Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Al Halaby Bukan Murid Al Albany ? [1]

Al Halaby Bukan Murid Al Albany ? [1]


Di awal-awal saya mengenal dakwah salafiyyah saya mendengar sebuah syubhat dari orang-orang hizbiyyin dan kuburiyyin. Bahwa Al Imam Al Albany rahimahullah itu tidak memiliki guru, tidak memiliki sanad. Belajarnya hanya otodidak sehingga rentan melakukan kesesatan. Syubhat ini sudah runtuh dengan penjelasan gamblang yang disampaikan oleh salah satu dai ahlus sunnah negri ini.

Pada hari ini kita mendengar dari orang-orang yang membenci Syaikh Ali Al Halaby dengan tingkat kebencian yang akut. Yang menyebabkan akal mereka menjadi susah melihat terangnya cahaya kebenaran. Diantara buktinya mereka menggembar-gemborkan bahwa Syaikh Ali Hasan Al Halaby itu bukan muridnya Al Imam Al Albany.


Padahal sebagaimana kita ketahui, mayoritas orang yang menisbatkan dirinya terhadap dakwah salafiyyah, baik yang muda, tua, laki, wanita, anak-anak maupun orang dewasa. Para syaikh, para ustadz maupun para penuntut ilmunya. Semua mengetahui dengan kepastian yang kuat serta kekuatan yang pasti, bahwa Syaikh Al Halaby adalah merupakan murid Al Imam Al Albany rahimahullah. Bahkan beliau adalah murid terdekat dan yang paling menonjol diantara murid-murid lainnya.

Ketika mereka orang-orang yang sudah terbakar api kebencian ini mulai menyadari bahwa, apabila dikatakan Syaikh Ali Hasan Halaby bukan murid Al Imam Al Albany. Maka konsekwensinya Al Albany tidak memiliki murid. Karena Syaikh Al Halaby adalah orang yang paling dekat dengan beliau, diantara yang paling lama mulazamahnya dengan beliau, paling banyak disebut namanya dan dipuji dalam karya-karya ilmiyyah beliau. Dan yang paling banyak menghasilkan karya-karya ilmiyyah yang wallahu a’lam setahu saya belum ada seorangpun ulama zaman ini yang menyamai atau melampaui beliau dari sisi banyaknya judul karya ilmiyyah yang beliau hasilkan. ([2])

Ketika hal ini mereka sadari, merekapun tidak segan-segan mengatakan bahwa Al Albany tidak memiliki murid sama sekali. Mereka melakukan hal ini demi untuk meyakinkan masyarakat banyak, bahwa Al Halaby bukan anak murid Al Albany. Mereka tega lakukan ini meski konsekwensinya mereka harus melontarkan tuduhan keji seperti ini terhadap salah satu imam ahlis sunnah ini.

Semuanya ditempuh demi untuk menjatuhkan nama baik Ali Hasan Al Halaby di mata manusia. Masih segar dalam ingatan, tatkala orang-orang hizbiyyin mengatakan Al Albany tidak memiliki guru. Namun yang jauh lebih menyayat hati adalah munculnya orang-orang yang menisbatkan diri terhadap manhaj salafy dan mengatakan "Al Albany tidak memiliki murid".([3])

Mereka berbekal dengan potongan video berikut ini (Di sini = الالباني ليس لدي تلاميذ). Di situ Al Imam Al Albany menyatakan bahwa beliau tidak memiliki murid sebagai mana istilah yang dikenal. Namun di sana ada beberapa orang yang mengambil manfaat dari beliau di Amman seperti Syaikh Ali Al Halaby dan Syaikh Salim AlHilaly.

Perkataan ini lantas dijadikan argument bahwa beliau memang tidak pernah memiliki murid. Sangat disayangkan mereka belum mau memahami perkataan ini dengan kaca mata keadilan. Padahal hakikatnya Al Imam Al Albany menyatakan hal ini bukan karena beliau tidak memiliki anak murid. Namun karena sifat rendah hati yang bersemayam pada diri beliau.

Perhatikan potongan video berikut ini (Di sini = http://www.youtube.com) ketika Al Imam Al Albany dipuji, beliau menolak pujian tersebut seraya menangis dan mengatakan ; 

“Aku tidak seperti yang dikatakan oleh Akh Ibrahim yang baru saja kalian dengar. Namun aku hanya seorang penuntut ilmu tidak lebih dariitu”.

Hal ini terulang kembali ketika Syaikh Ali Al Halaby bertanya kepada gurunya bahwa di sana ada ulama yang mensifati Al Imam Al Albany dengan gelaran “Al Hafidz”. Al Imam Al Albany lantas menjawab : 

“Dan aku apapun keadaanya berlepas diri dari orang yang mensifati aku dengan istilah umum seperti ini. Akan tetapi aku sebagaimana yang aku selalu katakan dan selama-lamanya aku katakan, aku hanyalah seorang penuntut ilmu”. (Su’aalat Ali Al Halaby Lisyaikhihil Al Bany : 76).
Syaikh Abu Ishaq Al Huwainy menuturkan ketika menuliskan kisah beliau bersama Al Imam Al Albany ; “Setiap kali aku berjumpa dengan Al Imam Al Albany aku mencium tangannya. Setiap itu pula beliau menarik tangan beliau dengan keras dan enggan untuk dicium. Ketika aku sering mendapati hal tersebut, aku mengatakan pada beliau ; Kami telah bertalaqqi kepada anda pada sebagian pembahasan anda, dan kami mendapati di dalam Silsilah Shahihah bahwa  mencium tangan seorang ‘alim itu boleh hukumnya.  

Beliau bertanya kepadaku ;“Apakah engkau pernah melihat seorang ‘alim dengan kedua matamu ?”. 

Aku menjawab ; “Iya aku sedang melihatnya sekarang”.

Beliau berkata ;“Aku hanyalah Tuwailibul ilmi/penuntut ilmu kecil”.

(lihat ;http://www.ahlalhdeeth.com).

Setelah mengetahui fakta ini, pernahkah kita berfikir barang sesaat saja, bahwa beliau itu bukan seorang yang ‘alim ? pernahkah kita berfikir bahwa beliau hanya seorang penuntut ilmu kecil?

Pada waktu yang bersamaan Al Imam Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullah mensifati beliau : 

“Aku tidak mengetahui pada zaman ini di bawah kolong langit ada orang yang lebih ‘alim terhadap hadis rasulillah shalallahu ‘alaihi wa sallam dari pada Syaikh Al Albany”.(Ma’a Syaikhina Nasiris Sunnah Wad Din : 8, Koran  Ad Dustur Al Urduniyyah : tgl 8 okt 1999).

Demikian pula Syaikh Abdul Muhsin Al Abbad menyatakan : 

"Syaikh Al Albany adalah seorang ‘aalim kibar, seorang ulama ahli hadis yang masyhur, seorang penjaga sunnah, dan aqidah beliau baik, beliau memiliki jasa-jasa di dalam ilmu aqidah, dan kitab-kitab beliau dalam masalah aqidah semuanya selamat dari penyimpangan. Para penuntut ilmu sangat membutuhkan kitab-kitab dan ilmu beliau”. (Ar Rad Al Burhany : 75).

Ataukah kita akan mengambil pandangan bijak bahwa beliau menyatakan hal itu dikarenakan sifat rendah hati saja. Dan jika Syaikh Ali Al Halaby yang sudah berguru pada Al Imam Al Albany selama hampir seperempat abad lamanya tidak dikatakan sebagai muridnya. Maka barangkali saja istilah guru dan murid tidak akan pernah dijumpai keberadaannya di bawah kolong langit Indonesia.

:: Kriteria Guru Dan Murid ::

Apa dan bagaimana sebenarnya kriteria guru dan murid itu menurut para ulama ? Berikut keterangan beberapaulama tentangnya ;

  • Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu.
 Beliau berkata, “Setiap orang yang memberikan pada orang lain satu faidah diniyyah saja, maka ia adalah syaikhnya/gurunya dalam hal itu”. (Majmu’ Fatawa ; 11/512).
  •  Syaikh Mahmud Syakir rahimahullahu.
Beliau menuturkan ; “Adapun kata-kata ‘Syaikh’/’Guru’ menurut para ahli ilmu dan para imam ia adalah lafadzyang musytarak atau semi musytarak.

Kata guru ini sebagaimana menunjukkan pada seorang alim yang engkau mulazamah-i dalam waktu yang lama. Engkau bertalaqqi kepadanya, engkau meriwayatkan darinya. Ia (lafadz syaikh/guru) ini juga menunjukkan pada seseorang yang tidak engkau temui melainkan hanya sekali saja, dan engkau tidak meriwayatkan darinya kecualihanya satu buah hadis saja.

Para ulama yang berbicara tentang isnad dan hadis mengatakan misalnya ; Khabar ini diriwayatkan oleh Muhammad bin Ja’far At-Thabary dari syaikhnya/gurunya yang bernama fulan bin fulan. Dan At-Thabary tidak meriwayatkan kecuali hanya satu hadis ini saja. Maknanya ia hanya berjumpa dengan gurunya itu tadi sekali saja, dan hanya meriwayatkan satu buah hadis saja tidak lebih. Para ulama menyebut fulan ini sebagai gurunya At-Thabary karena ia meriwayatkan satu hadis dan tidak lebih”. (Barnamij Tabaqat FuhuliSySyu’ara’ ; 114).
  •  Syaikh Fahd bin Abdillah As-Sunaid hafidzahullahu.
Beliau bertutur ; “Dulu pada tahun 1418H aku berada di Qasim. Aku mengendarai mobil bersama Syaikh Ibnu Utsaimin untuk mengantarkan beliau pulang ke rumah. Dan aku mengatakan pada beliau ; sesungguhnya saya menghadiri pelajaran-pelajaran anda dalam rentang waktu yang terputus-putus. Dan saya mendengarkan mayoritas pelajaran-pelajaran anda melalui kaset. Apakah boleh bagi saya untuk mengatakan pada anda syaikh kami/guru kami ?

Beliau menjawab ; Iya boleh, katakanlah “syaikh kami”!.

Dan ketika aku telah sampai di rumah beliau, ternyata Syaikh Khalid Al-Muslih sudah menunggu. Maka aku mengatakan pada dia pertanyaan yang tadi aku tanyakan pada Syaikh Ibnu Utsaimin. Syaikh Khalid menyatakan ; Dan akupun bertanya juga kepada Syaikh Bin Baz rahimahullah, aku katakan pada beliau ; Saya mendengar syarah anda terhadap kitab tauhid melalui kaset. Apakah boleh bagi saya untuk mengatakan bahwa anda adalah syaikh kami?

Syaikh Bin Baz rahimahullah menjawab : "Kesyaikh-an/keguruan bisa didapatkan dengan yang lebih kecil dari itu”. (Al Kanzuts Tsamin Min Su’alat Ibni Sunaid Libni Utsaimin : 5).

Lantas bagaimana dengan status Syaikh Ali Hasan Al Halaby yang telah bermulazamah terhadap Al Imam Al Albany rahimahullah selama hampir seperempat abad lamanya ??? dia bukan muridnya ???

Sebenarnya batasan-batasan yang disebutkan para ulama ini sudah lebih dari cukup untuk memberikan penerangan bagi orang-orang yang menginginkan kebenaran. Namun barangkali penyakit yang menimpa mata hati sudah teramat sangat akut. Sehingga ia menjadi rabun dan tidak mampu menyaksikan terangnya cahaya kebenaran. Tetes mata biasa tidak mampu menyembuhkannya. Dengan begitu kita memerlukan batu itsmid untukmenyembuhkan belek yang bersemayam di dalamnya.

:: Status Kemurid-an Al Halaby ::

Al Imam Al Albany rahimahullah secara pribadi menyatakan : “Amma ba’du ini adalah pembahasan ilmiyyah yang sederhana. Tentang takhrij dan syarah hadis nabi yang mulia. Aslinya ia merupakan hadis yang terdapat di dalam kitabku Silsilah Ahadis Ash Shahihahjilid ke-7.

Aku melihatnya layak untuk dicetak secara tersendiri dikarenakan penting dan besarnya manfaat yang dikandung. Dan ide ini muncul setelah sebagian ikhwan mengusulkannya. Mereka mengusulkan kepadaku agar mencetaknya secara terpisah dalam rangka untuk menyegerakan kabar gembira.

Sayapun menyetujuinya dan aku menyerahkan naskahnya kepada murid kami yang masih muda Ali bin Hasan Al Halaby agar beliau melakukan pengeditan seperlunya supaya layak dicetak dan menuliskan pengantar yang bermanfaat padanya yang akan memudahkan para pembaca untuk mencerna faidah-faidah di dalamnya.

Dan beliau sudah melakukan itu semua -semoga Allah membalas beliau dengan kebaikan-, beliau juga berkenan mencetak, mengoreksi serta memuraja’ahnya”. (Hukmu Tarikis Shalat ; 45 Al ImamMuhammad Nasiruddin Al Albany).  

Demikianlah perkataan tegas dan jelas dari beliau yang memutuskan harapan orang yang bermimpi di siang bolong hendak menghapus kenyataan ini. Dengan berbekal syubhat murahan yang dikemas mewah, menawan dan memperdaya hati sebagian orang yang termakan fanatisme buta.  

Disamping itu, berikut ini kami sampaikan beberapa data dan fakta yang menjadi indikasi kuat yang menegaskan status kemurid-an Syaikh Al Halaby terhadap Al Imam Al Albany. Data serta fakta ini saya harapkan akan menjadi batu itsmid bagi mata hati yang sakit. Jikalau saya diperkenankan untuk mengklasifikasikannya, barangkali ia akan tampak dalam point-point berikut ini ;

  • Pujian lisan  Al Imam Al Albany terhadap Syaikh Al Halaby.
  • Pujian tertulis Al Imam Al Albany terhadap Syaikh Ali Al Halaby.
  • Pujian Al Imam Al Albany terhadap karya-karya ilmiyyah Syaikh Ali Al Halaby.
  • Kolaborasi Al Imam Al Albany dengan Syaikh Ali Al Halaby di dalam menghasilkan karya ilmiyyah, dan ditulisnya nama beliau bersanding dengan nama muridnya ini di sampul-sampul kitab beliau.
  • Hadiah berupa karya-karya ilmiyyah Syaikh Ali Al Halaby untuk Al Imam Al Albany.
  • Pembelaan Syaikh Ali Al Halaby terhadap Al Imam Al Albany.
  • Khidmah Syaikh Ali Al Halaby terhadap Al Imam Al Albany.
  • Pengakuan pribadi dari Syaikh Ali Al Halaby bahwa beliau adalah murid Al Imam Al Albany.
  • Pengakuan para ulama kibar akan status kemurid-an Syaikh Ali Al Halaby terhadap Al Imam Al Albany.

Kita akan membicarakan point-point ini satu demi satu dengan dengan taufik dan keutamaan dari Allah. Dan dengan senantiasa mengharap keikhlasan baik didalam berkata maupun beramal insya’Allah. Bersambung insya’Allah , , , , ,


======================
Footnotes
[1] Untuk mengetahui profil ringkas beliau silahkan baca tulisan kami beberapa waktu silam Di Sini 

[2]Lihat daftar sebagian karya ilmiyyah Syaikh Ali Hasan Al Halaby Di Sini.

[3]Dan hari ini sudah mulai tampak keberadaan sebagian orang yang lisanul haal mereka mengatakan bahwa Syaikh Muqbil bin Hadi tidak memiliki murid. Na’udzubillahi minal khidzlaan.

Bayat, 24 shafar 1436H/17 desember 2014M

Al-Ust al-Faadhil Abul Aswad al-Bayaty

Silakan Share Artikel Ini :

2 comments:

  1. Masya Allah risalah bagus dan ilmiyyah tentang pembelaan terhadap Syaikh Salafi yang difitnah oleh orang-orang yang hasuud nan pendengki, padahal diantara pencela syaikh ini mengaku salafi sungguh disayangkan dan disesalkan!!

    ReplyDelete
  2. Hanya orang bodoh dari kalangan Hizbiyyun dan ahlul hasaad saja yang menganggap beliau bukan Ulama'.

    Sesungguhnya pencela syaikh tidak memiliki hujjah melainkan qiila wa qoola....

    ReplyDelete

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger