TAZKIYATUN-NUFUS - 002
Halaqoh - 002
Bab 1: Ikhlas dan Mutaba'ah - 1
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
Bab 1: Ikhlas dan Mutaba'ah - 1
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
IKHLAS dan I'TIBA mengikuti Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam adalah DUA SYARAT untuk diterimanya amal.
Allah subhanahu wata'ala tidak menerima amalan dari amal-amal sehingga terpenuhi di dalam amal tersebut dua syarat, yaitu:
- Ikhlas yaitu syarat bathin.
- Mengikuti Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, yaitu syarat dhohir,
Jadi, Allah subhanahu wata'ala tidak akan menerima amalan
seorang hamba, sehingga dia betul-betul memurnikan amalan tersebut hanya
karena Allah subhanahu wata'ala.
Ini perkara penting di dalam tazkiyatun nufus, bahwa
terkadang seorang mengabaikan amalan yang dilakukannya, apakah sudah
ikhlas atau belum, dia tidak memperhatikannya, padahal seharunya dia
perhatian, bahwa ikhlas adalah syarat mutlak agar amalannya diterima,
ini syarat bathin karena yang tahu hanya Allah subhanahu wata'ala.
Sedangkan yang kedua adalah dengan mengikuti sunnah
Rosulullah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, ini dikatakan syarat
dhohir karena nampak.
Dan meskipun sudah ikhlas namun tidak mengikuti sunnah Rosulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam, maka bisa tertolak.
Dalil:
QS Al-Muluk ayat 2:
الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ
"Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu,
siapa di antara kamu yang paling baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi
Maha Pengampun."
Yang dimaksud dengan "yang paling baik amalannya", adalah
(Fudl bin Iyyadh) mengatakan: "yaitu yang paling ikhlas dan paling
benar"
Sesungguhnya amalan, apabila ikhlas tapi tidak benar,
maksudnya tidak mutaba'ah yakni tidak mengikuti sunnah RasuluLLah
Muhammad shallallahu alaihi wasallam maka tidak diterima. Dan juga
berlaku sebaliknya. Meskipun benar yakni mengikuti sunnah RasuluLLah
Muhammad shallallahu alaihi wasallam tetapi tidak ikhlas, juga tidak
diterima.
Oleh karena itu Allah subhanahu wata'ala mengatakannya dalam QS. Al-Kahfi ayat 110:
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
"Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka
hendaklah ia mengerjakan amal saleh dan janganlah ia mempersekutukan
dalam beribadat kepada Tuhannya dengan suatu apapun."
Yang dimaksud dengan AMAL SHOLEH disini adalah yang berkesuaian dengan SUNNAH.
Maksudnya mengikuti sunnah RasuluLLah shallallahu alaihi wa sallam .
Yang dimaksud dengan janganlah ia mempersekutukan dalam beribadat kepada Tuhannya dengan suatu apapun adalah IKHLAS.
QS. An-Nisaa ayat 125:
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ
"Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang menyerahkan dirinya kepada Allah, dan diapun berbuat ikhsan."
Maksud dari menyerahkan dirinya kepada Allah adalah ikhlas.
Yang yang dimaksud dengan ihsan adalah mutaba'ah, yaitu mengikuti sunnah RasuluLLah shallallahu alaihi wa sallam .
Disalin oleh:
Ummu Della (17 Muharam 1436H)
Dimuroja'ah oleh:
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
Berdasarkan Kitab Tazkiyatun Nufus
(Penulis : Syaikh DR Ahmad Farid)
Ummu Della (17 Muharam 1436H)
Dimuroja'ah oleh:
Ustadz Tauhiddin Ali Rusdi Sahal, Lc.
Berdasarkan Kitab Tazkiyatun Nufus
(Penulis : Syaikh DR Ahmad Farid)
Post a Comment
Perihal :: Mukhtar Hasan ::
لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا
Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.
Atau silahkan gabung di Akun facebook saya
================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda