PUASA JALAN MENUJU SURGA Bag : Kelima
Oleh: Abu Hamzah Utsman Abdul Mujieb Al Banjary
الصيام طريق إلى الجنة
الصوم أحكامه وفضائله وآدابه وسننه
باللغة الإندونيسية
إعداد:
أبي حمزة عثمان عبد المجيب البنجاري
الصوم أحكامه وفضائله وآدابه وسننه
باللغة الإندونيسية
إعداد:
أبي حمزة عثمان عبد المجيب البنجاري
➡ETIKA BERPUASA DAN SUNNAH-SUNNAHNYA SERTA AMALAN-AMALAN YANG SEYOGYANYA DILAKUKAN
11. Menjauhkan Diri Dari Perbuatan Dan Perkataan Yang Bisa Merusak Atau Mengurangi Nilai-Nilai Puasa.
Menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang bisa
merusak atau mengurangi nilai-nilai pahala puasa seperti berdusta,
perkataan kotor dan semua perkara yang diharamkan dalam agama adalah
perkara yang dituntut bahkan hakikat puasa itu sendiri.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ ِلله ِحَاجَةً فِيْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ )).
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan
(buruk), maka tidaklah bagi Allah Azza wa Jalla butuh (tidak ada
nilainya disisi Allah Azza wa Jalla) sekalipun dia meninggalkan makan
dan minum.”[HR Al Bukhari].
Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ اْلأََكْلِ وَالشُّرْبِ إِنَّمَا
الصِّيَامُ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ فَإِنْ سَابَكَ أَحَدٌ أَوْ جَهِلَ
عَلَيْكَ فَقُلْ إِنِّيْ صَائم إِنِّيْ صَائِمٌ )).
“Tidaklah puasa itu hanya (menahan) makan dan minum saja, akan tetapi
puasa itu adalah (menahan diri) dari perbuatan sia-sia dan perkataan
kotor, maka jika ada yang mencacimu dan berbuat jahat kepadamu,
katakanlah: “Sesungguhnya saya sedang puasa….sungguh saya sedang
berpuasa.”
[HR. Ibnu Khuzaimah dan Hakim].
Maka jika seseorang yang sedang berpuasa kemudian tidak meninggalkan perkara-perkara diatas, maka
puasanya akan sia-sia belaka, sebagaiman Rasulullah Shallallahu 'alaihi
wa sallam khabarkan:
(( رُبَّ صَائِمٍ حَظُّهُ مِنْ صِيَامِهِ اْلجُوْع ُوَالْعَطَشُ )).
“Betapa banyak orang yang berpuasa tidak mendapatkan apa-apa dari
puasanya kecuali lapar dan dahaga.” [HR. Ibnu Majah: 1/ 539, Ahmad: 10/
76, berkata Syaikh al-Albani dalam Al-Misykah: 2014 hasan shahihah].
12. Shalat Tarawih Dengan Berjama`ah.
Hendaknya orang yang berpuasa melaksanakan shalat tarawih dengan berjamaah.
At-tarawih artinya qiyamullail (mendirikan shalat malam)
secara berjama`ah pada bulan ramadhan, waktunya mulai ba`da shalat isya
hingga terbit fajar.
Sungguh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat
senang melaksanakan shalat tarawih, yang mana Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam mengkhabarkan tentang fadhilahnya, bahwasanya shalat tersebut
menghapuskan dosa-dosa yang telah berlalu. Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa yang mendirikan shalat malam ramadhan (shalat
tarawih) karena iman dan mengharap pahala, niscaya diampuni dosa-dosanya
yang telah berlalu.”
[HR. Al Bukhari & Muslim].
Dan juga keutamaan yang lainnya, barangsiapa yang shalat
tarawih bersama imam hingga shalat tersebut selesai maka orang tersebut
memperoleh pahala seperti orang yang shalat semalam suntuk. Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( مَنْ قَامَ مَعَ إِمَامِهِ حَتَّى يَنْصَرِفَ كُتِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ )).
“
Barangsiapa yang shalat tarawih bersama imamnya hingga
imam berpaling (selesai dari shalatnya), niscaya dicatat baginya shalat
semalam suntuk.” [HR. Abu Dawud: 4/ 248 dll].
Dan yang afdhal shalat tarawih itu sebelas rakaat dan salam
tiap-tiap dua rakaat, karena Aisyah ketika ditanya tentang bagaimana
shalat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada ramadhan? ia menjawab:
(( مَا كَان َ صلى الله عليه وسلم يَزِيْدُ فِي رَمَضَانَ وَلاَ غَيْرِهِ إِحْدَى عَشْرَةَ رَكْعَةً )).
“Tidaklah (Rasulullah shalat malam) pada bulan ramadzan dan tidak pula
selainnya (ramadzan) lebih dari sebelas rakaat.” [Muttafaqun `Alaih].
Diriwayatkan dalam kitab Al-Muwattha`, bahwa Shahabat Umar
bin Khathab radhiyallohu 'anhu memerintahkan Ubai bin Ka`ab dan Tamim
Addari supaya keduanya mengimami orang-orang dengan sebelas rakat.
Dan jika lebih dari sebelas rakaat maka tidak mengapa,
karena ketika Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ditanya tentang
qiyamullail beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( صَلا َةُ الَّليْلِ مَثْنَى مَثْنَى فَإِذَا خَشِيَ
أَحَدَكُمُ الصُّبْحَ صَلَّى رَكْعَةً وَاحِدَةً تُوْتِرُ لَهُ مَا قَدْ
صَلَّى )).
“Shalat malam itu dua rakaat-dua rakaat, apabila salah
seorang khawatir (tiba waktu) subuh, shalatlah satu rakaat berwitir
baginya apa yang telah ia shalat.” [HR. Al Bukhari dan Muslim].
Akan tetapi memelihara atas bilangan yang datang dari
sunnah yaitu sebelas rakaat, maka lebih afdhal dan utama.” [fushul
fishiyam wattaraawih wazzakat lisyaikh Ibnu Utsaimin]
13. Duduk Di Masjid Ba`da Shalat Fajar.
Seyogyanya orang yang puasa duduk di Masjid setelah shalat
fajar (subuh) untuk dzikrullah atau membaca al-Qur`an hingga muncul
matahari sepanjang anak panah, kemudian shalat dua rakaat sebelum
meninggalkan masjid, karena pahalanya seperti pahala haji dan umrah.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam; bersabda:
(( مَنْ صَلَّى اْلفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ
يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَ اْلشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى الرَّكْعَتَيْنِ
كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةً تًامَّةً تَامَّةً )).
“Barangsiapa shalat fajr (subuh) dengan berjamaah kemudia
ia duduk dzikrullah hingga matahari terbit, kemudian shalat dua rakaat
adalah baginya pahala seperti haji dan umrah sempurna, sempurana dan
sempurna.”[HR Attirmidzi dan dihasankan oleh al-Albani].
Pahala keutamaan amalan tersebut adalah pada setiap hari,
bagaimana jika dihari-hari bulan ramadhan? dimana kita tahu bahwa
pahala dibulan ini dilipatgandakan. Oleh karenanya hal itu merupakan
aktivitas Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebagaimana shahabat
Anas radhiyallohu 'anhu menceritakannya:
كَانَ النَّبِي ُّ صلى الله عليه وسلم (( إِذَا صَلىَّ الْغَدَاة َ(الفَجْرَ) جَلَسَ فِيْ مُصَلاَّ هُ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ )).
“Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam apabila shalat fajar Beliau duduk dimasjidnya hingga terbit matahari.”[HR Muslim: 1523-1524].
14. Memperbanyak Tilawah Al-Qur`an.
Bulan ramadhan memiliki keutamaan khusus diantaranya adalah
diturunkannya al-Qur`an, oleh karenanya bulan ramadhan itu dikatakan
syahrul Qur`an.
Allah Azza wa Jalla menjamin bagi siapa yang membaca
al-Qur`an dengan mentadaburinya (merenungi & memahami) serta
mengamalkan isi kandungannya niscaya tidak akan tersesat di dunia dan
tidak akan celaka di akhirat.
{ فَمَنِ ا تَّبَعَ هُدَا يَ فَلاَ يَضِلُّ وَلاَ يَشْقَى}
“….Maka barangsiapa yang mengikuti petunjuk-Ku ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.” [Q.S. Thaha: 123].
Begitupula sebaliknya Allah Azza wa Jalla menjamin
kesesatan serta kecelakaan bagi orang yang berpaling dari mempelajari
Kitabullah, enggan dari membacanya, tidak mentadaburinya serta tidak
mengamalkannya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
{مَنْ أَعْرَضَ عَنْهُ فَإِنَّهُ يَحْمِلُ يَوْمَ اْلقِياَمَةِ وِزْراً }
“Barangsiapa berpaling dari Al-Qur`an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar dihari kiamat.”
[Q.S. Thaha: 100].
[Q.S. Thaha: 100].
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ أَعْمَى
“
Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” [Q.S. Thaha:
124].
Keutamaan membaca al-Qur`an banyak sekali diantaranya adalah:
- Al-Qur`an akan memberikan syafa`at bagi pembacanya.Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( إِقْرَأُوا اْلقُرآنَ فَإِنَّهُ يَأْتِيْ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ شَفِيْعاً ِلأَصْحَابِهِ )).
“
Bacalah al-Qur`an, karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafa`at bagi pembacanya.” [HR Muslim: 2/ 197].
- Orang yang membaca lagi hafal serta mengamalkan dua surat yaitu al-Baqarah dan Ali Imran, kedua surat tersebut akan membelanya pada hari kiamat.
(( يُؤْتَى يَوْمُ الْقِيَامَة ِبِالْقُرْآنِ وَأَهْلِهِ
الَّذِيْنَ كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ بِهِ فِي الدُّنْيَا تَتَقَدَّمَهُ
سُوْرَة َالْبَقَرَةِ وَآلَ عِمْرَانَ تَحَاجَانِ عَنْ صَاحِبِهَا )).
“Didatangkan pada hari kiamat al-Qur`an dan para pembacanya yang mereka
itu dahulu mengamalkan di dunia, dengan didahului oleh surat al-Baqarah
dan ali-Imran, kedua surat ini akan membela pembacanya.”
[HR Muslim: 805, 1/ 554 dan yang lainnya ].
[HR Muslim: 805, 1/ 554 dan yang lainnya ].
- Orang yang mempelajari al-Qur`an kemudian mengajarkannya adalah sebaik-baik manusia diantara manusia yang lainnya.
(( خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ اْلقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ)).
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur`an dan mengamalkannya.”
[HR. Al Bukhari: 5027-5028].
[HR. Al Bukhari: 5027-5028].
- Orang yang membaca al-Qur`an dilipat gandakan ganjaranya, bagaimana jika membaca dibulan ramadhan?.
(( مَنْ قَرَأَ حَرْفاً مِنْ كِتَابِ الله ِفَلَهُ حَسَنَةٌ
وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُوْلُ أَلآم حَرْفٌ بَلْ
أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ )).
“Barangsiapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah maka baginya satu
kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipatnya, Aku
tidak mengatakn alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf,
lam satu huruf dan mim satu huruf.” [HR. Al Bukhari fittarikh: 1/ 1: 216
dan At-Tirmidzi: 2910].
Masih banyak lagi hadits-hadits yang menyebutkan tentang keutamaan membaca al-Qur`an.
15. Melakukan Umrah.
Umrah di bulan ini pahalanya sebanding dengan pahala haji,
bahkan sebanding dengan haji bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam.
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada seorang wanita dari
Anshar:
((...فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِيْ فَإِنَّ
عُمْرََةَ فِيْهِ تَعْدِلُ حَجَّةً ))[رواه البخاري] وفي رواية لمسلم
حَجَّةً مَعِيْ.
“Apabila datang ramadhan berumrahlah kamu, karena umrah dibulan ramadhan meyamai (pahala) haji.”
[HR. Al-Bukhari] Dalam riwayat Muslim, “Bagaikan haji bersamaku.”
16. Bershadaqah/ Infaq.
(( وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ )).
“Shadaqah itu cahaya.”[HR Muslim].
(( كَانَ رَسُوْلُ الله ِ صلى الله عليه وسلم أَجْوَدَ
النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُوْنُ فِي رَمَضَانَ كَانَ أَجْوَدَ
بِالْخَيْرِ مِن َالرِّيْحِ اْلمُرْسَلَةِ )).
“Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam manusia yang amat
dermawan, adalah Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam lebih dermawan
lagi ketika dibulan ramadhan, adalah Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam paling dermawan terhadap kebaikan daripada angin yang berhembus.”
[Muttafaqun`Alaihi].
Bershadaqah dibulan ramadhan ini banyak cara dan bentuknya diantaranya:
- Memberi makan kepada orang yang lapar, kepada faqir miskin, kepada tawanan dan sebagainya.
Allah Azza wa Jalla menjelaskan tentang keutamaannya.
“Dan mereka memberi makan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya kami memberi makan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah Azza wa Jalla, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terimakasih. Sesungguhnya kami takut akan (adzab) Tuhan kami pada suatu hari (yang dihari itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Allah Azza wa Jalla memelihara mereka dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena keshabaran mereka (dengan) Surga dan (pakaian) sutra.” [Q.S. Al-Insan: 8-12].
- Memberi makan atau minum kepada orang-orang yang berpuasa untuk berbuka puasa.
Fadhilahnya adalah sebagaimana Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
(( مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَه ُمِثْلُ أَجْرِهِ من غَيْرِ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ )).
“
Barangsiapa yang memberi makan untuk berbuka kepada orang
yang puasa, maka baginya meperoleh pahala puasa seperti pahala orang
yang berpuasa, tanpa mengurangi sedikitpun dari pahalanya.” [HR Ahmad,
An-Nasai` dan dishahihkan oleh al-AlBani dalam Ta`liq Arraghib: 2/ 95].
17. Mujahadah Pada Sepuluh Hari Terakhir.
Mujahadah (bersungguh-sungguh) menambah ibadah pada sepuluh
hari terakhir bulan ramadhan. Aisyah Ummul mu`minin menceritakan
tentang ibadah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pada sepuluh
hari terakhir bulan ramadhan:
(( كَانَ رَسُوْلُ الله ِ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ العَشْرَ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ )).
“
Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam apabila
masuk sepuluh (hari terakhir bulan ramadhan) Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam mengencangkan kainnya (menjauhkan diri dari menggauli istri)
menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.”[HR. Al Bukhari: 2024 dan Muslim: 2832].
Dalam Riwayat lain Aisyah berkata:
(( كَانَ رَسُوْ لُ الله ِ صلى الله عليه وسلم يَجْتَهِدُ فِي عَشْرِاْلأَوَاخِرِمِنْ رَمَضَانَ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ )).
“
Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam
bersungguh-sungguh pada sepuluh hari akhir di bulan ramadhan, hal yang
Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak lakukan pada bulan yang
lainnya.” [HR Muslim: 2780 dan Ibnu Majah: 1171].
18. Melakukan `Itikaf.
`Itikaf artinya mulazamah masjid (berdiamdiri di Masjid
tidak keluar darinya kecuali bila ada udzur syar`i) dengan niat
tertentu, dalam rangka melaksanakan ketaatan kepada Allah Azza wa Jalla.
Hukumnya sunnah mu`akkadah (sangat ditekankan), karena Nabi
Shallallahu 'alaihi wa sallam selalu mengerjakannya, sebagimana Ummul
Mu`minin Aisyah menceritakan:
(( كَانَ رَسُوْ لُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَعْتَكِفُ
اْلعَشْرَ اْلأََََوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ الله ُثمُ
َّاعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ )).
“Adalah Rasuluallah Shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa ber`itikaf
pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan, hingga Allah Azza wa
Jalla mewafatkannya, kemudian setelah Beliau Shallallahu 'alaihi wa
sallam wafat istri-istrinyapun ber`itikaf`.” [HR Al Bukhari: 2025 &
Muslim: 2/ 831].
(( كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَعْتَكِفُ فِي
رَمَضَانَ عَشْرَةَ أَيَّامٍ فَلَمَّا كَانَ عَامَ الَّذِيْ قُبِضَ فِيْهِ
اعْتَكَفَ عِشْرِيْنَ يَوْماً )).
“Adalah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam ber`itikaf
sepuluh hari di bulan ramadhan, maka pada tahun Beliau Shallallahu
'alaihi wa sallam diwafatkan, Beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam
beri`tikaf dua puluh hari.” [HR. Al Bukhari: 9/43].
Berkata Imam Azzuhri:
[ عَجَباً لِلْمُسْلِمِيْنَ! تَرَكُوا اْلإِعْتِكَافَ مَعَ
أَنَّ النَّبِيَّ مَا تَرَكَهُ مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِيْنَةَ حَتَّى
قَبَضَهُ الله ُعَزَّ وَجَلَّ ].
“
Sungguh heran terhadap orang-orang Islam! Mereka
meninggalkan `itikaf, padahal Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam tidak
pernah meninggalkannya sejak Beliau datang di Madinah sampai Allah
Ta`ala mewafatkannya.” [Fath Albari: 4/ 4334].
Syarat-Syarat `itikaf:
- Islam
- Tamyiz/ Baligh.
- Tharah (suci) dari hadats besar.
Diantara ulama ada yang mensyaratkan hanya ditiga masjid,
yaitu masjid Haram, masjid Nabawi dan masjid al-Aqsa. Berdasarkan
hadits:
((لاَعْتِكَافَ إِِلاََّ فِي اْلمَسَاجِدِ الثَّلاَثَةِ ))
“Tidaklah (dianggap) `itikaf kecuali ditiga masjid (masjidil Haram, masjid Nabawi dan masjid Aqsa).”
Akan tetapi dijelaskan oleh para Ulama yang lain bahwa
hadits diatas merupakan sebagai keutamaan bukan sebagi syarat sahnya
`itikaf, karena Allah Ta`ala berfirman:
[وَأَنْتُمْ عَاكِفُوْنَ فِي اْلمَسَاجِد ِ]
“Sedangkan kamu beri`tikaf dalam masjid-masjid.” [Q.S. Al-Baqarah: 187].
Adapun rukun `itikaf yaitu niat tinggal dimasjid.
Sumber:
BUKU: "PUASA JALAN MENUJU SURGA"
Karya:
Abu Hamzah Utsman Abdul Mujieb Al Banjary
Abu Hamzah Utsman Abdul Mujieb Al Banjary
Copas and Posted by
BC WA Info Dakwah Islamic Center
+966556214044 & WA Dakwah Majlis TaKlim Akhowat +966508293088
+966556214044 & WA Dakwah Majlis TaKlim Akhowat +966508293088
Post a Comment
Perihal :: Mukhtar Hasan ::
لا عيب على من أظهر مذهب السلف وانتسب إليه واعتزى إليه، بل يجب قبول ذلك منه بالاتفاق؛ فإن مذهب السلف لا يكون إلا حقًا
Tidaklah aib (tercela) bagi orang yang menampakkan madzhab salaf, bernisbat kepadanya dan berbangga dengannya. Bahkan wajib menerima pernyataan tersebut darinya dengan kesepakatan, karena sesungguhnya tidaklah madzhab salaf itu melainkan kebenaran.
Atau silahkan gabung di Akun facebook saya
================================
Semoga komentar anda bermanfaat bagi kami dan bagi anda