Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Headline.....!!!
print this page
Artikel Berdasarkan Tanggal.
Showing posts with label Dakwah Salaf. Show all posts
Showing posts with label Dakwah Salaf. Show all posts

Surat Terbuka Untuk Kaum Muslimin Di Pamekasan

Surat Terbuka Untuk Kaum Muslimin Di Pamekasan

Barangkali anda pernah membaca berita terkait Dakwah salaf di Batam? Bisa di baca (Dakwah Salaf di Batam Saat Ini Sedang Terfitnah) dan baca juga (Catatan Buat Al-Ustadz Muhammad Idrus Ramliy Hadanallah Waiyyakum...!). Begitulah ujian datang silih berganti menimpa para pengemban dakwah

Assalamu’alaikum wr.wb.

Mengawali surat ini kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah subhanahu wataála atas semua limpahan rahmat dan nikmat-Nya hingga kita semua berada dalam keadaan sehat wal áfiat. Shalawat dan salam kami haturkan kepada Nabi Muhammad shallallahua’laihi wasallam, keluarga, para sahabatnya dan orang – orang yang senantiasa istiqamah dalam mengikuti petunjuknya.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah,
Surat ini sengaja kami tulis sebagai respon sekaligus klarifikasi atas peristiwa yang menimpa ustad Zainuddin yang kebetulan kami undang untuk mengisi pengajian di Masjid Ridwan, pada hari Sabtu, 7 Maret 2015. Penting bagi kami untuk memberikan informasi kepada masyarakat Pamekasan pada umumnya dan Jamaah Masjid Ridwan pada khususnya.

0 comments

Al Halaby Bukan Anak Murid Al Albany ? Bag.2

Al Halaby Bukan Anak Murid Al Albany ? Bag.2


Pada kesempatan yang telah lalu dengan taufik dan keutamaan dari Allah, kita telah ketahui bersama beberapa hal berupa pemahaman yang benar terhadap perkataan Al Imam Al Albany yang difahami salah oleh sebagian orang. Definisi guru dan murid menurut para ulama, serta ucapan tegas dari beliau tentang status kemuridan Syaikh Ali Al Halaby.

Pada kesempatan kali ini kembali kita akan menelusuri (berdasarkan data dan fakta ilmiyyah insya’Allah) sampai sejauh mana kedekatan serta interaksi ilmiyyah yang terjadi antara Syaikh Ali dengan Al Imam Al Albany melalui penjelasan ringkas terhadap beberapa point berikut.

1 comments

Al Halaby Bukan Murid Al Albany ? [1]

Al Halaby Bukan Murid Al Albany ? [1]


Di awal-awal saya mengenal dakwah salafiyyah saya mendengar sebuah syubhat dari orang-orang hizbiyyin dan kuburiyyin. Bahwa Al Imam Al Albany rahimahullah itu tidak memiliki guru, tidak memiliki sanad. Belajarnya hanya otodidak sehingga rentan melakukan kesesatan. Syubhat ini sudah runtuh dengan penjelasan gamblang yang disampaikan oleh salah satu dai ahlus sunnah negri ini.

Pada hari ini kita mendengar dari orang-orang yang membenci Syaikh Ali Al Halaby dengan tingkat kebencian yang akut. Yang menyebabkan akal mereka menjadi susah melihat terangnya cahaya kebenaran. Diantara buktinya mereka menggembar-gemborkan bahwa Syaikh Ali Hasan Al Halaby itu bukan muridnya Al Imam Al Albany.

2 comments

Apa Itu Wahabi?

Apa Itu Wahabi?*


Orang-orang biasa menuduh “wahabi ” kepada setiap orang yang melanggar tradisi, kepercayaan dan bid’ah mereka, sekalipun kepercayaan-kepercayaan mereka itu rusak, bertentangan dengan Al-Qur’anul Karim dan hadits-hadits shahih. Mereka menentang dakwah kepada tauhid dan enggan berdo’a (memohon) hanya kepada Allah semata. 
 
Suatu kali, di depan seorang syaikh, penulis membacakan hadits riwayat Ibnu Abbas yang terdapat dalam kitab Al-Arba’in An-Nawawiyah. Hadits itu berbunyi: “Jika engkau memohon maka mohonlah kepada Allah, dan jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi) 
 
Musuh-musuh tauhid memberi gelar wahabi kepada setiap muwahhid (yang mengesakan Allah), nisbat kepada Muhammad bin Abdul Wahab, Jika mereka jujur, mestinya mereka mengatakan Muhammadi nisbat kepada namanya yaitu Muhammad. Betapapun begitu, ternyata Allah menghendaki nama wahabi sebagai nisbat kepada Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari nama-nama Allah yang paling baik (Asmaa’ul Husnaa). 
 
Jika shufi menisbatkan namanya kepada jama’ah yang memakai shuf (kain wol) maka sesungguhnya wahabi menisbatkan diri mereka dengan Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi), yaitu Allah yang memberi-kan tauhid dan meneguhkannya untuk berdakwah kepada tauhid.Beliau dilahirkan dikota ‘Uyainah, Nejed pada tahun 1115 H. Hafal Al-Qur’an sebelum berusia sepuluh tahun. Belajar kepada ayahandanya tentang fiqih Hambali, belajar hadits dan tafsir kepada para syaikh dari berbagai negeri, terutama dikota Madinah. Beliau memahami tauhid dari Al-Kitab dan As-Sunnah. Perasaan beliau ter-sentak setelah menyaksikan apa yang terjadi di negerinya Nejed de-ngan negeri-negeri lainnya yang beliau kunjungi berupa kesyirikan, khurafat dan bid’ah. Demikian juga soal menyucikan dan mengkultus-kan kubur, suatu hal yang bertentangan dengan ajaran Islam yang benar. Ia mendengar banyak wanita di negerinya bertawassul dengan pohon kurma yang besar. Mereka berkata, “Wahai pohon kurma yang paling agung dan besar, aku menginginkan suami sebelum setahun ini.”

Di Hejaz, ia melihat pengkultusan kuburan para sahabat, keluarga Nabi (ahlul bait), serta kuburan Rasulullah , hal yang sesungguhnya tidak boleh dilakukan kecuali hanya kepada Allah semata. Di Madinah, ia mendengar permohonan tolong (istighaatsah) kepada Rasulullah , serta berdo’a (memohon) kepada selain Allah, hal yang sungguh bertentangan dengan Al-Qur’an dan sabda Rasulullah . Al-Qur’an menegaskan: “Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfa’at dan tidak (pula) memberi madharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, sesungguh-nya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zhalim.” (Yunus: 106)

Zhalim dalam ayat ini berarti syirik. Suatu kali, Rasulullah berkata kepada anak pamannya, Abdullah bin Abbas: “Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah, dan jika eng-kau meminta pertolongan mintalah pertolongan kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi) 11.2

Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menyeru kaumnya kepada tauhid dan berdo’a (memohon) kepada Allah Jalla Jalaaluhu semata, sebab Dialah Yang Mahakuasa dan Yang Maha Menciptakan sedangkan selainNya adalah lemah dan tak kuasa menolak bahaya dari dirinya dan dari orang lain. Adapun mahabbah (cinta kepada orang-orang shalih), adalah dengan mengikuti amal shalihnya, tidak dengan menjadikannya sebagai perantara antara manusia dengan Allah, dan juga tidak menjadikannya sebagai tempat bermohon selain daripada Allah azza wa jalla.

Para ahli bid’ah menentang keras dakwah tauhid yang dibangun oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Ini tidak mengherankan, sebab musuh-musuh tauhid telah ada sejak zaman Rasulullah. Bahkan mereka merasa heran terhadap dakwah kepada tauhid. Allah Jalla Jalaaluhu berfirman: “Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5)

Musuh-musuh syaikh memulai perbuatan kejinya dengan memerangi dan menyebarluaskan berita-berita bohong tentangnya. Bahkan mereka bersekongkol untuk membunuhnya dengan maksud agar dak-wahnya terputus dan tak berkelanjutan. Tetapi Allah ÓÈÍÇæç è ÊÙÇäé menjaganya dan memberinya penolong, sehingga dakwah tauhid terbesar luas di Hejaz, dan di negara-negara Islam lainnya.

Meskipun demikian, hingga saat ini, masih ada pula sebagian manusia yang menyebarluaskan berita-berita bohong. Misalnya mereka mengatakan, dia (Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab) adalah pembuat madzhab yang kelima, padahal dia adalah seorang penganut madzhab Hambali. Sebagian mereka mengatakan, orang-orang wahabi tidak mencintai Rasulullah serta tidak bershalawat atasnya. Mereka anti bacaan shalawat. Padahal kenyataannya, Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab telah menulis kitab “Mukhtashar Siiratur Rasuul”. Kitab ini bukti sejarah atas kecintaan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab kepada Rasulullah. Mereka mengada-adakan berbagai cerita dusta tentang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, suatu hal yang karenanya mereka bakal dihisab pada hari Kiamat. Seandainya mereka mau mempelajari kitab-kitab beliau dengan penuh kesadaran, niscaya mereka akan menemukan Al-Qur’an, hadits dan ucapan sahabat sebagai rujukannya. 
 
Seseorang yang dapat dipercaya memberitahukan kepada penulis, bahwa ada salah seorang ulama yang memperingatkan dalam penga-jian-pengajiannya dari ajaran wahabi. Suatu hari, salah seorang dari hadirin memberinya sebuah kitab karangan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Sebelum diberikan, ia hilangkan terlebih dahulu nama pengarangnya. Ulama itu membaca kitab tersebut dan amat kagum dengan kandungannya. Setelah mengetahui siapa penulis buku yang dibaca, mulailah ia memuji Muhammad bin Abdul Wahab. Tanduk Syetan Dari NejedYa Allah, berilah keberkahan kepada kami di negeri Syam, dan di negeri Yaman. Mereka berkata, ‘Dan di negeri Nejed.’ Rasulullah berkata, ‘Di sana banyak terjadi berbagai kegoncangan dan fitnah, dan di sana (tempat) munculnya para pengikut setan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Ibnu Hajar Al-’Asqalani dan ulama lainnya menyebutkan, yang dimaksud Nejed dalam hadits di atas adalah Nejed Iraq. Hal itu terbukti dengan banyaknya fitnah yang terjadi di sana. Kota yang juga di situ Al-Husain bin Ali radhiallaahu anhu dibunuh. Hal ini berbeda dengan anggapan sebagian orang, bahwa yang dimaksud dengan Nejed adalah Hejaz, kota yang tidak pernah tampak di dalamnya fitnah sebagaimana yang terjadi di Iraq. Bahkan sebaliknya, yang tampak di Nejed Hejaz adalah tauhid, yang karenanya Allah ÓÈÍÇæç è ÊÙÇäé menciptakan alam, dan karenanya pula Allah mengutus para rasul. Bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab adalah salah se-orang mujaddid (pembaharu) abad dua belas Hijriyah. Mereka menu-lis buku-buku tentang beliau. Di antara para pengarang yang menulis buku tentang Syaikh adalah Syaikh Ali Thanthawi. Beliau menulis buku tentang Tokoh-tokoh Sejarah”, di antara mereka terdapat Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab dan Ahmad bin ‘Irfan. Dalam buku tersebut beliau menyebutkan, akidah tauhid sampai ke India dan negeri-negeri lainnya melalui jama’ah haji dari kaum muslimin yang terpengaruh dakwah tauhid dikota Makkah. 
 
Karena itu, kompeni Inggris yang menjajah India ketika itu, bersama-sama dengan musuh-musuh Islam memerangi akidah tauhid tersebut. Hal itu dilakukan karena mereka mengetahui bahwa akidah tauhid akan menyatukan umat Islam dalam melawan mereka. Selanjutnya mereka mengomando kepada kaum Murtaziqah agar mencemarkan nama baik dakwah kepada tauhid. Maka mereka pun menuduh setiap muwahhid yang menyeru kepada tauhid dengan kata wahabi. Kata itu mereka maksudkan sebagai padanan dari tukang bid’ah, sehingga memalingkan umat Islam dari akidah tauhid yang menyeru agar umat manusia berdo’a hanya semata-mata kepada Allah Subahanahu wa ta’ala. Orang-orang bodoh itu tidak mengetahui bahwa kata wahabi adalah nisbat kepada Al-Wahhaab (yang Maha Pemberi), yaitu salah satu dari Nama-nama Allah yang paling baik (Asma’ul Husna) yang memberikan kepadanya tauhid dan menjanjikannya masuk Surga. Wallaahu a’lam 
 

Note: Perbaikan teks seperlunya dari kami (Administratur)
2 comments

Dan Aku pun Dituduh Wahabi…

Dan Aku pun Dituduh Wahabi…


Seiring dengan perjalanan kedewasaan menuju proses pematangan diri, terlebih lagi pemikiran, gairah untuk mencai ilmu yang shahih, lebih mengenal agama Islam dari sumber-sumbernya yang asli, menjadi semakin tinggi. Perkenalan tanpa sengaja dengan manhaj salaf nyaris seolah mencuci otak, memutarbalikkan pemahaman hingga apa yang tersisa dari pemahaman terdahulu nyaris menjadi tanpa arti.

Sebenarnya bukanlah hal yang aneh, jika gairah itu kemudian timbul. Ketidakmampuan diri dalam mengelola dan memecahkan persoalan hidup secara memuaskan membuat agama yang semula menjadi pelarian untuk menenangkan diri, justru terbukti menjadi sumber mata air jernih pelepas dahaga. Itulah solusinya, pemahaman yang benar untuk menuju keseimbangan hidup sebagaimana manusia diciptakan diatas fitrahnya.

Satu hal yang menjadi konsekuensi dari proses ini adalah sebuah perubahan nyata. Perubahan yang sangat mungkin – bahkan terbukti – banyak menyelisihi kebiasaan yang berlaku di tengah-tengah masyarakat. Meskipun perbedaan itu dalam tahap tertentu masih dapat ditoleransi, namun pada saat-saat lain ada hal-hal prinsipil yang membuat gerah dan menimbulkan keinginan kuat untuk merubahnya,

Perbincangan dengan seorang sahabat seputar persoalan kehidupan beragama menimbulkan sebuah komentar yang mengejutkan, “Dasar Wahabi!” Meskipun kata-kata itu diucapkan dengan nada bercanda namun pernyataan itu membekas dalam hati. Benarkah aku seorang Wahabi?

Sejauh ini pengenalan akan seorang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab – dimana orang-orang yang mengikutinya dinisbatkan kepada namanya menjadi Wahabi – teramat sangat minim. Proses pembelajaran yang selama ini dilalui dan yang pemikirannya banyak mempengaruhi dan merubah alur berpikir, yang mendorong untuk terus mempelajari agama ini dari sumbernya yang asli, Al Qur’an dan As Sunnah menurut pemahaman para sahabat, adalah seorang tokoh besar Ibnu Qayyim al Jauziyah, salah seorang murid terbaik ulama sekaliber Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dan bukannya Syaikh Muhammad bin Abdul wahab.

Lalu apakah karena alur pemikiran yang sejalan, orang juga akan mengatakan bahwa Ibnu Qayyim dan gurunya Ibnu Taimiyah – yang hidup jauh sebelum syaikh Muhammad bin Abdul Wahab – adalah pengikut Wahabi?

Baru kemudian teringat perbincangan dengan seorang teman yang lain, dan memang itulah yang dituduhkan kepada Ibnu Taimiyah, bahwa beliau ada seorang wahabi!

Sungguh aneh, bahkan sangat lucu. – jika tidak ingin dikatakan bodoh - Ibnu Taimiyah yang lahir tahun 661 H – 728 H dituduh sebagai wahabi, dengan kata lain sebagai pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang lahir jauh sesudahnya yaitu pada tahun 1115 H?.Siapa yang mengikuti dan siapa yang diikuti? Dengan menggunakan logika berpikir yang paling sederhana pun tuduhan itu akan terlihat sangat menggelikan!

Terlepas dari perdebatan seputar siapa mengikuti siapa, ada rasa penasaran yang mendorong untuk mencari tahu lebih lanjut, siapa sebenarnya seorang Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab. Para ulama berkata, kenalilah seseorang melalui tulisannya. Dan itulah yang saya lakukan, mulai mencari tulisan-tulisan beliau, mencari tahu dimana letak momok menakutkan yang membuat orang begitu alergi terhadap beliau.

Adalah Kitab Tahuid, sebuah karya monumental beliau, dan kemudian disyarah oleh Asy-Syaikh Abdurrahman bin Hasan Alu Asy-Syaikh, kitab Tiga Landasan Utama yang disyarah oleh Syaikh Utsaimin, serta Menyingkap Argumen Penyimpangan Tauhid, yang seluruhnya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Komentar… ? Subhanallah!

Jika tuduhan wahabi dilekatkan kepada mereka yang membenci pengangungan kuburan, termasuk kuburan orang-orang shalih, maka aku adalah seorang wahabi!

Jika label wahabi dilekatkan kepada mereka yang berdakwah untuk memurnikan tauhid, seperti firman Allah : ”Dan orang-orang yang tidak mempersekutukan dengan Tuhan mereka (sesuatu apapun“ (QS Al Mu’minuun : 59), maka aku adalah seorang wahabi!

Jika istilah wahabi disandarkan kepada mereka yang mengharamkan berdo’a kepada selain Allah mengikuti firmanNya : ”Dan janganlah kamu berdo’a kepada selain Allah, yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.” (QS Yunus : 106) , maka aku ada seorang wahabi!

Jika seorang wahabi adalah mereka yang selalu berusaha menjauhkan segala macam kesyirikan sebagaimana firman Allah , ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.“ (QS An Nisa : 48), maka aku adalah seorang wahabi!

Jika sebutan wahabi dinisbatkan kepada mereka yang percaya bahwa Nabi Muhammad SAW tidak dapat memberikan syafaat melainkan dengan seizin Allah SWT sebagaimana firmanNya, ”Katakanlah: (hai Muhmmad) “Hanya kepunyaan Allah lah syafaat itu semuanya..“ (QS Az Zumar : 44) dan firmanNya : ,“ Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya.“ (QS Al Baqarah : 255), ataupun firmanNy, ”Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafa’at itu..“ (QS Saba : 23), maka aku adalah seorang wahabi!

Jika tuduhan wahabi dilontarkan kepada mereka yang mengharamkan segala jenis pengagungan atau keberkahan benda-benda dan tempat-tempat keramat, jimat, guna-guna termasuk segala ritual yang terkait dengannya, maka aku adalah seorang wahabi!

Jika tudingan wahabi ditujukan kepada mereka yang berusaha mengenal Allah, agama Islam dan Nabi Muhammad SAW dengan lebih baik dan mendalam seprti yang dituliskan dalam kitab Utsuluts Tsalasah (3 Landasan Utama), maka aku adalah seorang wahabi!

Dan masih ada banyak jika semisalnya yang dinisbatkan kepada mereka yang dianggap wahabi, yang secara menyeluruh berupaya memurnikan kalimat tauhid laa ilaaha illallah beserta segala aspek yang terkait dengannya berikut konsekuensinya, maka alhamdulillah, saksikanlah aku telah menjadi seorang wahabi!

Sungguh yang perlu dipertanyakan kepada mereka yang berpandangan ”miring” dan cenderung meremehkan ketika memberi cap kepada seseorang sebagai wahabi, manakala semua jika diatas dikumpulkan dan dipertanyakan kepada diri masing-masing, kalimat apakah yang akan tertera mengikuti kata maka sebagai konsekuensinya? Karena menolak semua jika diatas maka keimanan akan persaksian terhadap kalimat tauhid yang selalu diulang dalam setiap shalat, perlu dipertanyakan.

Bahkan sesungguhnya bukanlah yang memecah belah ummat ini dakwah untuk menegakkan tauhid - sebagaimana inti dakwah para nabi -melainkan dakwah lemah lembut yang membiarkan agama ini bercampur dengan segala kemusyrikan, adat istiadat, kepercayaan, bid’ah dan khurafat dengan dalih menghindari perpecahan ummat.

Wallahu a’lam
0 comments
 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger