Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Wisuda S3

Wisuda S3

Sore itu, setengah tahun yang lalu… Terlepas sudah gelar mahasiswa dari pundakku. Digantikan dengan gelar sarjana sains yang melekat di belakang namaku.

Ah Pena… Seandainya kau rasakan kebahagiaanku ketika itu. Isak haru ibu, ucapan selamat dari dosen dan sahabat. Sore itu, senyum tak lepas dari bibirku.
Ah Pena… Sedikit gamang menyelimutiku ketika itu. Apa yang akan aku lakukan setelah lulus?

Melanjutkan S2? Ah rasanya berat, wahai Pena… Cukup sudah rasanya aku mengejar ilmu dunia. Cukup sudah aku merasakan betapa tidak nyamannya harus bercampur-baur dengan lawan jenis yang bukan mahramku. Cukup sudah kuliah, tugas, dan serentetan praktikum yang menyita waktuku…

Kerja? Sayang rasanya hijab syar’i ini harus kutanggalkan demi mengejar setumpuk kekayaan. Sayang rasanya bila kulitku ini harus legam karena sering keluar rumah. Sayang rasanya jika wajah ini harus diumbar karena tuntutan pekerjaan. Terlalu sayang, wahai Pena…

Ah Pena… Mungkin menikahlah yang pas untukku saat ini. Kau tahu, wahai Pena, bayang indah pernikahan berkelebat dalam pikiranku. Mungkin untuk ukuran orang sekarang, usiaku terlalu dini untuk menikah. Akan tetapi, aku ingin membuat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bangga karena banyaknya umat beliau shalallahu ‘alaihi wa sallam kelak. Dan tak lain dan tak bukan, tujuan itu hanya bisa tercapai jika aku menikah dan mempunyai keturunan yang shalih dan shalihah. Keturunan yang akan menambah bobot bumi dengan kalimat tauhid. Sungguh indah kan, Pena?

Akhirnya, belum genap tiga bulan dari hari pendadaran skripsiku, akupun menjalani wisuda S3. Lho? Iya, wisuda menjadi S3 (estri/istri). Aku dipersunting oleh seorang pria tampan dan baik hati yang kini nomor handphone-nya kusimpan dalam phonebook-ku, dan kunamai ia dengan sebutan “zauji”.

:: Selesai ::

Sumber : Di sini Melalui Abul-jauzaa
Silakan Share Artikel Ini :

Post a Comment

Perihal :: Mukhtar Hasan ::

لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا

Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.

Atau silahkan gabung di Akun facebook saya

================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda

 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger