormatan beliau terhadap sang guru. (Lihat Husulut Tahaany : 1/69, 118, 167, 232, 160, 231, lihat pula Tuhfatu Tolibil Aby : 87).

Setelah kita mengetahui fakta-fakta yang telah berlalu ini, tidakkah kita merasa aneh akan keberadaan orang yang mengatakan Syaikh Ali Al Halaby bukan murid Al Imam Al Bany ? Jika kita tidak merasa aneh, maka sudah selayaknya kita yang mendapat predikat manusia aneh.

Bersambung insya’Allah . . .

Catatan kaki :
[1] Syaikh Hammad Al Anshary menuturkan, “Saya yakin bahwa Ali Hasan Abdul Hamid akan menjadi Khalifah (pengganti) Syaikh Al Albani”. (Majmu’ah Fi Tarjamah Syaikh Hammad Al Anshary :
2/598).
[2] (Qadarullah ketika mencatumkan perkataan ini kami belum mendapakan shoft copy dari kitab yang menjadi sumber perkatan ini. Namun demikian, nukilan perkataan Syaikh Syaadi An Nu’man ini bisa didapatkan pada tautan di bawah ini. Dan Syaikh Syaadi pernah berkunjung ke Indonesia, banyak para ustadz yang memiliki hub pribadi sangat erat dengan syaikh ini sehingga dimungkinkan sangat mudah untuk melakukan pengecekan terhadap kebenaran ucapan beliau ini insya’Allah : Di Sini = http://kulalsalafiyeen.com).

Kemudian setelah berlalu beberapa lama, pada akhirnya kami mendapatkan shoft copy dari kitab ini, dan berusaha mencari dimana letak perkataan ini. Kami dapati ia ada di kitab “Mausu’atul ‘Allamah Al Imam Muhadditsul ‘Asr Muhammad Nasiruddin Al Albany”/ensiklopedi Al Albany : 1/161 oleh Syaikh Syaadi An
Nu’man).

[3] Setelah Imam ahlis sunnah ini mengatakan pujian seperti ini, kemudian muncul  seorang ustadz di Indonesia ini dengan pede melontarkan ucapan yang akan membuat seorang ibu yang berduka karena kematian anaknya akan tertawa terbahak-bahak : “Ali Hasan Al Halaby tidak memiliki ta’shil yang kuat dalam ilmu hadis, takhrijnya diketawakan para penuntut ilmu pemula”.

Atau mungkin sebab ia melontarkan ucapan lucu ini, karena ia menyangka dirinya memiliki dua tanduk, yang dengan keduanya ia berangan-angan akan menghancurkan gunung ? Wahai manusia yang hendak menanduk
gunung, kasihanilah kepalamu dan jangan kasihan kepada gunung !!!

Bayat, 26 Shafar 1436H/19 desember 2014M






Silakan Share Artikel Ini :

1 comment:

  1. Masya Allah risalah bagus dan ilmiyyah tentang pembelaan terhadap Syaikh Salafi yang difitnah oleh orang-orang yang hasuud nan pendengki, padahal diantara pencela syaikh ini mengaku salafi sungguh disayangkan dan disesalkan!!

    ReplyDelete

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger