Homepage Pribadi Abu Muhammad Mukhtar bin Hasan al-Atsari

Headline.....!!!
print this page
Artikel Berdasarkan Tanggal.
Showing posts with label Nasehat. Show all posts
Showing posts with label Nasehat. Show all posts

Rahmat Allah Maha Luas

بسم الله الرحمن الر حيم

Allah Jalla wa 'alaa berfirman :
قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ  ۗ  اِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا   ۗ  اِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

"Katakanlah, Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang."(QS. Az-Zumar 39: Ayat 53)

Rahmat ini merupakan rahmat yang sangat luas, yang mencakup seluruh kemaksiatan - _Selain syirik_ - apapun bentuk kemaksiatan tersebut, dan ayat ini adalah ajakan untuk kembali, ajakan  kepada para pelaku dosa yang melampaui batas dan lepas kendali, yang terjerumus di belantara kesesatan. Ajakan kepada mereka *(Khususnya ana pribadi)* agar percaya, berharap dan meyakini ampunan Allah, sesungguhnya Allah Maha mengasihi hamba-hambaNya.
0 comments

Nak, Betapa Aku Merindukamu

Nak, Betapa Aku Merindukamu


Dalam kitab Al-Jaami’ li Akhlaaqir Raawi, Al-Khatib Al-Baghdadi mencamtumkan sebuah kisah kerinduan seorang ibu kepada anaknya yang sedang nyantren, jauh dari ibunya :

Ya’qub bin Sufyan pernah diajak ngobrol oleh Zaid bin Bisyr. Zaid bin Bisyr bertanya padanya,”Kau tinggal di Mesir- sebenarnya, apakah kedua orang tuamu masih hidup?”

Ya’qub pun menjawab, “Kalau ibuku, iya masih hidup. Aku telah bertekad kuat untuk bisa berhaji tahun ini, dan aku akan menjenguk ibuku di sana.”

Zaid menanggapi, “Subhanallah ! Engkau tinggal di sini sampai datang awal masa ibadah haji, kemudian engkau berhaji lalu pada saat itulah engkau baru menengok ibumu. Apa yang membuatmu merasa aman dari kematian, hingga tinggallah penyesalan dalam dirimu?” (Akibat menunggu waktu yang lama untuk menjenguk ibunya pada masa haji, padahal kematian bisa saja datang tiba-tiba dan terhalanglah cita-cita menjenguk ibunya itu, tersisalah penyesalan saja)

Zaid melanjutkan perkataannya, “Kok saya mengira bahwa engkau sebenarnya tidak senang dengan keadaanmu yang sekarang ini -yakni jauh dari ibumu demi mencari ilmu.”

Ya’qub mencoba meluruskan, “Tapi ibu saya rela kok saya tinggal demi hal ini.”

Zaid menanggapi lagi, “Janganlah kau berkata demikian. Karena sungguh, dahulu saudara-saudara kami apabila telah memasuki masa tua, mereka berinisiatif untuk controlling di perbatasan di Alexandria. Di situ mereka akan menghadang Pasukan Fusthath.”

Kemudian Zaid bercerita tentang seseorang bernama Abu Umar bin Idris bin Yahya Al-Khaulaniy, yang memiliki seorang ayah yang juga berprofesi sebagai petugas controlling di sana semasa tuanya. Abu Umar sendiri pun berprofesi sebagai petugas cadangan. Bila ayahnya ingin bertugas, ayahnya pamitan ke ibunya, dan ibunya mengizinkan. Demikian juga dirinya, bila ia hendak bertugas, ia pamitan ke ibunya untuk kemudian akan bertugas di sana selama sebulan atau lebih.

Pada saat ayahnya meninggal, Abu Umar ingin semakin menggiatkan diri untuk controlling. Pada saat ia hendak meminta izin kepada ibunya, ibunya pun mencurahkan segala isi hatinya yang diam-diam selama ini terpendam :

“Wahai anakku tercinta, kini ibu akan beritahukan kepadamu isi hati ibu ini, dan kamu berhak untuk mengatur dirimu sendiri. Nak, Demi Allah, tidaklah kamu pergi menuju Alexandria kecuali sungguh serasa hati ibu remuk semasa itu jua, hingga akhirnya kamu pulang, tiba di rumah.”

Abu Umar menanggapi, “Duhai ibu, mengapa ibu tidak pernah memberitahu aku tentang hal ini, agar aku tak pergi meninggalkan ibu ?”.

Sang ibu menjelaskan, “Nak, dulu ayahmu masih hidup. Ibu menganggap ayahmu punya hak atas dirimu, agar kamu berbuat baik padanya (shift-shift an menggantikan tugas ayah). Maka ibu pun bersabar, dan mengalah, agar hak-hak ayahmu dapat kamu tunaikan, agar kamu dapat berbuat baik padanya. Kini, ayahmu telah tiada. Terserah kamu saja, bila kamu tetap akan pergi setelah ibu curahkan semua uneg-uneg ini, silahkan pergi saja.”

Abu Umar menyadari, “Aku berlindung kepada Allah. Mana mungkin aku akan pergi sedangkan ibu telah mencurahkan segalanya. Andai saja aku tau ini sejak dulu, tentu aku tidak akan pergi.”

Abu Umar berkata, “Maka aku tak lagi bertugas controlling sampai pada akhirnya ibuku wafat.”
______
lihat di Al-Jaami’ li Akhlaaqi Raawi, di Juz ke-7, judul “استئذان الأبوين في الرحلة ” (Izin dari Kedua Orang Tua dalam Perjalanan Menuntut Ilmu)
Dinukil dari akun: Erik Ben Shareef
0 comments

Nasehat Syaikh Abdul Muhsin Al-Badr tentang ISIS

Nasehat Syaikh Abdul Muhsin Al-Badr tentang ISIS

Penulis: Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray
Ulama Besar Arab Saudi, Ahli Hadits Kota Suci Madinah, Asy-Syaikh Al-‘Allamah Al-Muhaddits Abdul Muhsin bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr  hafizhahullah berkata dalam risalah “Fitnatul Khilafah Ad-Da’isyiah Al-‘Iraqiyah Al-Maz’umah” di website resmi beliau,
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده وصلى الله وسلم على من لا نبي بعده نبينا محمد وعلى آله وصحبه. أما بعد؛

Sungguh telah lahir di Iraq beberapa tahun yang lalu, sebuah kelompok yang menamakan diri Daulah (Negara) Islam Iraq dan Syam, dan dikenal dengan empat huruf awal nama daulah khayalan tersebut yaitu [داعش] (ISIS), dan muncul bersamaan dengan itu, sebagaimana yang disebutkan oleh sebagian orang yang mengamati tingkah pola dan pergerakan mereka, sejumlah nama sebagai julukan bagi anggota mereka dengan sebutan: Abu Fulan Al-Fulani atau Abu Fulan bin Fulan, kuniah (julukan) yang disertai penisbatan kepada negeri atau kabilah, inilah kebiasaan orang-orang majhul (yang tidak dikenal), bersembunyi di balik julukan dan penisbatan.
0 comments

MEWASPADAI FITNAH (UJIAN) DI ZAMAN MODERN

Mewaspadai Fitnah (Ujian) Di Zaman Modern

Oleh
Syaikh Prof Dr Shâlih Fauzân bin Abdillâh Al Fauzân Hafidzahullah

Pada saat ini, banyak sekali bahaya yang mengintai kita sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam banyak hadits tentang fitnah akhir zaman. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai rasul yang penuh kasih sayang kepada umatnya, tidak hanya memberitahukan tentang fitnah ini saja, tapi juga memberitahukan solusinya. Al-Qur'ân dan sunnah Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan solusi yang tidak bisa ditawar-tawar. Kalau tidak, kesengsaraan mesti akan menimpa. Allâh Azza wa Jalla befirman :

 فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى ﴿١٢٣﴾ٰ وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَىٰ ﴿١٢٤﴾ قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَىٰ وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا ﴿١٢٥﴾ قَالَ كَذَٰلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا ۖ وَكَذَٰلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَىٰ

Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". Berkatalah ia, "Ya Rabbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat ?" Allâh berfirman, "Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan". [Thaha/20:123-126]

Kini, fitnah-fitnah itu sudah banyak sekali disekitar kita, siap menerkam siapa saja yang lalai. Oleh karena itu, hendaknya kita senantiasa waspada dan menjaga diri.

Diantara ujian-ujian itu adalah ujian harta. Diriwayatkan dari Ka'ab bin 'Iyadh Radhiyallahu anhu, dia mengatakan, "Aku pernah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ لِكُلِّ أُمَّةٍ فِتْنَةً وَإِنَّ فِتْنَةَ أُمَّتِي الْمَالُ


Sesungguhnya masing-masing umat itu ada fitnahnya dan fitnah bagi umatku adalah harta [HR. Ahmad, Tirmidzi dan Ibni Hibbân dalam shahihnya]

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَوَاللَّهِ مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

Demi Allâh ! Bukan kefakiran yang saya khawatirkan atas kalian, namun yang saya khawatirkan adalah kalian diberi kemakmuran dunia sebagaimana pernah diberikan kepada umat sebelum kalian, lalu kalian berlomba-lomba sebagaimana mereka. Sehingga akhirnya dunia menyebabkan kalian binasa sebagaimana mereka. [HR. Bukhâri dan Muslim]

Harta itu ujian dari semua sisi. Dimulai saat mengumpulkan dan mengembangkannya, kesibukan ini sering melalaikan seseorang dari beribadah kepada Allâh Azza wa Jalla . Juga kegemaran menumpuk harta yang tidak pernah bisa mencapai titik klimaks, diperparah lagi dengan prilaku menghalalkan segala cara demi memenuhi ambisinya. Harta juga menjadi fitnah atau musibah bagi yang empunya saat harta dibelanjakan di jalan yang tidak dibenarkan syari'at atau enggan mengeluarkan zakat yang menjadi kewajibannya. Akibatnya, berbagai keburukan pun bermunculan akibat harta.

Dalam hadits riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يُبَالِي الْمَرْءُ بِمَا أَخَذَ الْمَالَ أَمِنْ حَلَالٍ أَمْ مِنْ حَرَامٍ


Sungguh akan datang suatu masa, saat itu manusia tidak lagi peduli dengan cara apa dia menghasilkan harta, apakah dari sesuatu yang halal ataukah haram ! [HR. Bukhâri]

Diantara ujian yang juga ada pada saat ini yaitu keburukan yang datang melalui media elektronik dan media cetak. Karya tulisan menyesatkan, foto dan gambar wanita dengan dandanan seronok, nyanyian pembangkit nafsu syahwat, pentas yang sering membuat suatu keburukan menjadi tidak jelas bahkan membalikkan fakta, yang buruk dianggap bagus dan indah, semuanya ada di media. Terkadang suatu yang tidak pantas ikut serta ditayangkan, seperti cara mencuri atau aksi kriminal lainnya. Semua keburukan ini ditayangkan di berbagai channel tv, baik dalam maupun luar negeri dan dengan mudah bisa diakses lewat internet. Sehingga betapa sedih hati dan tercabiknya hati kita ketika mendengar berbagai perbuatan kriminal yang dilakukan oleh para pelajar yang bahkan diantara mereka sangat muda belia dan seakan tidak bisa dipercaya kalau dia melakukan kriminalitas yang seharusnya hanya bisa dilakukan oleh orang dewasa.

Sebagian orang, na'udzu billah, merasa tidak cukup dengan berbagai keburukan di atas, dia menambahkannya dengan membeli atau menyewa kaset CD film porno yang sangat tidak layak lalu diputar di tengah keluarganya. Tidakkah dia tahu keburukan di sekitarnya sudah begitu banyak meski dia tidak menghendaki keburukan itu datang ke rumahnya ? Ataukah dia merasa keburukan itu belum lengkap ? na'udzu billah. Dimanakah rasa cemburu itu dicampakkan ? Tidakkah para penyebar keburukan ini takut ketika mereka dimintai pertanggungjawaban atas beragam keburukan yang diakibatkan keburukannya ? Semoga Allâh Azza wa Jalla memberikan hidayah kepada kita semua untuk tetap istiqamah di atas jalan yang telah tetapkan syari'at.

Saat ini, betapa banyak rumah kaum Muslimin yang seharusnya bersinar dengan dzikrullah justru hampa darinya. Rumah-rumah itu menjadi tempat yang di senangi setan dan di jauhi para Malaikat pembawa rahmat. Bahkan ada yang lancang mengundang para pemuda untuk serta begadang, pentas atau menghidupkan budaya yang bertentangan dengan nilai agama.

Ini merupakan fitnah besar yang menimbulkan kekhawatiran yang harus kita waspadai. Kita wajib menjaga anak-anak kita agar tidak terjebak dalam perangkap setan. Hendaklah kita senantiasa memohon pertolongan kepada Allâh agar kita diberik kekuatan dan kesabaran.

Diantara ujian yang juga sangat mengkhawatirkan pada zaman ini yaitu fitnah yang ditimbulkan kaum wanita. Dalam hadits yang diriwayatkan Usâmah bin Zaid Radhiyallahu anhu Radhiyallahu anhuma, beliau Radhiyallahu anhu mengatakan, "Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنْ النِِِِِِِِِِّسَاء

ِ
Saya tidak meninggalkan satu fitnah yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki selain (ujian) wanita [HR. Bukhâri dan Muslim]

Ujian yang diakibatkan prilaku kaum wanita pada masa ini semakin parah, karena prilaku sebagian wanita yang tidak merasa malu sema sekali. Dengan dalih mengikuti perkembangan zaman, mereka mengenakan pakaian tipis nan ketat, sehingga bentuk anggota tubuh mereka nampak dengan jelas.

Ada juga yang berdalih untuk menambah penghasilan, semua dilakukan tanpa memperhatikan rambu-rambu yang telah ditetapkan syari'at. Akibatnya, bukan kebaikan yang timbul namun sebaliknya. Berbagai media massa, sekan tidak pernah sepi dari perbuatan kriminal akibat dari ujian ini. Tidakkah kita mau mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa menyedihkan ini ? Akankah kita membiarkan diri kita, saudara atau keluarga kita terjebak dalam ujian ini ?

Diantara ujian yang juga harus diwaspadai adalah ujian yang merupakan efek negatif dari era informasi. Arus informasi yang lancar dan cepat menjadikan batas antar Negara seakan tidak ada. Suara dan gambar bisa ditransfer dalam hitungan detik. Banyak faidah yang bisa kita ambil darinya. Namun kita tidak boleh lengah, karena setan dan musuh-musuh Allah tidak pernah tinggal diam. Mereka akan memanfaatkan semua fasilitas modern ini untuk menyebarkan keyakinan rusak dan kebiasaan buruk mereka serta untuk menjaring mangsa. Semoga Allah Azza wa jalla menjaga kita dan keluarga kita dari segala keburukan yang disebarkan oleh setan dan musuh-musuh Allah Azza wa Jalla itu.

Namun ujian yang paling besar dan paling berbahaya bagi kaum Muslimin yang selalu kita waspadai yaitu ujian dajjal yang akan datang menjelang hari kiamat. Maka hendaklah kita senantiasa waspada dan menjaga diri serta keluarga kita. Hendaklah kita memperbanyak do'a kepada Allâh Azza wa Jalla agar senantiasa menjaga kita dari keburukan berbagai fitnah ini.

الم ﴿١﴾ أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ


Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi ? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allâh mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta. [al-Ankabut/29:1-3]

(Diangkat dari Al-Khuthab Al-Minbariyah, Shâlih Fauzân bin ‘Abdullâh al-Fauzân, 2/415)
Sudah menjadi fithrah manusia, jika mengalami atau tertimpa suatu musibah, maka dia akan berusaha menyelamatkan diri dengan segala cara yang mungkin dilakukannya. Namun, ada juga sebagian orang yang pasrah, berputus asa dan tidak mau mencari jalan keluar, akhirnya kebinasaan menjadi pungkasannya. Ada juga yang tidak menyadari dirinya sedang dalam musibah, sehingga tidak tergerak untuk mencari solusi, akhirnya penyesalan pun tak terelakkan.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIV/1432H/2011. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196]

See More : http://almanhaj.or.id/content/3693/slash/0/mewaspadai-fitnah-ujian-di-zaman-modern/
0 comments

Nasihat yang mengharukan dari Al-Fadhil Al-Ustadz Abu Unaisah 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaahu ta'ala.


Nasihat yang mengharukan dari Al-Fadhil Al-Ustadz Abu Unaisah 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaahu ta'ala.


Bersabarlah dengan kebesaran yang besar, dan mintalah pertolongan kepada Allaah 'Azza wa Jalla.

Allaah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Sesungguhnya barangsiapa yang bertakwa dan bersabar, maka sesungguhnya Allaah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan."
(QS. Yusuf [12] : 90)

Dari 'Abdullah bin 'Umar radhiyallaahu ta'ala 'anhuma, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Seorang mukmin yang berinteraksi (bergaul) dengan masyarakat (orang banyak) kemudian ia (sanggup) bersabar terhadap gangguan yang mereka timbulkan, lebih baik baginya dan lebih besar pahalanya daripada seorang mukmin yang tidak bergaul dengan orang-orang (masyarakat) serta tidak sanggup bersabar menghadapi gangguan mereka."
(Shahiih, HR. Ahmad, V/365, at -Tirmidzi, no. 2507, dan Ibnu Majah, no. 4032, Silsilah ash-Shahiihah, no. 939, Shahiihul Jaami', no. 6651)

Dari Shuhaib ar-Rumiy radhiyallaahu ta'ala 'anhu, ia berkata,
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Sungguh menakjubkan perkara orang yang beriman, semua urusannya adalah baik (baginya), hal itu tidak akan didapatkan kecuali oleh orang yang beriman. Jika dia ditimpa kesulitan (musibah dan ujian), lalu ia bersabar, maka hal itu menjadi kebaikan baginya. Dan apabila ia mendapatkan kenikmatan, lalu dia bersyukur maka hal itu adalah kebaikan pula baginya."
(Shahiih, HR. Muslim dalam Shahiih-nya, kitab az-Zuhd, bab fii Ahaadiits Mutafarriqah, IV/2295, XVIII/125, no. 2999, Ahmad, VI/16, ad-Darimi, II/318, dan Ibnu Hibbaan, no. 2885)

Mintalah pertolongan kepada Allaah dengan sabar dan shalat.

Allaah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
"Dan mohonlah pertolongan (kepada Allaah) dengan sabar dan shalat. Dan (shalat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', (yaitu) mereka yang yakin bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya."
(QS. Al-Baqarah [2] : 45 - 46)

Imam Ahmad rahimahullaahu ta'ala pernah berkata,
"Keberuntungan yang didapatkan kaum muslimin dari Islam bergantung pada keberuntungan yang mereka dapatkan dari shalat. Kecintaan mereka terhadap Islam juga bergantung pada kecintaan mereka terhadap shalat. Wahai hamba Allaah, introspeksilah dirimu. Takutilah hari pertemuanmu dengan Allaah (pada hari Kiamat kelak) apabila tidak ada sedikit pun kualitas ke-Islaman yang kamu bawa; dan kualitas ke-Islaman dalam hatimu tergantung kualitas shalat dalam jiwamu."
(Ash-Shalaah, hal. 42, dan ash-Shalaah wa Hukmu Taarikihaa, hal. 170 - 171)

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda,
"Jika engkau memohon (meminta), maka mohonlah kepada Allaah, dan jika engkau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allaah 'Azza wa Jalla."
(Shahiih, HR. At-Tirmidzi, no. 2516, Ibnu Abi 'Ashim dalam As-Sunnah, no. 316, 317, 318, Ahmad, I/293, 303, 307, ath-Thabrani dalam Mu'jamul Kabiir, no. 11243, 11416, 11560, 12988, al-Hakim, III/541 - 542, Abu Nu'aim dalam al-Hilyah, I/389, no. 1110, dan al-Baihaqi dalam Syu'abul Iman, no. 192)


 

Sumber Audio:  https://app.box.com/s/tz76dnjkr3fp9er6ftyt
0 comments
 
Support me : On Facebook | On Twitter | On Google_Plus
Copyright © 2011. Website's : Mukhtar Hasan - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger