Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Headline.....!!!
print this page
Artikel Berdasarkan Tanggal.
Showing posts with label Bantahan. Show all posts
Showing posts with label Bantahan. Show all posts

Serial Bantahan Kepada al-Ustaadz Adi Hidayat, Lc., MA - Kedelapan

Masukan ke 5 untuk AH (Kritikan Perihal Bahasa Arab)

Oleh : al-Ustaadz Dr Firanda Andirja, MA

Diantara kelebihan AH adalah perhatian terhadap masalah bahasa Arab. Dengan begitu sabarnya al-ustadz AH menjelaskan kepada para hadirin tentang arti-arti kata serta menjelaskan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan atau pemaknaan bahasa Arab. Dan ini tentu sangat baik bagi para hadirin. Namun sebagaimana kita ketahui bersama bahwasanya tidak ada seorangpun yang terbebaskan dari kesalahan dan kesilapan -meskipun AH kuliahnya spesial bahasa Arab-. Berikut ini beberapa kritikan kepada al-Ustadz AH dari sisi bahasa.

Pertama : Beliau berpendapat bahwa lafal الوُضُوْءُ wudhu, itu dari kata الضَّوْءُ dhou' الضِّيَاءُ yang berarti cahaya atau aura kebaikan, lalu ditambah huruf وُ wawu di depannya, menjadi wudhu' sehingga artinya menjadi sinar yang sangat terang atau aura kebaikan yg semakin tampak. Lihat menit 1:27:30 di link ini: https://www.youtube.com/watch?v=k7OVXaoIWDc
2 comments

Serial Bantahan Kepada al-Ustaadz Adi Hidayat, Lc., MA - Ketujuh

Masukan ke 4 untuk al-Ustadz AH (Menolak Allah turun di sepertiga malam yang terakhir)

Oleh : al-Ustaadz Dr Firanda Andirja, MA

Jika seorang miskin berjalan jauh bersusah payah menuju si kaya untuk meminta bantuannya, maka itu bukanlah perkara yang mengherankan...

Tapi yang mengherankan jika si kaya yang menawarkan bantuan kepada si miskin dengan membukakan pintu rumahnya selebar-lebarnya....

Yang lebih mengherankan jika ternyata yang kaya tersebut adalah Allah Tuhan Yang Maha Kaya....justru bukan hanya membuka pintuNya selebar-lebarnya...bahkan Dia justru mencari-cari si miskin....bahkan mendekatkan diriNya....turun ke langit dunia di sepertiga malam yang terakhir....dengan berkata :

“Apakah ada hambaKu yang berdoa maka Aku akan kabulkan doanya..., apakah ada hambaKu yang beristighfar maka Aku ampuni dosa-dosanya..., apakah ada hambaKu yang memohon maka Aku penuhi permohonannya...?”
0 comments

Serial Bantahan Kepada al-Ustaadz Adi Hidayat, Lc., MA - Keenam

Sebuah Masukan (4)


Ust Abul Jauzaa' Dony Arif Wibowo, M.Hut



5.   Pakar Hadits (Takhrij)

Al-Ustadz Adi Hidayat hafidhahullah dalam sebuah rekaman video pengajian yang berjudul Penjelasan Mengenai Doa Makan (Allahummabariklana) berkata (menit 02:38):


Ada yang berkata begini, saya tanya dulu. Kalau saya baca Allaahumma baarik lanaa fii maa razaqtanaa, shahih atau dla’iif ? (Hadirin : ‘dla’iif). Ooo, dla’iif…. (Tertawa). Dari mana tahunya ? Dari guru… Yuk kita lihat kitab aslinya. Buka dulu Muwaththa’ Imam Malik nomor hadits 2772. Nabi tidak mengatakan. Nabi tidak mengatakan : ‘bacalah bismillah’. Hanya mengatakan : ‘sammilah’. Nama Allah ada berapa ? Banyak. Diantaranya 99. Jadi sepanjang kita menyebut nama Allah, dibuat umum untuk memudahkan. Sepanjang kita menyebut nama Allah dengan bahasa apapun, dengan bismillah, dengan ya Allah, dengan Allahumma, itu sudah benar. Nabi mengajarkan hadits yang panjang di Muwaththa’ Imam Malik kepada ‘Aliy bin Abi Thaalib. Bagaimana redaksinya ?. Kalau engkau mau makan : Qul, bismillaahir-rahmaanir-rahiim, Allahummaa baarik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa ‘adzaaban-naar. Hadits itu shahih. Bahkan ada yang lebih panjang lagi. Sekarang darimana munculnya pernyataan hadits itu dla’if ?. Ternyata, ada orang keliru baca kitab. Dibaca di kitab Syaikh Al-Albani pembahasan hadits nomor 6390, pembahasan itu sedang membahas hadits hubungan suami istri. Jadi ada hadits dla’if berbunyi begini : Kalau seorang istri berhubungan, seorang suami istri berhubungan, yang sebelum berhubungannya dia membaca Allahummaa baarik lanaa fiimaa razaqtanaa waqinaa ‘adzaaban-naar, (hadirin tertawa), betul. Silakan dibuka. Maka anak yang lahir tidak akan disentuh oleh setan. Itu haditsnya. Dibahas oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani hadits ini kualitasnya dla’if, karena bertentangan dengan doa shahih yang diajarkan oleh Nabi. Orang-orang mengira, yang dla’if ini hadits tentang makanan. Padahal haditsnya berbeda. Jadi hadits tentang makanan terpisah dengan hadits yang tadi. Yang satu dla’if, yang lainnya shahih. Itu yang penting saya luruskan. Itu banyak sekali. Dan banyak orang keliru
6 comments

Serial Bantahan Kepada al-Ustaadz Adi Hidayat, Lc., MA - Kelima

Sebuah Masukan (3)



4.   Asy’ariy ?
Saat membawakan hadits nuzuul dalam video berjudul Selesai Shalat Tahajud, Apa yang Dicontohkan Rasulullah Hingga Salat Fajar?[1] (durasi 01:25:14), Ustadz Adi Hidayat hafidhahullah berkata (mulai menit 57:41):
Yanzilu rabbuna tabaaraka wa ta’ala – ini hadits qudsi - . Kata Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : Allah subhaanahu wa ta’ala. Kalimatnya menggunakan Rabb. Yanzilu Rabbunaa… saya agak pelan-pelan ya… Ada nazala, ada habatha. Ada nazala, ada habatha, itu lain. Baca Al-Baqarah ayat 36, eh 38 maaf. Al-Baqarah 38. Dimana Qur’annya ini ?... Qulna-hbithuu minhaa jamii’a. Qulna-hbithuu, ihbithu. Jadi turun itu ada habatha, ada nazala. Qulna-hbithuu minhaa jamii’a. Faimmaa ya’tiyannakum minnii hudaa dan seterusnya ayat. Perhatikan di sini.. Kenapa Adam ketika diturunkan oleh Allah ke bumi, kalimatnya bukan menggunakan nazala, tapi menggunakan habatha. Qulna-hbithuu minhaa jamii’a. Perhatikan. Kalau habatha, turun dengan niat bermukim, dengan niat tinggal. Adam diturunkan ke bumi memang untuk tinggal di bumi. Menjadi khalifah di sana, memperbaiki keadaan bumi. Karena itu kalimat Qur’annya menggunakan habatha. Ini hebatnya bahasa Al-Qur’an. Setiap kalimatnya ada makna, bahkan hurufnya. Tapi subhaanallah, ketika menerangkan Allah yang turun ke langit dunia, tidak menggunakan kata habatha, tapi menggunakan kata nazala. Yanzilu Rabbunaa. Yanzilu. Nazala itu turun umumnya dengan tidak niat mukim. Cuma turun saja. Jangan digambarkan di kepala kita Allah turun. Bukan. Maksudnya Allah menurunkan rahmat-Nya. Sudah ada kebahagiaan yang akan diberikan. Allah tidak segambar, tidak terbayang oleh kita, dan tidak serupa dengan apa yang kita gambarkan. Artinya apa ? Kalimat ini mengandung mukjizat yang ingin disampaikan oleh Nabi, tidak menggambarkan, kalau Nabi berkata yahbithu Rabbuna, ini salah kalimat Nabinya, karena Allah tidak menempat, tidak mewaktu. Artinya apa, mohon maaf, tidak disifati dengan tempat dan sifat yang seperti kita menggunakannya. Kalimat nazala artinya, tidak turun untuk menempat, menggunakan isyarat ini, ada kesan dalam kalimat ini, gunakan manfaatnya, itu maksudnya, gunakan peluangnya. ……. (01:00:16).
[selesai].
1 comments

Serial Bantahan Kepada al-Ustaadz Adi Hidayat, Lc., MA - Keempat

Cara Baru dalam Berdoa

Oleh : al-Ustaadz Dr Firanda Andirja, MA 
 
Al-Ustadz Adi Hidayat telah menetapkan suatu hal yang baru yang tidak pernah penulis dapatkan dalam buku-buku tafsir, yaitu :

“Setelah membaca al-fatihah dalam sholat, disyari’atkannya berdoa dengan melafalkan ayat-ayat yang sesuai dengan problematika kita”

Dalam ceramah yang berjudul “Cara berdoa ketika sholat agara cepat dikabulkan” (https://youtu.be/iqEc28EET6Y), al-Ustadz Adi Hidayat berkata :

“Baik, ada empat posisi, saya ulang ada empat posisi dalam shalat yang langsung dijamin oleh Al-Qur'an dan Hadits Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sebagai posisi yang cepat mengabulkan doa.
10 comments
 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger